Shani membuka pintu kamar Gracia dengan perlahan. Ia menengok kedalam, memastikan apakah Gracia masih terjaga atau sudah kembali beristirahat.
Setelah kurang lebih satu jam menunggu tadi, Gracia membuka matanya dengan dihiasi senyum indah yang biasa selalu ia tampilkan. Meski mereka yang saat itu melihat pasti sadar dan tau betul ada rasa sakit yang terselip di balik senyumannya.
Setelahnya Veranda menyuapi Gre bubur yang sudah disiapkan bibi. Dan setelah meminum obat-obatannya ia kembali beristirahat.
Dan hingga kini barulah Shani memiliki kesempatan untuk bisa menjenguk adiknya lagi. Berharap bisa memiliki waktu bersama, karena sedari tadi ibunyalah yang terus menemani Gracia.
Perasaan kalut, khawatir, cemas, semuanya bercampur aduk dalam hati dan pikiran Shani kala mengetahui adiknya itu pingsan di kamarnya dengan darah yang keluar dari hidungnya.
Tentu hal itu sudah menjadi hal yang biasa bagi Shani maupun kedua orang tuanya. Keterbatasan akan kondisi kesehatan memang sering membuat aGracia mimisan. Hanya saja kali ini Gracia pingsan. Hal yang jarang dialami Gracia, dan itu terjadi jika ia benar-benar sedang drop, kelelahan maupun terlalu banyak pikiran.Shani mendekati kasur Gracia. Ia duduk di tepian kasur itu. Satu tangannya terarah mengusap kepala sang adik.
"Nngg.." Shani terperanjat. Sepertinya ia telah membangunkan adiknya yang sedang beristirahat itu.
"Emm,, cici.." Lagi, senyum Gracia berikan kala melihat kakak tersayangnya berada di hadapannya.
"Maaf yah cici ganggu istirahat Gege.."
"Ngg,, gak kok,, Gege barusan aja mejamin mata" Gracia menguba posisinya duduk dan bersandar pada kepala kasur.
"Masih gak enak badannya ya?" Tanya Shani sambil satu tangannya merapikan helaian rambut yang menutupi wajah Gracia.
Gracia menggeleng.
"Gak kok ci,, sekarang udah enakan.. Cici kok belum tidur jam segini?""Bagus deh,, kalo ngerasain apapun bilang ke cici yah.. Cici belum ngantuk, tadinya iseng kesini liatin adik cici yang cantik ini"
Gracia terkekeh mendengar penuturan Shani. Ia menggeser tubuhnya sedikit ke tengah kasur.
"Sinii cii.. Pengen peyukk cicii" Gantian Shani yang terkekeh geli melihat tatapan dan suara manja Gracia. Ia lalu beranjak mengambil tempat di samping adiknya itu, kemudian membawa sang adik masuk dalam dekapannya.
"Cici bobo sini aja yaa,, temenin Gege yaa,, Gege mau bobo dipeluk cici🥺"
Shani mengangguk. Mengeratkan pelukannya sambil sesekali satu tangannya mengusap kepala sang adik dengan penuh sayang.
Manja? Yap. Untuk ukuran gadis yang sudah memasuki usia 20an. Tapi tentu kemanjaan seorang Shania Gracia tidak berlaku untuk semua orang, hanya keluarga dan kerabat yang benar-benar mengenal sosok Gracia saja yang mampu melihat dan merasakan sifat manjanya. Terlebih jika dengan sang kakak, Shani. Tingkat kemanjaan Gracia akan menjadi berkali-kali lipat. Hal itu tentu tidak membuat Shani merasa risih dan tidak suka, malahan sifat manja seorang Gracia adalah candu bagi seorang Shani Indira yang di kenal bersifat dingin.
"Gee.." Suara Shani memecah keheningan sesaat mereka.
"Ya cii ?"
"Baringan aja yaa biar gak sakit badannya.."
"Hu um.."
Shani tersenyum melihat wajah Gracia yang sudah terlihat sangat mengantuk.
Setelahnya Gracia kembali masuk dalam dekapan Shani. Sedikit menggeliatkan badannya mencari posisi paling nyaman dalam pelukan sang kakak.
Berbantalkan lengan Shani, kepala Gracia masuk pada ceruk leher kakaknya, satu tangannya melingkari pinggang Shani.
Posisi ternyaman untuk kedua gadis itu.Shani merasa bersyukur masih bisa merasakan kebersamaan seperti saat ini dengan sang adik. Ditengah kemelut akan rasa takut kehilangan. Bukan tanpa alasan, Shani mengetahui apa yang terjadi pada adiknya itu. Penyakitnya tidak bisa disepelekan. Gracia seorang gadis yang memiliki kelainan pada Jantungnya. Ia tidak bisa beraktifitas dengan leluasa karena keterbatasannya itu. Setiap aktivitas nya harus dibatasi.
Shani tahu betul dampak terburuk dari keterbatasan adiknya. Bahkan jika saja Gracia sudah ingin menyerah pada keadaannya, Shani mungkin sudah kehilangan sang adik.
Dan lagi lagi ia bersyukur Gracia selalu berusaha untuk tetap bertahan, walaupun Shani tahu, Gracianya lelah,, yaa..🙂Bagi Shani, jika saja ia bisa menggantikan posisi Gracia. Ia akan dengan suka rela menggantikan, yang terpenting Gracianya tidak menderita, ia ingin Gracianya baik-baik saja..
Sebesar itu rasa sayang Shani terhadap Gracia..
.
.
.
.
_________________