Awal

10 3 0
                                    


Aku menghembuskan nafas lega ketika melewati koridor sekolah yang masih sepi. Jam analog di tanganku baru menunjukkan pukul 06.05, tak heran jika tadi saat melewati tempat parkir hanya beberapa kendaraan guru yang berjejer rapi. Aku bersenandung kecil seirama dengan langkah kakiku. Bukan tanpa alasan aku berangkat sepagi ini, hari ini adalah pengumuman hasil seleksi Olimpiade Sains yang membuatku terlalu semangat untuk datang ke sekolah. Aku menengok ke dalam kelasku XI IPA 1, masih kosong hanya ada beberapa tas yang pemiliknya entah kemana.

Aku memutuskan berjalan lurus dengan senyum mengembang dengan indah, namun sepersekian detik setelahnya senyuman itu berganti dengan sebuah rintihan.

" Aw." Ucapku terduduk dilantai. Aku mendongakkan kepala melihat seorang yang baru saja membuatku terjatuh.

" Ck dasar." Dia menggertakkan giginya dan segera berlalu meninggalkan aku yang menatapnya nyalang. Dahiku mengernyit heran, berfikir keras mengingat siapa pria tadi? Pria bertopi hitam dengan alis tebal dan lesung pipit di kedua pipinya. Aku membuyarkan lamunan, berdiri sembari menepuk pakaianku yang kotor. Aku bertekad mengingat wajah pria tadi, bila saja aku bertemu dengannya lagi aku akan membuat perhitungan kepadanya.

Aku meneruskan langkahku, tujuanku hanya satu. Perpustakaan, memilih berkutat bersama novel dari penulis Tere Liye hingga bel tanda masuk berbunyi.

Jangan membayangkan dia adalah seorang nerd dengan kacamata minus tebal, serta rambut berkepang dua. Bukan, dia adalah Anindhira Bellanca siswi kelas XI Ipa 1 berperawakan tinggi ramping, kulit putih, dan bulu mata lentik dengan rambut ikal sebahu yang biasa digerai bebas, serta gigi taring yang membuatnya semakin terlihat manis. Tak jarang banyak pria yang mendekatinya, tetapi dia hanya jatuh hati pada satu orang di dalam hidupnya.

Bara Mahardika, kakak kelas sekaligus Ketua Osis di SMA Negeri 14 Jakarta. Mereka adalah pasangan serasi yang bahkan hampir tidak pernah bertengkar. Dengan sosok Bara yang harmonis dan friendly mampu membuat perasaan nyaman berkembang di hati Anindhira. Tak ayal banyak orang di sekitar merasa iri dengan hubungan yang telah mereka jalin selama 2 tahun ini

***

Bel tanda masuk akan berbunyi 5 menit lagi, aku bergegas kembali ke kelas. Kulihat berbagai macam merek kendaraan roda dua maupun roda empat sudah memadati area parkir. Kelas - kelas juga sudah penuh dengan murid, berbeda halnya dengan kondisi tadi pagi. Pikiranku melayang pada sebuah novel karangan Tere Liye, " hakikat cinta adalah melepaskan " Sebuah kata sederhana tapi bagi sebagian orang bermakna. Mengingat hubunganku dengan Kak Bara entah ke depannya seperti apa, apa aku akan menjadi Rosie yang dicintai begitu amat hingga bertahun-tahun, atau seperti kisah cinta Tania yang berakhir menyakitkan.

" Ra " Seorang wanita dengan rambut berkuncir kuda menyapaku.

" Lo baru datang Na?." Yang ditanya hanya tersenyum lebar menunjukkan deretan giginya yang rapi. Karina Adiwijaya, sahabat sekaligus teman sebangkuku.

" Lo kayak gak tahu gue aja Ra, yuk masuk kelas."

Aku membalasnya dengan anggukan, berjalan beriringan menuju sebuah meja di baris kedua dekat dengan jendela. Hari Senin adalah hari yang membosankan dimana pelajaran berat biasa dijadwalkan pada hari itu. Guru Matematika terlihat berjalan memasuki kelas, dengan sebuah penggaris panjang yang menjadi ciri khasnya. Pak Bambang termasuk jejeran guru killer disekolah ini dengan perut buncit serta kumis tebal menambah kesan menakutkan diwajahnya.

" Pagi anak-anak " Sapanya

" Pagi pak "

" Hari ini kalian mendapat teman baru, silahkan masuk dan perkenalkan dirimu "

NiskalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang