03

528 71 17
                                    

15.09

Langit senja menjadi background ibu kota, burung-burung yang terbang mulai kembali ke sarangnya. Banyak ojol online yang masih setia menatap layar handphone, berburu orderan. Satu hari setelah tahun baru, terlihat masih banyak kesibukan yang terjadi di ibu kota saat menjelang malam.

Terlihat juga banyak pelajar yang baru pulang dari sekolah, masih lengkap  menggunakan seragam. Salah satunya adalah ketos SMAN 2 jakarta yang baru keluar dari area kelas, menuju parkiran. “baru masuk udah rapat aja,” Keluh ku. “sabar (Name)... yuk bisa yuk...”

“lama amat dah,” Aku sedikit teerkejut melihat jamet—eh, maksudku Terushima yang bersandar di montor ninja berwarna hijau cerah.

Itu motor kesukaannya, sangat! sampai-sampai di kasih nama tuh motornya—Via, yang katanya ‘berharga.’ Konon katanya nama Via ini di ambil dari nama mantannya. Dulu sih, udah pacaran tuh 5 tahun, tapi Tuhan berkata lain, Teru harus sadar bahwa dirinya telah dighosting bestie. Nih anak—Teru waktu di ghosting nangis di kamar sampai bundanya pusing tujuh keliling.

“lama amat lu, kasian nih si Via sunscreen-nya habis.” Tangannya begerak menutupi sinar UV pada motor kesayangannya. Aneh, Bukan teru yang aneh, tapi gua yang aneh kenapa mau temenan sama dia.

“tumbenan mau nunggu Ter?” sindirku.

“noh, bunda kangen sama lu. Di ajak makan malam tuh,” Teru sudah menyalakan motornya dan keluar dari tempat istirahat motornya. “cepetan naik anjir! Mau gak?! Gua tinggal nih!”

“eits! Tunggu dulu bestie!” aku menarik belakang motor Teru yang bersiap melaju. “btw lu kenapa masih di sekolah?”

“cie kepo—ekhem, jadi gua ngurus pendaftaran sama seleksi anak baru ekskul basket.” fyi, Terushima juga anak basket loh, jadi wakil pula. “lama anjir gua tinggal ya? Dadah!” lagi-lagi aku menghentikan Teru yang hendak kabur.

“Anda tega meninggalkan saya yang cantik ini sendiri hah? Gak kasian sama si Kepin?”

“sopo iku kepin njir?”

“uang gua.”

“idih dasar mata duwitan.”

“sesungguhnya uang bisa membeli kebahagiaan,” Aku naik Via yaitu motornya teru, berpegangan di ujung seragam nya. “udah nih, jangan ngebut lu!” tangan ku tetap kuat memegang ujung baju pemilik motor.

“iya kanjeng.” Ban motor mulai berputar meninggalkan bangunan sekolah. Dengan lihai Teru menyalip kendaraan lain dengan kecepatan normal.

Angin jalan mulai menerpa wajahku dengan halus, beserta rambut ku yang terbang terurai. Semakin lama diperjalanan aku mulai mengeratkan peganganku, mungkin hampir memeluknya hingga tercium Bau parfum khas milik sahabat masa kecilku ini. jangan salah paham dulu, “WOI NYET GUA BILANG JANGAN NGEBUT BABIK!!” ya gitu deh.

***

“anjing lu Ter...” aku tertawa puas saat melihat wajah pucat (name). Setiap detik muncul kata-kata mutiara dari mulutnya yang di lontarkan untukku. Kayak, “babik, cug, nyawa gua rasanya mau di uninstall bangke.” sangat halus bukan bahasanya yang masuk ketelinga.

Hanya butuh 15-20 menit untuk sampai ke rumah ku.

“WKWKWKWK LEMAH LU!–ekhem ASSALAMUALAIKUM BUNDA! ANAK BUNDA YANG GANTENG PULANG BAWA ANAK PUNGUT PINGGIR JALAN NIH! BUKAIN DONG—“ terlihat (name) menutup telinga sambil menatap tajam diriku. Kayaknya emang gua ganteng, haduh jadi malu ><

“WAALAIKUMSALAM! HEH ITU MULUT APA TOA MASJID?! GAK BISA APA DI KECILIN VOLUMENYA?! ANAK SIAPA SIH?!” pintu terbuka bersamaan dengan ocehan bertegangan tinggi yang keluar dari mulut wanita payu baya ini.

vampire [ Haikyuu x  Reader ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang