Hati-hati typo⚠️
**
*
Happy Reading💚🌸*****
Tawuran itu kini sudah selesai. Semua murid diperbolehkan untuk pulang lebih awal karena kekacauan yang baru saja terjadi.
Murid-murid itu malah merasa senang karena tidak perlu mengikuti pelajaran.
Sekolah mulai sepi, banyak murid yang berlalu meninggalkan kawasan sekolah.
Tentu saja kecuali murid-murid bandel yang tadi mengikuti tawuran. Mereka harus mendapatkan wejangan dari para guru terlebih dulu. Setelah itu mereka disuruh untuk ke rumah sakit untuk mengobati luka mereka.
Banyak dari mereka tidak mau mengobati luka mereka dan lebih memilih mengobati sendiri. Namun Arion memaksa bagi mereka yang terluka cukup parah untuk segera ke rumah sakit.
Alhasil mereka pergi dengan tujuan masing-masing. Rumah sakit bagi mereka yang terluka parah. Sebagian ada yang mengobati di markas. Sisanya memilih pulang ke rumah.
Arion dan sikembar memilih pulang. Arion sebenarnya tidak setuju, mengingat luka kedua adiknya itu cukup banyak, apalagi Alvin yang terkena balok kayu tadi.
Namun memang dasarnya mereka itu keras kepala, mereka tidak mau ke rumah sakit. Mereka bertiga pun beranjak pulang begitupun Dylan, Diego, Delon.
Sampai dirumah, mereka terkejut karena rumah sudah ramai. Kakek dan kedua orang tua mereka sudah ada di rumah. Biasanya malam hari baru ada di rumah. Begitu masuk mereka sudah mendapat tatapan datar dari Kakek juga Papa dan Papi. Daren pun juga ada disana, namun hanya melirik saja tanpa peduli kondisi keenam kakaknya itu.
Mama dan Mami terkejut melihat anak-anaknya yang penuh dengan luka. Mereka langsung menghampiri anak mereka dengan raut khawatir.
" Astagaa.. Apa kalian tidak apa-apa? Kenapa tidak ke rumah sakit dulu baru pulang. " ucap Mami dengan nada khawatir.
Begitupun Mama Dhevi yang menghampiri ketiga putranya.Mami Lena dan Mama Dhevi merasa sakit saat melihat anak-anaknya terluka. Siapa yang tidak sedih melihat anaknya pulang dengan keadaan tidak baik-baik saja.
" Mereka yang gak mau Mi. " jawab Arion menyahuti ucapan Mami nya.
" Gak apa-apa kok Mi, lagian luka gini udah biasa. Mami gak usah khawatir. " jawab Alvan.
Sedangkan Alvin hanya menganggukkan kepalanya.
" Mama juga gak usah khawatir.. Kita semua baik-baik aja. " ucap Diego.
" Baik-baik aja gimana?! Orang kamu luka gini bilang baik-baik aja. " sungut Mama.
Mereka pun hanya diam menundukkan kepala. Senakal-nakalnya mereka, mereka tidak ingin membuat sedih wanita yang telah melahirkan mereka.
Leya? Tenang, dia juga ada disana duduk tenang disamping Daren. Dia hanya biasa saja melihat mereka terluka. Bagaimanapun dia sudah menduga kalau mereka akan memiliki luka.
Namun yang tidak disangkanya, itu terluka cukup parah. Ketika melihat keenam saudaranya itu, dadanya berdenyut nyeri. Entah itu perasaannya atau hanya terbawa perasaan Leya asli.
Sebenarnya ada satu hal yang sedikit membuatnya bingung. Daren.
Dia bingung melihat Daren bersikap biasa saja. Harusnya dia merasa takut melihat kakak-kakaknya terluka bahkan berdarah. Namun Daren bahkan tidak menunjukkan raut ketakutan atau bahkan menangis ketika melihat darah. Leya berpikir, apa Daren baik-baik saja?
KAMU SEDANG MEMBACA
A to BarBar
Teen FictionGimana jadinya jika gadis yang gak ada kalem-kalemnya transmigrasi ke gadis yang suka berpakaian seksi dan kadang suka membully. Typo bertebaran🙏🏻 Bahasa non baku dan kasar🙏🏻 Update tidak menentu🐼