#HIRAP - PROLOGUE

202 30 5
                                    

Ragaskara Parengkuan. Pemuda kelahiran Bandung, 23-04-1988, dengan nama panggilan: Ragas. Bergolongan darah A, dengan tinggi badan 177 cm serta berat 58 kg. Keluarga Saat Ini: Ayah kandung & adik tiri laki-laki.

Ragaskara, mahasiswa semester enam prodi Biologi FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia yang lulus jalur SPMB tahun dua ribu empat silam. Didiagnosis memiliki penyakit jantung koroner turunan ibunya sejak umur empat belas tahun. Merupakan anak tunggal dari ayah kandung Rengku Bima dan ibu kandung Ratna Yudhoyono.

Ibu kandungnya meninggal pada awal Januari dua ribu dua sebab penyakit yang sama dideritanya. Ayahnya menjalin hubungan baru yang membuatnya mendapatkan ibu dan adik tiri. Menjalin hubungan satu tahun lebih satu bulan dengan mahasiswi Sastra Indonesia berasma Serina Rasyelinatha.

 Menjalin hubungan satu tahun lebih satu bulan dengan mahasiswi Sastra Indonesia berasma Serina Rasyelinatha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

★★★

Jakarta Pusat, Januari 2021.

Berbekalkan riasan yang cukup tebal, pemain cello itu kini menaiki panggung. Puluhan- tidak, ratusan pasang mata menaruh perhatian padanya. Bukan pertama kalinya, ini sudah kesekian kalinya.

Panggung yang dirancang khusus untuk sang pemain handal legendaris, berhasil meraup pundi-pundi rupiah dalam hitungan jam. Jika kalian penasaran, namanya adalah Serina Rasyelinatha.

Entah mengapa, cello tiba-tiba saja menjadi kegemarannya sejak warsa dua ribu tujuh silam. Mungkin ada yang perlu bertanya tentang ini kepadanya.

Orkestra kali ini pun dimainkannya dengan cucuran air mata. Ia tersenyum di bait terakhirnya, lantas membungkukkan badan tanda hormat. Riuh tepukan bergemuruh dalam ruang bersekat dinding yang luas itu. Pilunya lagi dan lagi berhasil tersampaikan ke hati para penonton.

"Entah ini sudah keberapa kalinya, tapi saya selalu berharap kalian tak akan pernah bosan mendengarkan bait-bait permainan dari saya."

Seolah dapat membaca pikiran para penonton, sang pembawa acara sungguh bertanya secara terang-terangan, apa alasan dibalik pertunjukannya selama ini?

"Cello sudah menjadi titik kembali saya 'tuk menilik luka-luka lama," pungkasnya menahan haru. Berselang beberapa detik, dilanjutnya kembali diiringi dengan helaan nafas yang panjang.

"Saya mempersembahkan seluruh bait permainan saya selama ini 'tuk manusia di warsa dua ribu tujuh," lirihnya dengan mata sayu, "yang senyumannya tak sempat saya selamatkan."

Dengan pengakuannya, kisah ini kembali diceritakan dengan tawa lalu tangis, berlatar waktu tahun kelam warsa dua ribu tujuh.

Bercerita tentang luka-luka lama di baliknya, orkestra klasik di balik panggung kehidupan pemerannya, hingga bagaimana sang pujangga mencintai hujannya di atas pijakan dawai duri.

Bercerita tentang luka-luka lama di baliknya, orkestra klasik di balik panggung kehidupan pemerannya, hingga bagaimana sang pujangga mencintai hujannya di atas pijakan dawai duri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⠀★★★

HAPPY READING

sampai bertemu di chapter berikutnya.
Selalu beri suara dan tinggalkan komentar untuk setiap chapternya, ya! semoga semuanya selalu mendukungku. Aamiin. 😁❤️

HIRAP (Dawai Duri)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang