Hujan di malam hari tak membuat semangat Anindya dan sang kakek pudar begitu saja. Walau dingin dan terkadang pembeli jarang mengunjungi. Mereka tetap membuka lapak dagangan mereka.
Mereka menjual mulai dari kopi seduh, mie rebus, dan aneka gorengan. Semua itu dihidangkan oleh kakek Anindya. Karena Anindya hanya boleh membantunya untuk melayani pembeli saja.
Walau sudah dibicarakan oleh Anindya bahwasanya sang kakek boleh dagang kembali saat kakinya sudah pulih 100%. Tapi tetap saja sang kakek ngeyel untuk berdagang pada hari ini juga. Katanya takut ada pelanggan setia yang akan pindah langganan.
"Mending kamu nyelesain tugas sekolah aja gih!!" titahnya, agar Anindya tidak usah repot-repot membantu dirinya.
"Pulang, temenin adikmu!"
"Ahh kakek gak asik nih! Aku kan mau nongkrong kayak anak-anak zaman sekarang!!" Anindya memajukan bibirnya, cemberut.
"Lagian juga baru pertama sekolah masa ada tugas... Santuyy dong. Adik juga lagi main di rumah tetangga!"
Kakek hanya bisa menggelengkan kepalanya. Melihat cucunya yang keras kepala.
"Mana ada anak muda nongkrong sama kakek kakek!" Ucapnya tertawa, membuyarkan suasana yang hening.
Anindya yakin bahwasannya sang kakek pasti lelah menjalani kehidupan dimasa tuanya yang berat sekali ini. Harus menghidupi kedua cucunya yang telah ditinggal oleh sang ayah menghadap Sang ilahi, kemudian ibu mereka yang terpaksa pergi keluar negeri untuk mendapatkan gaji yang lebih besar, untuk melunasi hutang-hutang untuk pengobatan ayah Anindya.
Namun sang kakek tak pernah menunjukkan tampang kesal, marah, atau rasa lelah dihadapan sang cucu. Hal tersebut yang membuat Anindya sangat sayang terhadap sang kakek, dan harus tetap semangat menjalani kehidupan.
"Loh malah bengong!! Sana pulang aja mendingan!" ucap sang kakek. Menyelimuti tubuhnya menggunakan jaket yang sudah lapuk dan sarung ia gunakan untuk menghangatkan lehernya.
"Engga kok, siapa yang bengong? Aku lagi berdoa aja, supaya ada pelanggan yang datang." ia tersenyum.
Menatap jalanan dengan beberapa mobil ataupun motor yang berlalu lalang membelah hujan. Melayani beberapa pelanggan yang membeli gorengan hingga kopi di gerobak mereka.
***
Jam sudah menunjukkan pukul 00.00 WIB. Waktu di mana hari sudah berganti. Membuat Anindya dan sang kakek yang baru memasuki rumah, langsung bergegas ke kamar mereka masing-masing untuk mengganti pakaian yang sedikit basah itu.Menyiapkan beberapa buku ke dalam tas yang akan di gunakan besok. Dan mengatur alarm di ponselnya.
Tubuhnya ia baringkan di tempat tidur dengan busa yang sudah menipis. Menarik selimut, dan memeluk boneka berbentuk stroberi.
Boneka spesial yang diberikan ayahnya. Boneka yang menjadi kado terakhir sekaligus kenangan satu-satunya untuk mengingat kepada ayahnya.
"Anindya kangen ayah sama mamah ..." ucapnya menenggelamkan kepalanya di boneka stroberi.
Beberapa tetes air mata membasahi boneka kesayangannya. Hingga tak sadar matanya terpejam. Ia tertidur, mengistirahatkan badannya yang sudah lelah selama 24 jam terakhir.

KAMU SEDANG MEMBACA
Arunika
Teen FictionArunika artinya cahaya matahari ketika pagi hari... Semburat merah bercampur jingga memenuhi langit, terasa indah bukan? Hingga keindahannya membuat orang tak lepas memandanginya. Merasakan kehangatan dari setiap cahaya yang jatuh ke bumi. Pancaran...