BAGIAN 6

0 0 0
                                    

Happy Reading

Memang cara terbaik menikmati angin adalah pada malam hari. Meskipun hari ini jauh lebih menusuk, namun ini lebih baik bagi Riko dari pada terus meratapi ke-jombloannya.

Merasakan sunyi nya malam memang sangat menenangkan.

Riko masih membayangkan wanita tadi. Wanita yang ia antar kan dompetnya ke rumahnya. Riko berharap ia bisa menemui wanita itu lagi di lain waktu.

Membayangkan senyumnya wanita itu membuat hati Riko menjadi hangat. Itukah takdirnya?

Adat apakah yang cocok untuk pernikahannya nanti dengan wanita itu ya?

Ia harus mencari tau semua tentang wanita itu. Bagaimanapun caranya, ia harus bertemu kembali dengan wanita itu.

Riko mengambil ponselnya yang berada di nakas samping tempat tidur. Ia menuju salah satu nomer yang tidak lain dan tidak bukan adalah nomer sekretarisnya.

[Chat]

Riko:
Lyna, siapa nama panjang wanita tadi?
Beri tahu saya secepatnya
kalau tidak, kamu tidak jadi libur

Di sisi lain Lyna yang baru saja membersihkan badannya, langsung mengambil ponselnya yang bunyi itu. Takut ada yang penting.

Dan benar saja, pesan dari bos nya muncul di tampilan notifikasi. Menyebalkan sekali bos nya, selalu mengancam liburnya.

[Chat]

Lyna:
Maaf Pak baru bales

Namanya Nasyela Oktaprianda Pak

Setelah makan malam, Nana memilih untuk duduk di balkon kamarnya. Memandangi langit yang gelap tapi penuh dengan bintang.

Membuat suasana hati yang sedang gundah menjadi tenang.

Nana memandangi cincin pernikahannya dengan Amir. Pria itu berubah, Nana sendiri juga tidak tau apa yang menyebabkan suaminya itu berubah.

Dari yang lemah lembut menjadi kasar.

Apakah ia membuat kesalahan besar hingga akhirnya suaminya itu berubah dan mengambil jalan kotor untuk pelampiasan?.

Nana mengingat kembali masa mereka pacaran. Nana sangat bahagia, mungkin pada saat itu Nana adalah orang yang paling beruntung mendapatkan Amir.

Nana masih mengingat jelas ketika ia berada di titik terendah Amir selalu mengatakan. "Jangan takut, aku ada di sini. Kamu masih punya aku."

Tapi sekarang, malah berbanding terbalik. Kata-kata yang di lontarkan malah berbanding balik dengan keadaan. Lelaki itu malah membuat dirinya menjadi takut.

Amir-nya sudah hilang.

Apakah lebih baik ia berpisah saja dengan suaminya?

Atau tetap mempertahankan pernikahan yang rasanya di ujung tanduk?

Pemikiran seperti itu terus berputar di otaknya. Apakah ia harus melakukan apa yang suaminya lakukan agar suaminya itu sadar?.

•••

Pagi ini Nana bangun agak siangan dengan mata yang sembab, di karenakan menangis semalaman. Ia tidak melihat suaminya di kamarnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 12, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tentang Rasa [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang