#HIRAP - AKHIR KITA

85 19 4
                                    

"Kamu agaknya sibuk sekali, Serina? Bahkan belakangan ini juga."

Kedua insan itu bersambung mata seolah tertarik besi berani. Bukan ini yang diinginkan Serina, bukan kecanggungan di antara mereka yang ia inginkan.

Hawa aneh menyelimuti keduanya, sangat hening. Serina menarik napas dalam-dalam, setelah memikirkan serangkai kata pembentuk kalimatnya dengan matang-matang.

"Begitulah, akhir semester selalu menyibukkan para mahasiswa bukan?" jawabnya makin canggung.

Suasana kali ini benar-benar sangat canggung untuk pasangan yang sudah setahun bersama. Walau nyatanya mereka masih berada di lingkungan kampus yang umumnya ramai, tapi suasana ini terlalu hening dan aneh bagi mereka berdua.

"Ya sudah, kalau begitu kembalilah dan belajar. Masa depanmu jelas lebih penting daripada aku," tutur Ragaskara tersenyum manis pada kekasihnya.

'Lucu' batin Serina. Mata Ragaskara sendiri seperti tenggelam ketika tersenyum, dan lagi senyumannya sangat indah seperti pelangi yang sedang melengkungkan warna-warnanya.

Saling membelakangi, pertemuan mereka hari ini telah berakhir. Hubungan mereka jelas telah meregang, seperti yang diinginkan Ragaskara pula. Kapan ia akan memutus benang merahnya?

★★★

"Nanti dulu!" Di sisi lainnya Serina berteriak lantang seraya memoles wajahnya dengan riasan yang amat tebal.

"Kamu ini! Mau sampai kapan terus berdandan?" teriak sang ibunda, tak kalah nyaring dari teriakan putrinya terdahulu.

Menghentikan aktivitas, Serina menoleh ke arah sang ibunda, "Sampai tak ada yang bisa mengenaliku di luar sana, Ibu."

Sesuai yang diperintahkan, Serina melakukan pekerjaan malamnya lagi. Meneruskan generasi sang ibunda bukanlah perkara yang mudah, siapa yang mau menjadi pelacur?

Digiring menuju hotel, Serina hanya bungkam dan menurut perintah. Dengan gaun kekurangan bahan yang membalut tubuhnya, serta riasan tebal yang terlihat sangat dewasa, Serina amat berbeda dari biasanya.

"Serina, sejak kapan kau terlihat dewasa begini?" Tuan Rengku, lelaki paruh baya berumur hampir setengah abad itu kini merangkul Serina. Nafsu telah menyetubuhi pikirannya, kacau balau pula dirinya.

Pukul dua belas malam menjadi penutup gelora keduanya. Tanpa basa-basi, Serina meninggalkan Rengku yang tampak terlelap lelah. Tak lupa pula dikantonginya segepok uang yang menjadi upahnya untuk malam ini.

Semakin sepi, semakin dingin pula hawa jalan yang dilaluinya. Salahnya juga memakai pakaian minim bahan, akibatnya ia diterpa dinginnya angin malam.

Serina kini berjalan tanpa tujuan, dipikirnya sang kekasih yang semakin terlihat curiga dengan gerak-geriknya selama ini— sungguh sial, baru saja dipikirkan, dan Ragaskara kini malah muncul secara nyata di hadapannya.

"Sudah selesai ya, Serina?" Serina bungkam, tak pantas ia muncul seperti ini di hadapan sang kekasih, ia pun mulai terisak pilu tanpa diperintah.

"Kenapa menangis?" tanya Ragaskara, enggan menatap sang kekasih. Jangan ditanya, ia kini setengah mati menjaga netranya agar tak melihat ke tubuh Serina yang lekukannya sudah terlihat sangat jelas.

"Di luar dingin, nanti bisa terkena demam dan flu," pintanya seraya memberikan jaket kulit miliknya untuk sang kekasih yang tampak menggigil kedinginan.

"Aku... aku minta maaf. Sungguh," jawab Serina terisak.

"Lelaki yang kau layani itu... adalah Ayahku." Terkejut, Serina kini membelalak. Kenyataan bahwa pelanggan setianya itu merupakan ayah dari kekasihnya sendiri, berhasil membuat sukmanya melemas.

"Serina, mari kita akhiri hubungan ini," tegas Ragaskara tanpa bertele-tele, "mari kuantar pulang dengan selamat dan tetap aman."

Malam kencan yang seharusnya menjadi indah, kini berakhir kelam seiring terputusnya benang merah yang menyatukan mereka berdua selama kurang lebih satu warsa. Hubungan mereka diakhiri dengan isak tangis Serina dan dengan ketegaran hati Ragaskara di bawah rintik hujan pada malam warsa dua ribu tujuh.

 Hubungan mereka diakhiri dengan isak tangis Serina dan dengan ketegaran hati Ragaskara di bawah rintik hujan pada malam warsa dua ribu tujuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

★★★

SELAMAT MEMBACA

Sampai bertemu di chapter berikutnya.
Selalu beri suara dan tinggalkan komentar untuk setiap chapternya, ya! semoga semuanya selalu mendukungku. Aamiin. 😁❤️

HIRAP (Dawai Duri)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang