Babak Baru

12 2 0
                                    

Suara azan subuh berkumandang dari masjid yang ada di sudut kota ini. Ada yang langsung menyiapkan alat solatnya kemudian pergi bergegas menuju masjid terdekat, hingga ada pula yang masih menggulungkan diri di kasur dengan selimut yang menghangatkan diri dari dinginnya di waktu subuh.

Tak ingin membuang-buang waktu agar tidak tertinggal waktu salat subuh. Anindya segera menyibak selimutnya, agak sedikit merenggangkan tubuhnya, segera bergegas masuk ke kamar mandi untuk mengambil air wudu.

Memakai mukena putih dan menggelar sajadah di hadapannya .

"Siap nak?" Tanya sang kakek.

Ia mengangguk. kemudian mereka mengangkat kedua tangan meraka kemudian membaca takbir. Solat telah dimulai.

"Assalamu'alaikum warahmatullah..."
Ucap sang kakek sebagai imam. Mengucapkan salam, tanda salat sudah dilaksanakan.

Anindya dan adiknya memberi salam kepada sang kakek, tangannya dicium dengan penuh hormat. Lalu mengangkat kedua tangan, berdoa. Meminta agar sesuatu yang baik selalu menyertai hidupnya.

"Ouh iya kek, dik! Pagi ini makan telur lagi yah. Aku sebelumnya belum keburu buat belanja!" Ucap Anindya sembari melipat mukena hingga sejadah yang telah digunakan, kemudian ia letakkan di sebuah kotak khusus bagi mereka untuk menyimpan peralatan salat.

"Iya nak, kakek apa saja yang penting bisa dimakan yah dik?" Candanya membuat sang Adik mengiyakan, untuk memakan telur lagi dan lagi.

Anindya yang merasa lega karena dua orang dihadapannya tidak menuntut lebih, ia segera menuju dapur. Mengambil beberapa telur untuk dipecahkan, kemudian diberi penyedap rasa. Setelah siap, ia goreng telor tersebut di wajan berisi minyak yang sudah panas.

"Kak, besok aku mau renang. Jadi aku harus bayar deh!"

"Renang? Berapa bayarnya dik?" Tanya Anindya menatap Bagas.

"Hmm...lima belas ribu kak!"

"Okei nanti kakak ambil uangnya di kamar. Jadi sekarang kita makan dulu yah!!" titah Anindya, mengambil sepiring nasi hangat, kemudian ia beri kecap manis untuk melengkapi rasa telur goreng yang telah siap.

***
"Nih uangnya. Jangan lupa kasih ke guru olahraga!!" Ia menjulurkan tangannya dengan tiga pecahan lima rubi rupiah.

"jangan di pake jajan loh yah!" pesannya kepada Bagas.

"Siap kak! Bagas selalu jadi ingin orang yang jujur!"

"Bagus!! Yuk berangkat!" Ucap Anindya, mengajak Bagas yang telah selesai memasang sepatunya.

"Eh tunggu-tunggu!" Kakek memanggil mereka. Membuat mereka yang tadinya hendak pergi, diam dan menghampirinya.

"Kenapa kek?"

Ia tersenyum, menghitung uang receh yang ia kumpulkan di plastik putih yang biasa digunakan untuk minuman rencengan.

"Ini kakek ada rezeki buat kalian. Kemarin kakek disuruh sama tetangga, terus dikasih upah deh!"

"Jadi, lima ribu buat Anindya. Dua ribu buat Bagas!" ucapnya dengan raut muka yang ia buat sebahagia mungkin, menahan sedih.

"Hah? Yang bener kek, ini buat Bagas? Yey!!" Teriak Bagas senang.

"Iya bener dong. Jadi jajan sepuasnya yah!"

Anindya yang melihat kejadian ini hanya bisa diam. Perasaan sedih dan senang mencabuk hatinya, menatap Bagas yang sudah berlari, berangkat sekolah dengan membawa uang tambahan dari sang kakek dengan tampang yang begitu bahagia.

"Nih untukmu! Lumayan buat ongkos!"

Anindya tersenyum, " gak usah kek! Aku masih ada simpanan kok kek!"

ArunikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang