Tuhan memberi berkat kepada ciptaannya, menaruh sihir pada mata mereka agar menemukan belahan jiwanya di balik tirai warna. apabila telah bertemu dua jiwa, maka pelangi pun tumpah mewarnai hidup mereka. Yume, salah satu ciptaannya—menjauhkan diri dari tirai yang siap untuk dibuka itu, menolak untuk bergerak dari tempat dia berpijak.
Yume menyukai kesendirian. Meskipun dikerumuni puluhan manusia yang mencintainya, dia lebih memperhatikan sunyi yang siap menemaninya. Soulmate? Yume selalu mengangkat bahu pada subjek belahan jiwa, karena dia tidak begitu peduli dengan takdir yang diberikan Tuhan, juga karena ia tahu cepat ataupun lambat, si utusan Tuhan juga akan menemuinya.
Yume benar. Kalaupun tidak, tidak mungkin warna biru laut menyapa indra penglihatannya. Di depan pohon natal, juga di depan ratusan jiwa, dua warna bertemu. Sebuah laut dalam dan gelap langit malam. Apa telah tercipta sebuah percakapan? Tidak. Sepasang adam dan hawa itu kebetulan berdiri berdampingan dan membisikkan isi hati mereka secara bersamaan di awal tahun.
"Wow … kamu ngomong apa sampai warnanya sekelam itu hei?" Si adam tertawa kepada Yume. Manis sekali seperti senyum keberuntungan.
Dan si utusan Tuhan telah mengetuk jendela di balik tirai dalam ruangan Yume. Mengintip dari dalam, ditemukannya pemuda tinggi dengan permata biru sebagai warna mata.
"Kau sendiri? Ngomong kayak lagi di awan ke-sembilan. Terang banget kayak lampu Philips."
Si adam tertawa, benar-benar tertawa sampai kehabisan napas, tangannya terulur kepada Yume, "Hei, aku tau resto enak di sekitar sini. Mau ikut?"
Pemuda itu mengulurkan tangannya seakan mengajaknya Yume keluar dari ruang kecilnya. Yume menatap tangannya sejenak lantas menggeleng. "Gak makasih."
"I like you."
Yume bergidik mendengar pengakuan dadakan si lelaki, sialnya dia tau jujur kata yang diucap karena lembut warna putih menyeka matanya. "You don't even know me."
Pemilik netra biru mengangkat bahunya, "But I want to, though. Dari nama dulu aja deh, hai aku Karasu Tabito!"
Dilema menelan Yume bulat-bulat, campur aduk perasaan membuatnya menahan pintu yang hampir terbuka. Menanggapi bisu yang menjawab perkataannya, Tabito menaruh tangan dalam saku. "Kan, gak harus pacaran kau tau, itwould be nice if we could just be eating-buddies."
"... Oke, nice to meet you, Tabito. Aku Inoue Yume."
Hangat warna orange menenangkan Yume, tumbuh benih kepercayaan membuatnya perlahan membuka tirai. Ia tertawa, sebab dari balik jendela dia bisa melihat Tabito tersenyum lebar dengan konyolnya.
"Nice to meet you too, Yume-san!"
· · ─────── fin ─────── · ·
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.