Bagian kedua

0 0 0
                                    

BERADA DALAM BADAI

Bethesda, Maryland, Amerika Serikat.

”Apa kau sudah mencoba untuk berbicara padanya secara baik-baik?” tanya
Cellin. Wanita dengan nama asli Cellina William itu menatap dengan baik Anna yang masih menangis di dalam toko.

”Sudah tentu saja. Aku bahkan tidak bisa merutuki kesalahanku yang sungguh keterlaluan. Aku begitu menyesal."

"Apa dia selalu seperti itu?" tanyanya sekali lagi. Anna menggeleng.

"Dia baik. Dia pendiam. Aku bahkan tidak pernah dibentak olehnya selama ini.".

"Aku turut sedih. Kau bisa belajar tidak melakukan hal seperti itu lagi, An."

Ditengah situasi, Laire tiba-tiba masuk dengan suaranya yang melengking. Wanita itu berbicara dan berteriak di depan toko sebelum masuk. Tangannya menggenggam telepon yang masih menempel di telinganya dengan kuat.

"Jika dia mengemis kembali, berikan saja beberapa uang receh! Aku bekerja sangat keras untuk menghidupi putriku. Dia yang seharusnya sadar dan tahu malu atas apa yang sudah dia lakukan. Aku bekerja keras untuk kesembuhan putriku dan membuatnya tetap bahagia. Sehubungan dengan apa yang dia katakan mengenai hak waris, jangan harap aku sudi memberikan semuanya kepada wanita ular itu. Dia juga sangat mampu dari finansial dan tidak memiliki kekurangan akan hal itu. Meskipun secara hukum ini bisa terbagi, tetapi aku enggan untuk membiarkannya! Dia berhutang banyak hal padaku, dia harus bertanggung jawab!"

Ia melangkah ke atas dengan kaki jenjangnya. Mimiknya serius seperti biasanya.

"Apa yang terjadi dengan anak Laire?" tanya Anna.

"Anaknya katanya sedikit gila. Tetapi kata orang-orang, dia masih waras— bisa dibilang depresi berat. Penyebabnya apa aku tidak tahu.  Laire bahkan merahasiakan putrinya sejak dia berusia delapan tahun dari orang-orang."

"Kenapa wanita kaya seperti itu berebut harta?" tanya Anna.

Cellin hanya tertawa sebelum berkata, "Andai kau tahu tentang uang lebih dalam, kau pasti paham mengapa dia seperti itu."

Anna tidak dapat berpikir jernih. Upayanya untuk fokus mendadak begitu panas. Kepalanya pusing dan meminta ijin untuk pulang. Laire sempat bertanya dan tidak mengijinkan Anna untuk pulang. Alasannya, karena mungkin saja gadis itu mulai malas dan tetap mendapatkan uang.  Namun, ketika melihat gadis itu yang pucat, Laire membiarkannya pergi.

Anna berjalan lesu menuju rumah dengan melewati toko sepatu yang ada di samping toko tempat dia bekerja. Toko sepatu dengan tulisan besar itu sudah tahu tentang keributan yang sering terjadi di toko milik Laire.  Toko dengan nama Mariatte selalu bisa mendapatkan informasi dan langsung menyebarkan gosip. Sudah tentu melalui dinding-dinding tebal karena tidak ada celah di antara kedua toko tersebut. Meskipun begitu, rancangan dari Laire nyatanya ampuh untuk menebalkan hati para penggemarnya dan juga pelanggan setia akan kualitas produk.

Anna berjalan hingga ke halte. Bis datang lima menit kemudian. Saat Anna memasuki bis, terlihat semua kursi sudah penuh. Anna berdiri bersama dengan yang lainnya. Dia berada di depan urutan ketiga dari dua pria berbadan besar.

Menunggu selama lima belas menit, Anna berhenti dan berjalan menuju apartemen. Tepat di depan pintu, Sarah menunggu sambil meringkuk. Penampilannya kacau dan memperihatinkan.

"Sarah!" panggilnya.

"A-anna ...."

"Ayo, masuklah."

Anna membiarkannya masuk. Ia duduk di sofa panjang dan bersandar dengan nyaman. Meskipun begitu, pandangannya kosong. Dalam sekali teguk, Sarah menghabiskan teh hangat di cangkir. Hal itu tidak luput dari Anna yang melihatnya.

Pembunuhan Dalam JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang