Sejak dua hari yang lalu, gadis berambut panjang itu memutuskan untuk berhenti kuliah. Memang sedikit menyayangkan karena dirinya sudah semester tiga. Tapi ia benar-benar tidak bisa lanjut lagi. Beasiswanya tiba-tiba dicabut karena ia pernah tidak sengaja berbuat masalah yang cukup serius. Ekonominya dari kecil terbilang hanya cukup.
Apalagi dengan fakta ia ditinggal kedua orang tuanya sejak sebulan yang lalu karena kecelakaan, membuatnya harus tegar dalam menjalankan kehidupan.
Atheala Aravenne. Nama yang bagus. Sesuai dengan paras wajahnya.
Meskipun kekurangan dalam hal finansial, Atheala anak yang cerdas. Dia merampungkan pendidikan SD hanya empat tahun, SMP tiga tahun, dan SMA dua tahun. Karena itu, diumur enam belas tahun ia sudah bisa merasakan yang namanya kuliah. Sekarang umur Atheala tujuh belas jalan ke delapan belas.
Atheala memiliki dua teman yang selalu ada disampingnya hingga sekarang. Arshavina dan Regal. Kebetulan mereka juga pernah berada di kampus yang sama dengan Atheala. Dibanding Arshavina, Atheala lebih dekat dengan Regal. Karena Regal mengenal Atheala sejak kecil dan mereka bertetangga. Orang tua Atheala itu orang tua Regal. Pun sebaliknya.
Jarak umur Atheala dengan keduanya terpaut dua tahun. Tetapi karena Atheala yang sering loncat kelas, keduanya bertemu di SMA kelas akhir dan selalu bersama hingga sekarang.
Arshavina dan Regal itu sama-sama bawel dan cerewet. Mereka berdua sering beradu mulut yang berakhir Atheala yang menjadi penengah. Sebenarnya sifat Atheala tidak jauh berbeda dengan mereka. Tetapi Atheala lebih pintar mengendalikan sikap.
"Alaaaa, tolongin gue huhuhuhu,"
Dan berakhir seperti ini. Atheala yang harus memisahkan.
Atheala atau yang kerap disapa Ala berdecak melihat Regal yang tengah memiting leher Asha. "Gal, lepasin. Ini di kafe jangan malu-maluin." Tegur Ala kembali fokus pada laptop didepannya. Akhir-akhir ini Ala sibuk mencari lowongan pekerjaan yang sekiranya Ala bisa.
"Tuh, denger kata bunda. Jangan malu-maluin!" Kata Asha masih mencoba melepaskan diri dari pitingan Regal. "Lepasin nggak?!" Serunya sok galak.
"Sun dulu," ucap Regal memajukan pipi ke hadapan Asha.
Asha memutar bola matanya malas. "Gue gampar lo ya!"
"Idih, lo bukan Atheala. Nggak usah sok garang." Regal akhirnya melepaskan tangannya lalu mengalihkan atensi pada Ala yang sibuk pada laptop. "Udah nemu, La?"
Ala menggeleng pelan.
"Kan gue udah bilang, La. Nggak usah cari kerja. Biar Papa yang biayain lo kuliah."
"Kuliah nggak murah, Gal. Apalagi jurusan gue yang mahalnya minta ampun. Lagipula ini udah pilihan gue jadi gue harus bertanggung jawab."
Jawaban lugas dari Ala membuat Regal mendesah pelan. Kata-kata Ala memang benar. Ala harus bertanggung jawab terhadap pilihannya.
Asha yang sudah selesai merapikan diri akibat keributan kecil tadi, menatap Ala dengan kening berkerut. "Emang lo mau nyari kerja yang speknya gimana?"
"Apa aja yang penting halal dan bisa gue kerjain." Kata Ala menyedot minumannya yang belum ia sentuh sama sekali. Setelahnya, ia menyandarkan punggung, memejamkan mata sejenak untuk menghilangkan pusing yang tiba-tiba menderanya.
"Kalau jadi babysitter lo mau nggak?"
Mata Ala langsung terbuka. Ia menegak, "babysitter?" Ulangnya memastikan.
Asha mengangguk. "Tadi sebelum kesini gue nggak sengaja denger omongan bokap sama temennya. Katanya dia lagi butuh babysitter buat ngurus anak-anaknya. Gue nggak tau sih anaknya ada berapa, tapi lo suka sama anak kecil kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BABYSITTER [ENHYPEN]
Fiksi RemajaAda tawaran pekerjaan yang membuat Atheala tertarik dan mendaftarkan diri. Kebetulan Atheala suka terhadap anak kecil. Dan karena kesulitan ekonomi, mau tak mau Atheala harus berhenti kuliah dan membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. T...