Tegar Revalentio, jika ia merasa suatu hari dalam hidupnya harus diabadikan, dikenang, diingat ia akan melukis atau membuat sketsa. Sama halnya dengan seorang gadis bernama Septia Amaranggana yang Tegar kenal saat mereka sedang bersantai di taman Lu...
Jika kau pergi ke Prancis, apa tujuan mu pergi kesana? Berlibur, tentu. Bagi sebagian orang pergi ke negara seperti Prancis tujuannya yaitu berlibur. Tapi tidak untuk Tegar, seorang pria yang hobi minum meski ia harus merasa lemas setiap pagi, mual, meminum banyak obat dalam sehari, serta cuci darah tiga kali dalam seminggu.
Suatu hari, di Bulan Desember dengan hawa dingin yang menusuk tulang Tegar pergi ke kediaman temannya, membawa tas berisi banyak alat lukis dan sebuah kanvas ditangannya
Napas nya tersenggal, Tegar menjatuhkan tubuhnya didepan pintu apartemen sahabatnya. Sesak dan hawa dingin yang mengerubungi Tegar seakan-akan ingin membunuhnya saat ini juga.
Jevin membuka pintu kediamannya, lantas terperanjat ketika tubuh Tegar tergeletak tak berdaya.
"GAR!!!"
"J-jev..." Tegar menaikan tangannya mencari pegangan.
"Gue disini, tungu sebentar."
Lantas ditinggalnya Tegar sendirian yang tergeletak di koridor. Sesak, hanya itu yang dapat dirasakan oleh Tegar sekarang. Ingin merubah posisi nya pun ia sudah tak mampu lagi.
"Tuhan... Jangan sekarang, kumohon..."
Di ujung koridor nampak Jevin sedang berlari sambil mendorong kursi roda yang ia pinjam dari seorang nenek yang tinggal di lantai bawah. Wajahnya tidak kalah pucat dengan Tegar.
"Gar, lo harus bertahan, demi lukisan lo yang belum selesai" Jevin memegang erat tangan Tegar, sementara yang dierat merintih sesak, berusaha mengangguk mengiyakan jika ia harus bertahan demi sebuah lukisan yang sudah digarapnya sebulan terakhir.
Jevin melepaskan tas besar berisi alat lukis yang menggantung di pundak Tegar, membuangnya ke segala arah tak peduli jika ada barang yang rusak didalamnya. Lantas dengan sekuat tenaga Jevin mengangkat Tegar untuk duduk di kursi roda yang ia bawa tadi.
"Gue disini Gar, selama ada gue lo juga harus ada," Jevin berbisik pada Tegar, mengatur napasnya terlebih dahulu sebelum berlari menuju lift.
Diluar gedung apartemen terlihat sebuah ambulance terparkir disana, menunggu kehadiran Tegar untuk dibawa ke rumah sakit.
꧁✧꧂
"J-jev..."
"Gue disini, Gar"
Tubuh Tegar terbaring di ranjang rumah sakit, sebuah selang infus melekat pada punggung tangan kirinya, dan jangan lupa hal yang paling penting bagi pasien yang kesulitan bernapas seperti Tegar, sebuah oksigen.
Wajahnya pucat, warna putih tembok juga kalah jika dibandingkan dengan warna kulit Tegar sekarang.
꧁✧꧂
"Gar, makan" suruh Jevin ketika ia meletakkan nampan berisi salad ikan, ayam yang dimasak dengan courgette untuk hidangan utama, kue untuk pencuci mulut serta sepotong roti baguette.
Tegar mengacuhkan ucapan Jevin barusan, Ia memperbaiki posisi lalu mengambil ponselnya di nakas.
"Gar, makan." ucap Jevin sekali lagi.
"Lo aja, lo belum makan kan?" kata Tegar yang sibuk dengan ponselnya.
"Gue udah beli roti tadi, makan Gar lo gak bakal sembuh kalau lo kek gini terus, waktunya makan ya makan, Gar!"
"Gue gak bakal sembuh Jev, gak bakal sembuh." Tegar menatap Jevin lekat, siratan matanya sangat jelas ia tidak ada harapan untuk hidup. "Waktu gue gak banyak kan? Hahaha gue harus cepet-cepet finish-in lukisan gue"
"Gar, dengerin gue, seenggak nya bisa diulur dengan lo rajin HD, gausah ngamer, minum soda. Kalau melukis minum air putih aja Gar, percuma tau gak lo ke Prancis malah mati disini lo-"
"Gue emang mau mati disini Jev" Tegar memotong pembicaraan Jevin, lalu kembali fokus pada ponselnya.
Keras kepala.
"Baguette nya keras, makan cake nya aja." ucap Jevin sambil meletakkan sebotol air mineral di nakas, kemudian berlalu pergi keluar.
꧁✧꧂
Hello, this my first story (myb), saya udah bolak-balik bikin cerita tapi gak ada yang tamat. So, i hope i can finish this story.
Anw, give me your feedback bcs i really need it ( ˘ ³˘).
Thank youu♡
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tegar Revalentio and his painting♡
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.