° One °

886 103 30
                                    

"Hei, Diluc!"

Gadis itu menyapa laki-laki berambut merah yang sedang fokus berkutat dengan ponselnya, sang gadis tersenyum ceria ketika memandang sang kekasih yang duduk manis di salah satu sofa kafe yang ia kunjungi.

Hari ini sudah memasuki pertengahan Desember, salju pertama sudah mulai turun di Mondstadt. Memang benar, negeri yang dijuluki negeri angin itu merupakan negeri yang sangat sejuk–bersebelahan langsung dengan gunung Dragonspine yang selalu bersalju. Tidak heran juga jikalau salju sudah turun di sana, lebih dahulu dari negeri tetangga, Liyue.

Angel's Share, di sanalah mereka berada. Sebuah kafe paling terkenal di Mondstadt, yang merupakan kepunyaan kekasih gadis itu, Diluc Ragnvindr.

"Maaf, apa kau sudah lama menungguku?" Gadis itu terkekeh kecil dan kemudian langsung duduk di seberang Diluc, sembari meletakkan tasnya di atas meja, kemudian ia tersenyum manis. "Tadi aku ada urusan sebentar di universitas ... jadinya agak terlambat."

Diluc meletakkan ponselnya di atas meja, kemudian memandang gadis itu lekat-lekat. (Name) (Surname) adalah gadis itu-ia yang sejak tadi ditatap oleh kekasihnya hanya memandang Diluc dengan keheranan.

Jika diperhatikan baik-baik, tampak terlihat tatapan kesal di balik wajahnya yang datar tanpa ekspresi itu. Namun, entah (Name) yang tidak peka–atau memang wajah Diluc yang terlalu datar, ia tidak menyadari kekesalan Diluc.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?" Sekali lagi (Name) bertanya pada sang kekasih, seraya memiringkan kepala dan meminum seteguk coklat panas–yang sudah mendingin karena Diluc sudah memesankan untuknya sejak tadi. "Apa kau marah?"

Diluc hanya menggelengkan kepalanya pelan, ia sungkan untuk mengatakannya secara langsung pada sang kekasih. "Tidak ... biasa saja."

"Aku hanya penasaran, apa yang kau lakukan di kampusmu sampai-sampai terlambat empat puluh lima menit, (Name)?" tanya Diluc sesaat sebelum ia menghela napas panjang. "Padahal seharusnya kau sudah mulai libur, 'kan?"

"Oh, memang benar. Namun, aku ada sedikit urusan di laboratorium, hehe." (Name) tertawa tanpa dosa seraya menggaruk-garuk pipinya yang tidak gatal. "Uhh–temanku membuat penelitian baru, jadi aku ingin membantunya."

"Teman ... hm?" Diluc meletakkan tangannya di depan bibir. Ia kemudian memandang gadis itu kembali. "Biar kutebak. Albedo Kreideprinz?"

"Benar sekali!"

Untuk kesekian kalinya, Diluc hanya bisa menghela napas. Ia sudah mengetahui betapa (Name) sangat dekat dengan sahabatnya sejak kecil itu–dan betapa gadis itu mencurahkan segenap perhatiannya kepada Albedo.

Berbeda dengan Diluc. Diluc hanyalah orang yang baru (Name) temui sekitar ... dua tahun lalu, ketika (Name) tanpa sengaja tertidur di kafe saat waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Kala itu, Diluc membangunkan gadis itu–mengantarkannya pulang ke rumah. Kemudian, mereka menjadi lebih dekat dan setahun kemudian mereka menjadi sepasang kekasih.

Semua itu terjadi di bulan Desember. Kali pertama mereka bertemu, lalu ketika Diluc menyatakan perasaannya pada (Name), dan pada Desember kali ini, tepat setahun mereka menjalin hubungan.

Lebih tepatnya, di tanggal dua puluh lima Desember, bertepatan dengan Natal.

"Eh, Diluc? Kenapa diam?" tanya (Name), yang seketika memecah lamunan Diluc.

Diluc menggeleng-gelengkan kepalanya lagi. "Bukan apa-apa ...."

Keduanya kemudian terdiam selama beberapa saat, rasanya cukup canggung. (Name) bingung harus membicarakan apa lagi-sementara Diluc memang jarang berbicara.

"Oh ya, Diluc. Ada yang ingin kubicarakan denganmu."

"Apa itu?"

(Name) menggaruk-garuk pipinya yang tidak gatal, kemudian memutus kontak mata langsung dengan sang kekasih. "Sepertinya ... aku akan agak sibuk mulai besok, aku ingin membantu penelitian Albedo. Jadi, mungkin kita akan jarang bertemu, terutama mendekati Natal nanti."

Ketika (Name) mengatakan demikian, kesabaran Diluc habis seketika. Ia tak mengerti; mengapa (Name) lebih memilih membantu Albedo-alih-alih meluangkan waktu untuknya? Oh sungguh, bulan Desember ini adalah bulan Natal, bersamaan dengan tanggal anniversary mereka.

Namun, bukan Diluc namanya jikalau ia mengutarakan isi hatinya secara langsung. Pada akhirnya, ia hanya menghela napas singkat sebelum berkata, "Baiklah, aku paham. Namun, setidaknya tolong sempatkan waktu untukku di tanggal dua puluh lima Desember nanti."

***

Christmas « Diluc Ragnvindr x Reader » (Genshin Impact)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang