Potongan Puzzle (2)

5 2 0
                                    

Aku berkali-kali menatap jam analog di tanganku, entah mengapa aku menganggap waktu kian melambat. Pikiranku tak bisa fokus pada pelajaran Seni Budaya yang di sampaikan oleh Bu Diana, Karina menggenggam tanganku seakan mengerti kegelisahan yang k alami.

Tepat dua menit setelahnya bel berbunyi, menandakan pelajaran telah berakhir. Setelah Bu Diana mengucap salam dan keluar dari ruangan, aku bergegas pergi ke taman belakang sekolah di ikuti Karina di belakangku.

" Ra " Karina menarik tanganku, menghentikan langkahku. Aku menatap kesal ke arahnya.

" Kenapa lagi Na? "

" Apa gak sebaiknya kita minta temenin guru aja Ra?, kita gak tahu loh apa yang bakal terjadi nanti disana. Kalo misalkan yang lo omongin bener tentang Kak Bara gimana? " Aku memikirkan ide dari Karina, ada benarnya memang. Tapi kenapa aku seperti tidak siap, aku terlalu takut akan kenyataan tentang Kak Bara yang sesungguhnya.

" Emang gak papa ya Na? "

" Gak papa, yuk gue yang ngomong " Kami memutar langkah ke arah ruang guru. Mencari Pak Tomi sebagai guru olahraga yang kami ajak untuk membantu kami. Setelah menjelaskan maksud dan tujuan kami, Pak Tomi mengerti dan mau membantu kami.

Kami bertiga menyusuri lorong sekolah yang sudah sepi. Terdengar suara kegaduhan dari arah belakang sekolah, aku semakin yakin bahwa yang di katakan teman Kak Bara adalah benar. Sesampainya di sana aku tercengang menatap Kak Bara dan teman-temannya yang tengah melingkar di tengah taman, dengan buku ditangan mereka. Tidak ada Ghifar, tidak ada pembullyan

" Karina, Anindhira. Kalian sangat mengganggu waktu saya " Pak Tomi berbicara dengan tegas, dengan raut wajah kesal.

" Maaf pak " Pak Tomi berlalu begitu saja meninggalkan kami di sana. Karina memberikan tatapan membunuh kepadaku.

" Tuh kan Ra, apa gue bilang lo halu tahu gak " Karina juga berjalan meninggalkanku. Aku frustasi, menoleh ke arah Kak Bara dan teman-temannya. Kak Bara berjalan ke arahku menunjukkan senyum lebar di wajahnya.

" Ada apa Ra? Kan aku udah bilang lagi ada rapat OSIS " Kak Bara menggenggam tanganku. Aku menghempaskannya, berlalu begitu saja meninggalkan tempat itu. Firasatku mengatakan ada yang tidak beres, ke mana teman Kak Bara yang memberitahuku tadi. Aku membuka sebuah aplikasi untuk memesan driver online, dan memilih berjalan ke halte sekolah untuk menunggunya di sana.

***

Bara POV

" Panggil Ari kesini " Bara menatap galak pada teman-temannya. Yang di tatap hanya diam tidak ada yang merespon.

" KALIAN BUDEK? CEPET BAWA DIA KE SINI " Teriaknya sembari menghancurkan buku-buku yang ada di sekitarnya. Salah seorang dari mereka bergegas mencari Ari, untuk dibawa ke Bara. Setelah beberapa menit kemudian, dia kembali bersama Ari di sampingnya.

" SINI LO " Ucap Bara. Ari melangkah maju dengan senyum meremehkan

" Lo kan, yang bilang ke Anindhira buat kesini? "

" Kalau iya kenapa Bar? " Bukan malah takut, Ari malah menatap balik Bara

" BRENGSEK " Bara melayangkan pukulan kepada Ari, Ari membalas menendang tulang kering Bara. Terjadilah perkelahian antara kedua orang tersebut. Bisa diakui kekuatan Bara lebih besar daripada Ari, maka ketika Ari sudah meringkuk kesakitan di tanah, dengan mulut yang bersimbah darah. Teman-temannya bergegas menghentikan perkelahian.

" Dulu Zafran, sekarang Ari. Psiko lo Bar " Daniel keluar dari barisan tersebut, membawa tubuh Ari yang sudah tak berdaya. Yang lain menatap kepergian Daniel dan Ari.

" Lo keterlaluan Bar " Satu per satu temannya meninggalkan Bara seorang diri. Bara yang terkenal sopan, baik hati serta berprestasi berbanding terbalik dengan keadaan saat ini. Inilah sifat asli Bara, tempramental, egois, dan berlaku seenaknya. Teman-temannya mungkin sudah paham dan memilih merahasiakan sifat asli Bara lantaran malas berdebat. Tapi hari ini puncaknya, Bara sudah melakukan hal fatal. Keadaan Ari bisa dibilang cukup parah, tapi mengingat perilaku Bara yang kasar terhadap perempuan membuat mereka enggan lagi berteman dengannya.

***

Karinaaa

Ra, lo gak papa kan?

I'm oke, why?

Syukurlah

Lo belum tahu? Kak Arie masuk RS

Kak Ari yang mana Na?

Ihh temen Kak Bara

Yang nyamperin lo di kantin tadi

HAH!!

LO SERIUS NA?

Iyaa, aneh gak sih Ra?

RS mana Na?

RS Medika, knp Ra lo naksir?

Read

Aku segera menutup obrolanku dengan Karina, bisa-bisanya dia bertingkah seperti itu di saat seperti ini. Aku bergegas memakai sweater ku, dan langsung menyambar kunci motorku. Aku merasa semakin aneh dengan semua kejadian ini, apa ini semua ulah Kak Bara?

Sesampainya di rumah sakit aku merutuki kebodohanku yang lupa membawa ponsel. Berputar melihat sekeliling barangkali ada yang kukenal, namun nihil. Aku berjalan ke arah resepsionis

" Permisi sus, ruangan pasien atas nama Ari di mana ya? "

" Maaf kak, boleh nama lengkapnya? Kebetulan pasien bernama Ari ada 3 " Aku menepuk dahiku.

" Duh sus saya- "

" Ngapain lo disini? " seorang pria berdiri sejajar di sampingku, memotong pembicaraan antara aku dan suster tersebut.

" Ghifar, untung gue ketemu lo. Gue mau jenguk Kak Ari " Ghifar mengernyitkan dahi. Sedetik kemudian menarik tanganku untuk mengikutinya

Dia membawaku ke ruangan ICU terlihat di sana seorang pria paruh baya tengah menenangkan seorang wanita di sampingnya, biar kutebak itu adalah orang tua dari Kak Ari. Teman-teman Kak Ari juga ada di sana kecuali Kak Bara.

" Yuk " Ajak Ghifar kepadaku, aku menahan tangannya tak yakin bila aku kesana.

" Tenang aja, lo aman sama gue " Ghifar meyakinkanku. Kami berjalan dengan aku di belakangnya ter tutupi oleh badan besar milik Ghifar.

" Bang " Ghifar menyapa seseorang disana, seseorang tersebut berjalan menghampiri Ghifar memeluk erat tubuhnya.

" Maafin gue fran. Gue gak percaya sama omongan lo " Ucapnya

" Udah lah bang, lupain aja udah lama juga kejadiaannya " Aku menatap keduanya tak mengerti. Sadar ada seseorang selain Ghifar, seorang yang kuketahui setelahnya bernama Kak Daniel mengajakku berbicara

" Lo Anindhira kan? " Aku mengangguk kaku. Kulihat Kak Daniel menatap Ghifar serius. Ghifar meminta izin untuk berbincang sebentar dengan Kak Daniel, setelah beberapa menit kemudian. Ghifar mengajakku pergi dari sana. Lantaran tak ada yang kukenal aku memilih mengikuti ke mana Ghifar pergi.

***

Halo readers

Jangan lupa vote and comment yaa

Stay tune update setiap hari pukul 11.00 AM

NiskalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang