chapter 4

59 18 6
                                    

Happy reading!!!

Pikiran yang kacau bertarung dengan perasaan cemas. Entah apa yang akan terjadi, tinggal menunggu beberapa menit untuk hal yang luar biasa terjadi.

Para maba dikumpulkan menjadi satu dalam auditorium, mengikuti arahan dari presiden mahasiswa. Banyak spekulasi mulai menghampiri mereka, sungguh ini sangat membingungkan.

Terlihat para kating dan sejumlah anggota lainnya yang sedang sibuk dengan urusan masing-masing, dibuat terdiam saat presiden mahasiswa mulai memasuki aula. Keadaan sangat mencengkam, aura ketegangan mulai memancar saat suara ketukan sepatu itu mulai menggema.

Para maba yang awalnya terdengar sedikit ricuh seketika terdiam membisu, pandangan mereka jatuh pada presiden mahasiswa yang kini tengah berjalan memasuki aula.

Helena, gadis yang tengah berbaris diantara banyaknya maba didalam aula itu, justru menanggapi kedatangan presiden mahasiswa dengan santai dan tenang.

"Njir, mukanya sangar-sangar semua" Celetuk Helena saat melihat wajah presiden mahasiswa bersama dengan kating lainnya.

Helena kemudian menoleh kearah Endri yang kebetulan tengah berbaris disebelahnya, "Eh Endri lo tau kenapa kita semua dikumpulkan disini?" Tanya Helena dengan tampang wajah polosnya itu.

Endri menoleh kearah Helena, tatapan sinis terpancar diwajah Endri. Pria itu tampak terganggu dengan gadis disampingnya itu.

"Gue gak tau, kalo lu mau tau mending langsung tanya sama katingnya." Jawab Endri asal tanpa menoleh kearah Helena.

Helena hanya mangut, "Gue kira lu tau. Idih, ngapain gue nanya ke mereka? Gak penting." Pungkas Helena.

"Yaudah kalo gitu, diam." Sarkas Endri sembari menatap sinis kearah Helena.

"Hmmm iya iya"

Helena kembali berceletuk "Tapi gue penasaran, deh." Ujar Helena. Gadis itu tampak terus berkicau mempertanyakan hal yang tidak terlalu penting. Dalam keadaan yang sedikit tegang dan genting ini, dia masih bisa tetap tenang dan santai menanggapi situasi yang ada.

Endri merasa acuh terhadap gadis disampingnya ini, ia berusaha untuk tidak memperdulikan nya. Namun perlakuan Endri justru mengundang rasa kesal dalam diri gadis itu, karena merasa diacuhkan.

"Endri"

"LU BISA DIEM GAK?, BACOTT LU LAMA LAMA!!!" Reflek Endri sembari teriak. Helena terkejut. Bahkan bukan hanya Helena, semua orang yang berada di ruangan itu juga terkejut. Seketika, Endri menjadi pusat sorot semua orang.

"HEY, SIAPA ITU YANG BERTERIAK!!?" Bentak salah satu kating, saat mendengar teriakan Endri.

Seketika saat itu juga, Endri menjadi pusat perhatian semua orang. Pandangan sinis mulai tertuju kepada Endri. Oh Tuhan, Endri merutuki dirinya sendiri, kenapa dirinya sangat emosional seperti ini.

Endri sungguh sangat malu. Bisakah Endri hilang saja? Sungguh ini membuat Endri kalang kabut, bahkan dengan jantung Endri sudah tidak normal. Keringat mulai bercucuran dari pelipis, telapak tangannya saja sudah sangat dingin.

Kating itu kembali bersuara, "YANG TADI BERTERIAK CEPAT MAJU KE DEPAN!!!" Pekik kating tersebut.

"Ini semua gara-gara lu!" Sarkas Endri sembari menatap tajam kearah Helena.

Helena hanya bisa menunduk malu, ia merasa bersalah. "Maaf, Gua tadi cuma penasaran" Pungkas Helena.

"Terserah lu" Sinis Endri

"KOK MALAH NGOBROL, BURU MAJU KE DEPAN APA PERLU SAYA TARIK!!?, HAH!!"

Endri mulai maju kedepan, menuju tempat kating dan presiden Mahasiswa berdiri. Langkah kakinya begitu berat, pandangan sinis nan tajam mulai tertuju kepada Endri. Bukan hanya itu, bahkan ada yang terang-terangan membicarakan hal yang tidak-tidak terhadap Endri. Ah, Endri sungguh sangat malu, ia hanya bisa menundukkan kepalanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Janji Kita (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang