2. Minggu UTS

112K 7.6K 116
                                    

Alin membolak-balikkan kertas di tangannya dengan malas. Ia melirik jam dinding sekilas, sudah hampir pukul delapan malam. Ia sudah lelah belajar, tapi materi untuk UTS besok baru ia pelajari setengahnya. Masih banyak materi yang harus ia pelajari lagi.

Alin melirik ponselnya yang sengaja tidak ia buka dari tadi. Ia lalu mengambilnya dan memutuskan untuk memainkannya sebentar. Alin membuka WhatsApps, tidak ada chat pribadi yang masuk selain dari grup. Beginilah jika tidak mempunyai pacar, tidak ada yang memberinya kabar. Alin menghela napas pelan, sudah biasa dengan hal ini. Tapi kadang ia merasa sangat ingin memiliki pacar, karena akan ada seseorang yang akan menanyakan bagaimana harinya dan dengan senang hati Alin akan menceritakan semuanya. Ia sangat butuh sosok seperti itu, tapi nyatanya sedikit sulit.

Banyak laki-laki yang mendekati Alin, tapi Alin dengan bodohnya membuat mereka semua mundur secara perlahan karena sifat Alin yang terlalu cuek. Ini semua karena ulah mantan pacarnya dulu, yang membuat standart Alin tentang kriteria pasangan menjadi tinggi. Bahkan Alin sering berpikir jika ia tidak akan bisa menemukan laki-laki yang sama seperti mantannya dulu.

Alin menutup kedua matanya sambil bersandar di kepala ranjang. Seharusnya ia sudah tidak boleh memikirkan hal itu. Sudah dua tahun berlalu dan ia masih belum bisa melupakan mantannya. Alin sendiri juga heran, kadang ia merasa hidupnya sudah baik-baik saja dan ia sudah bisa move on tapi di saat seperti sekarang, Alin merasa tidak berdaya tanpa laki-laki itu. Sungguh memusingkan bukan?

Dari pada terus memikirkan laki-laki yang tidak akan Alin sebutkan namanya itu, lebih baik sekarang ia mengirimkan pesan kepada Nadia. Untuk sekedar memastikan, apakah temannya itu sedang belajar atau tidak. Kalau Nayla tidak perlu ditanya lagi, sahabatnya itu jika tidak sedang bekerja pasti akan fokus belajar sekarang.

Alinka Meara S : Nadiaaaaa

Alin tersenyum sendiri membaca pesannya yang tampak tidak santai. Ia sudah bisa menebak bagaimana respon Nadia.

Nadia A : APAAA??? Kebiasaan deh, suka bikin orang jantungan

Tuh kan, respon Nadia seperti apa yang Alin bayangkan. Ia terkikik pelan karena membayangkan bagaimana wajah lucu sahabatnya sekarang, yang sedang uring-uringan.

Alinka Meara S : Hehe sorry 😂. Udah belajar belom?

Nadia A : Belomm, masih mager. Selesaiin drakor dulu lah baru belajar

Alin merasa lega karena Nadia belum belajar. Ia bisa santai-santai dulu sekarang sebelum melanjutkan lagi belajarnya nanti. Ia menutup aplikasi WhatsApp dan kini ganti menjelajahi aplikasi instagram.

Alin yang sedang tertawa-tawa karena melihat video lucu harus menghentikan tawanya akibat pintu kamarnya yang tiba-tiba terbuka cukup keras. Alin sudah menduga, pelakunya tidak lain tidak bukan adalah Mamanya sendiri.

"Mama ngagetin aja deh," ujar Alin kesal. Ia seperti mendapat karma instan karena sudah mengerjai Nadia.

"Ngapain kamu senyum-senyum, lagi chat sama siapa?" Bukannya menjawab Dewi malah bertanya dengan tatapan menyelidik.

"Chat apaan sih, orang Alin lagi lihat video lucu." Alin mematikan ponselnya dan menatap Mamanya dengan serius.

"Kirain chat sama pacar kamu."

"Kalau Alin punya pacar emang kenapa?"

"Ya gapapa, Mama harus kenal pokoknya dan laki-laki itu harus anak yang baik."

Alin sudah lelah karena Mamanya terlalu ikut campur dalam urusan percintaannya.

"Enggak, Alin lagi nggak ada pacar sekarang."

Hello, Mr. ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang