BAGIAN 5

2 1 0
                                    

Happy Reading

Nana menyalami tangan suaminya yang baru tiba dari kantor. Seperti apa yang sudah pria itu katakan, teman kantornya benar-benar akan tinggal di sini untuk beberapa waktu. Terlihat dari beberapa koper yang di turunkan dari mobil.

"Dia Sheila, sekretaris saya. Dia akan tinggal di sini untuk beberapa waktu." Ucapan Amir tadi hanya di angguki oleh Nana.

Nana berpikir apakah gaji yang di berikan oleh suaminya itu terlalu sedikit sehingga membuat sekretarisnya ini harus tinggal bersama mereka.

Perasaan mengganjal mulai menguasai hatinya.

Sheila mengulurkan tangannya, "saya Sheila, sekretaris bapak Amir-Dan kekasih suami kamu" aTidak, Sheila mengucapkan potongan hal itu di dalam hatinya. Amir meminta untuk merahasiakan hubungan mereka dari siapapun.

"Sheila, silahkan masuk. Biar saya tunjukkan di mana kamar kamu." Amir mengajak Sheila dengan senyum tipis di bibirnya.

Nana masih setiap di tempatnya. Berdiri tegak dan kaku memandangi supir yang mulai membawa masuk koper-koper milik Sheila.

Nana memilih masuk dan menyiapkan makan siang.

Kali ini, untuk pertama kalinya setelah 5 bulan lamanya. Akhirnya Amir bergabung ikut memakan masakan Nana.

Nana tersenyum hangat.

Kali ini makanan yang ia buat tidak ada yang terbuang mubazir. Amir juga sangat terlihat lahap memakan masakannya. Ia berharap Amir bisa terus seperti sekarang dan selamanya.

Setelah selesai makan siang, Nana mengangkat piring kotor dan memindahkannya ke tempat cuci piring.

Sheila berjalan hendak mengikuti Nana untuk membantu Nana mencuci piring-piring kotor itu. "Sini mbak, biar aku aja" tawar Sheila.

Nana pun mengangguk tersenyum, ia merasa senang. Nana merasa tertolong, karena masih ada hal yang harus dia kerjakan. Sepertinya kehadiran Sheila di sini tidak terlalu buruk.

Nana memasuki kamar milik ia dan Amir.

Nana melihat Amir yang sedang berkutat dengan laptopnya di atas kasur. Nana menghampiri suaminya "Mas, mau aku bikinin kopi atau teh?."

Belum sempat Amir menjawab. Di pintu mereka ada Sheila yang sedang berdiri membawa nampan yang berisikan teh hangat.

"Maaf Mbak, Pak ganggu. Saya cuman mau ngasih ini." Sheila masuk tanpa izin dari pemilik kamar itu.

Amir tersenyum kepada Sheila "Makasih." Sheila langsung melenggang pergi dari sana meninggalkan kedua pasutri itu dalam satu kamar.

Nana menghela nafas gusar.

Nana menghampiri Sheila yang berada di dapur. "Sheila, makasih tehnya tapi lain kali aku aja yang bikinin dia. Karena itu tanggung jawab aku bukan kamu."

"Oh iya deh mbak, kalau gitu maaf ya mbak."

Nana tersenyum manis "Iya ga apa-apa, kalau gitu aku mau belanja dulu ya."

"Iya mbak."

Setelah pulang berbelanja keperluan yang kurang, wanita itu kembali kerumahnya dengan menggunakan ojek online.

"Nih Pak" Nana menyodorkan uang kertas selembar berwarna biru.

"Waduh Neng, ga ada uang pas aja ini."

Nana tersenyum "ga usah Pak, ambil saja kembaliannya." Bukannya ia sombong ya, ia memang sudah merencanakannya sedari tadi.

Hitung-hitung sebagai amal di akhirat kelak.

Nana langsung melenggang pergi. "Mbak tunggu" tahan bang ojol. "Maaf Neng, itu helmnya belom di lepas." Ahh pantas saja kepalanya terasa berat, ternyata helmnya belom di lepas.

Nana jadi malu. "Hehe maaf ya pak, makasih pak udah anterin saya sampai rumah dengan selamat."

"Iya Bu, saya juga makasih. Mari bu."

Nana hanya membalas dengan senyum manisnya.

Di sore ini, Nana berencana akan memasak gulai ayam untuk makan malam mereka. Pertama ia akan mencuci semua bahan yang akan di masak terlebih dahulu.

"Sini Mbak biar ku bantu" ujar Sheila mengambil alih tugas memotong Nana. "Gak usah, kamu kan tamu. Kamu duduk aja" tolak Nana, ia sendiri merasa tidak enak karena sedari tadi Sheila sudah membantunya.

"Benar kata Nana, kamu diam saja" suara bariton itu berasal dari arah belakang mereka. Ya, tidak lain dan tidak bukan itu adalah suara Amir.

Suara itu membuat kedua wanita itu menengok ke arah belakang mereka. Amir dengan setelan kaos hitam dan celana selutut berwarna hijau army.

Sheila hanya menunduk dan pergi berlalu dari keduanya.

Meninggalkan kedua suami istri itu yang saling menukar pandangan kaku. Keheningan terjadi di antara mereka berdua, Amir berlalu begitu saja dari hadapan Nana.

Nana menghela nafasnya kasar dan melanjutkan kegiatan memasaknya yang tertunda.

Sedangkan sekarang, Amir sedang berjalan untuk menghampiri kekasih gelapnya menuju kamar tamu yang berada di lantai dua.

Amir memeluk Sheila dari belakang dan menelusupkan kepalanya ke dalam ceruk leher Sheila. "Sayang" manja pria itu.

Sheila menyeringai jahat. "Apa sayang?."

Amir hanya mengangkat kepalanya sebentar dan kembali menyandarkan kepalanya di bahu Sheila. Sesekali lelaki itu mengecup leher jenjang milik wanita itu.

Amir membalik posisi Sheila yang membelakanginya menjadi berhadapan dengannya "I love you" ujar pria itu yang terdengar tulus.

"I love you too." Sheila langsung menyambar bibir Amir, begitu juga dengan Amir. Lelaki itu tampak pasrah menikmati bibir kekasih gelapnya ini.

Sangat menjijikkan bukan?

Istrinya sedang berkutat di dapur namun suaminya malah asik selingkuh dan bermesraan dengan wanita lain.

Seakan janji akad yang mengikat hilang dan sirna begitu saja. Amir telah mengotori kain yang suci nan bersih itu. Hati dan pikirannya sudah di kuasai oleh nafsu duniawi.

Laki-laki itu kalah pada kenikmatan dunia.

TBC.

Maaf ya gaess kalau kali ini ceritanya kayak rada geli gimanaaa gituuu...

wkwkwkwkwk...





Tentang Rasa [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang