13

1 0 0
                                    

Hai....

Aku kembali. Dengan bunga putih kesukaanmu dulu.

Tak lupa juga kubawakan air yang menyegarkan untukmu.

Kulihat rumahmu kini berdebu.
Tak apa aku datang juga membawa sapu.

Aku datang dihari yang sama setiap minggunya.

Hanya untuk melihat pusara bertuliskan namanya.

Hari ini, tepat tujuh tahun tragedi.

Ketika maut memisahkan kami antar dimensi.

Ketika sebuah garis lurus yang menjadi pemutus.

Garis lurus yang membuat hidupku ikut tergerus.

Aku masih ingat betul senyumnya, tawanya, tangisnya bahkan aroma kentutnya.

Bahkan ketika tujuh tahun berlalu.

-

Aku masih saja tak berdaya.

Ketika ia menyelamatkanku dari kehilangan jati diri.

Ia lambungkan ku ke awan.

Terbang bersamanya bersama layang-layang.

Menari diatas nabastala.

Melompati setiap cumulus yang ada.

Bersembunyi dari gundala yang tiba.

Tapi itu kisah lama.

-

Kini jati diriku hilang separuh.

Menapak bersama pusara biru.

Membekas pada kalbu.

Dia yang memberiku cahaya, dia yang meredupkannya pula.

Bahkan kini,

Aku tak lagi mampu melihat dengan jernih.

Hari-hariku habis dengan meratapi.

Dirimu yang pergi dan takkan kembali.

Semoga nirwana yang dirimu huni.

-

Inginku bersamamu.

Ketika ku pulang dari penatnya kantoran

Kuucapkan salam

Dan, "aku pulang sayang"

Engkau menyambutku dengan celemek biru penuh dengan noda.

Senyummu terkuak dengan jelas.

"Mandi dulu sana, nanti kita makan bareng"

Seketika penatku hilang sudah.

Lelahku terbayarkan hanya dengan senyuman.

Kucicipi masakannya.

Tanpa pernah berubah sejak ia pertama memasakkan ku semangkuk sup hangat hari itu.

Tanpa kusadari, itu adalah yang terakhir kali.

Satu suapan terakhir darinya.

Satu tegukan terakhir yang ia lihat.

Dan satu usapan terakhir dari jari mungilnya.

-

Kubacakan ayat demi ayat.

Tanpa kusadari, buku lusuh pemberian ibu telah penuh dengan air mataku.

Aku yakin saat ini.

Kau ada disini.

Menyeka setiap tetes air mata.

Setiap taburan bunga, setiap tuangan airnya mengandung sejuta rinduku padanya.

-

Tunggu aku sayang.

Masakkan aku sup hangat sekali lagi, nanti.

-Daeng Ammar- Salaz 61-croc 3124

Judulnya gabutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang