BAGIAN 2 : Hinaan Tak Berarti

20 4 2
                                    

Aku membalas Duchess Migra dengan respon yang tidak enak juga. Lagipula ia yang memulai perdebatan ini.

Duchess Migra melihat badanku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Ia juga memerhatikan lencana penghargaan milikku yang lupa aku lepas.

"Wah, wah. Sekarang kamu sudah mendapat gelar Ksatria. Apa kamu juga belajar etiket putri bangsawan? Aku bisa mengajarimu," sindir Duchess Migra.

Aku berusaha tidak menggunakan perasaan saat mendengar perkataan Duchess Migra yang bagai racun.

Aku tersenyum paksa, "Sungguh terhormat bisa diajarkan etiket oleh Duchess yang menawan. Tapi saya lebih memilih untuk belajar menjadi orang yang kuat dan kokoh untuk melindungi negeri ini, saya tidak ingin hanya bersantai bagai putri yang manja saat Kerajaan terjadi konflik," tegasku.

Duchess Migra memasang wajah jengkel kepadaku. Ia sedang memikirkan kata-kata yang tepat untuk pembicaraan selanjutnya.

"Saya rasa kamu terlalu memuja dirimu sendiri. Mentang-mentang berhasil menjadi Ksatria wanita pertama di Negeri ini, kamu merasa tahtamu lebih tinggi dari wanita lain?" celetuk Duchess Migra.

Kesal, marah, jengkel. Ingin mencabik rasanya. Padahal ia yang mulai duluan.

"Saya tidak memikirkan tahta untuk setia pada Negeri Kerajaan ini. Saya akan membela penuh kerajaan ini dengan segenap hati saya."

Aku tidak bisa menahan mimik wajahku. Keningku sudah mengerut kesal karena perkataan Duchess Migra.

"Begitukah? Apa kamu bertugas untuk melindungi Tuan Putri?"

"Iya, Duchess Migra," jawabku singkat.

"Oh, Agneta Bresia. Kamu sungguh 'anjing yang baik' untuk Tuan Putri," ucapnya sambil membuka kipas lipatnya.

Duchess Migra menahan tawa dibalik kipasnya. Matanya memandang rendah diriku. Ia tahu bahwa aku adalah orang yang bawa perasaan.

"Tuan Putri tidak menganggap saya sebagai anj- !"

"Ksatria Agneta!" Panggil Ksatria Ilard menepuk pundakku.

Hampir saja aku mengeluarkan pedangku. Aku selamat dari jebakan Duchess Migra karena Ksatria Ilard.

"Maaf, Duchess Migra. Tapi Ksatria Agneta sedang menjalani perintah Yang Mulia. Sudah lama Yang Mulia menunggu," ucap Ksatria Ilard.

"Ksatria Ilard sedang memegang tanganku?" tanyaku bingung dalam hati.

Genggaman tangan tiba-tiba oleh Ksatria Ilard membuat pikiranku tak berarah dan terdiam sejenak.

Duchess Migra menghela nafas tidak puas, "Baiklah, sampai jumpa di lain waktu." Setelah itu Duchess Migra pergi meninggalkan kita berdua.

"Saya tahu bahwa Duchess Migra memang menyebalkan bagi anda. Tapi, anda harus tetap tahan emosi karena Duchess Migra termasuk bangsawan penting di kerajaan." Ksatria Ilard khawatir padaku. Ia tidak pernah memberikan tatapan seperti itu pada orang lainnya.

"Maaf, Ksatria Ilard. Tapi tangan anda..." ucapku melihat tangan yang masih dipegang olehnya.

"Ah! Maaf! Tanpa sadar aku..."

"Tidak apa-apa, Ksatria Ilard. Terima kasih karena sudah meredakan emosiku tadi."

Telinga Ksatria Ilard menjadi merah karena kejadian tadi. Aku jadi ikut tersipu malu sehingga suasana menjadi canggung.

"T- terima kasih, Ksatria Ilard. Saya akan pamit undur diri untuk segera menyelesaikan perintah Raja."

Aku pergi berjalan menuju perpustakaan. Ksatria Ilard mengikuti langkahku sedari tadi.

Emerald-eyed Lady KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang