Wajah Pendekar Seruling Perak dan Pendekar Beruang Merah seperti tomat matang. Tiba-tiba Abiyasa menerjang ke depan, melakukan serangan cepat dengan mengandalkan jurus-jurus andalan. Bara Genta tertawa menghadapi serangan Pendekar Seruling Perak. Ketika tangan kanan lawannya meluncur deras ke arah dada, dia sama sekali tidak menghindar. Sehingga....
Buuuk!
"Heeep!" Bara Genta hanya tergetar saja. Sedangkan Pendekar Seruling Perak merasa tangannya seperti membentur batu karang yang amat keras. Ketika Pembegal Jagad menggerakkan tangannya, Pendekar Seruling Perak yang bernama asli Abiyasa merasa seperti ada sebuah batu besar menghimpit tubuhnya.
"Huaaakh...!" Pendekar Seruling Perak terpelanting roboh dengan mulut mengucurkan darah. Sementara Pendekar Beruang Merah tidak tinggal diam. Disertai teriakan keras diterjangnya Bara Genta dengan jurus-jurus 'Beruang' yang dimilikinya. Tangannya dengan ganas menyambar ke bagian-bagian yang mematikan.
Bara Genta segera mengeluarkan jurus 'Liukan Sang Api'. Seperti diketahui, jurus ini hampir sama hebatnya dengan jurus 'Sembilan Langkah Ajaib' yang dimiliki Pendekar Rajawali Sakti.
"Hiyaaa...!" Melihat serangannya berhasil dipatahkan, disertai teriakan keras Pendekar Beruang Merah langsung mengerahkan jurus 'Beruang Membalik Bukit'. Kemudian dilepaskannya tendangan telak ke arah sasaran.
Sedemikian cepat tendangan itu, namun Bara Genta masih saja bisa menghindar dengan melompat ke samping. Bahkan tangan kanannya meluncur ke arah kaki Pendekar Beruang Merah. Maka....
Duuuk!
"Auuukh...!" Benturan keras terjadi. Pendekar Beruang Merah terhuyung-huyung ke belakang sambil terpincang-pincang. Kakinya yang membentur tangan Bara Genta langsung membengkak. Kenyataan ini sungguh mengejutkan. Karena tadi dia telah mengerahkan tenaga dalamnya ke bagian kaki.
"Hahaha...! Sebentar lagi kau akan kukirim ke neraka bersama kawanmu yang tolol ini!" dengus Bara Genta.
"Dasar keparat! Hiyaaa...!" teriak Pendekar Beruang Merah.
Tiba-tiba laki-laki ini meluruk dengan kecepatan dahsyat. Kedua tangannya bergerak cepat, mementang jurus-jurus yang diandalkannya. Dan tiba-tiba tangannya dikibaskan.
"Pukulan 'Angkara Murka'! Heaaa...!"
Bara Genta hanya tersenyum ketika melihat seleret sinar merah meluncur deras ke arahnya. Begitu sinar itu sejengkal lagi menghantam, kedua tangannya disilangkan ke depan dada. Sekejap kemudian tubuhnya pun bergetar. Bersamaan dengan itu pukulan yang dilepaskan Pendekar Beruang Merah menghantam.
Blaaar!
"Hehehe...!"
Sungguh sial bagi Pendekar Beruang Merah. Karena hawa panas yang menghantam, hanya membuat pemuda berkulit gelap itu terjengkang sambil tertawa-tawa. Secepatnya Pembegal Jagad berdiri. Secepat itu pula tenaga dalamnya dikerahkan ke bagian tangan.
"Aji 'Pedut Segara'! Hiyaaa...!" Dengan teriakan membahana, Pembegal Jagad melompat ke depan. Tangannya seketika dikibaskan. Suasana terang mendadak berubah redup.
Saat itu juga bertiup angin menderu disertai udara dingin yang sedemikian menusuk. Sementara Pendekar Beruang Merah sudah tidak sempat menghindar lagi. Maka...
Glaaar!
"Aaa...!" Jeritan keras terdengar, ditingkahi ledakan dahsyat. Pendekar Beruang Merah terpelanting roboh. Tubuhnya berkelojotan sebentar. Sementara, darah terus menetes dari hidung dan mulutnya. Laki-laki itu tewas detik itu juga.
Pendekar Seruling Perak tampak terkejut sekali melihat kematian kawannya. Seketika langsung dikeluarkannya seruling berwarna perak mengkilat. Tatapan matanya memandang geram pada Bara Genta.
Sebaliknya, Pembegal Jagad memandang dengan sinar mata dingin. "Satu telah kubunuh. Dan kau giliran selanjutnya!" desis Bara Genta.
Pendekar Seruling Perak tidak menanggapi ucapan lawannya. Segera serulingnya ditiup. Suara seruling mengalun tinggi, mendayu-dayu. Bara Genta yang tidak menyangka dengan kehebatan seruling itu langsung terkesiap. Tampaknya, dia terpengaruh irama seruling. Maka ketika suara seruling itu berubah sedih, Pembegal Jagad menangis tersedu-sedu seperti anak kecil. Dia terus menangis seirama suara seruling. Langkah Bara Genta pun terhuyung-huyung, sampai kemudian kakinya terpeleset. Bara Genta tersungkur jatuh. Namun justru hal ini mengembalikan kesadarannya dari pengaruh seruling.
"Keparat! Kau menipuku dengan segala permainan yang tidak ada artinya!" teriak Bara Genta marah bukan main.
"Jangan banyak mulut. Majulah...!" tantang Pendekar Seruling Perak.
Mendapat tantangan seperti itu, Pembegal Jagad tidak tinggal diam.
"Heaaa...!"
Mendadak, Bara Genta melakukan beberapa gerakan, lalu melompat ke depan. Kakinya melakukan sapuan ke kaki Pendekar Seruling Perak.
Abiyasa cepat melompat ke udara, membuat serangan Bara Genta hanya menebas angin. Namun cepat sekali Pembegal Jagad menghantamkan tinjunya ke wajah itu. Bersamaan waktunya, Pendekar Seruling Perak juga mengibaskan serulingnya.
Trak!
"Heh...?!" Dengan wajah terkejut Abiyasa melompat mundur. Tangannya yang memegang seruling terasa dingin bagaikan ditusuk-tusuk jarum.
Sementara, Bara Genta sendiri hanya terhuyung-huyung saja sambil memegangi tangannya yang agak membengkak.
"Boleh juga permainanmu! Tapi kurasa kau tidak dapat bertahan lama dalam menghadapi aku! Hiyaaa...!"
Disertai teriakan keras Pembegal Jagad melompat tinggi ke udara, dan langsung berjumpalitan beberapa kali. Ketika tubuhnya meluncur deras ke bawah, dengan mempergunakan jurus 'Mematahkan Sambaran Sang Api' tangannya bergerak ke bagian bahu Pendekar Seruling Perak.
Duk! Duk!
Krak! Krak!
"Aaaugkh...!" Hantaman kedua tangan Bara Genta yang sedemikian keras, membuat bahu Pendekar Seruling Perak patah menimbulkan suara berderak. Laki-laki berbaju putih ini menjerit dan jatuh terduduk.
Bara Genta tersenyum dingin melihat penderitaan pendekar ini.
"Sekarang aku telah membuktikan sebagian di antaranya! Hahaha...!" leceh Bara Genta dingin. Perlahan-lahan Pembegal Jagad menghampiri Abiyasa yang tulang bahunya telah hancur. Sambil mendengus, Bara Genta menendang.
Sementara Pendekar Seruling Perak jelas tidak dapat bergerak leluasa. Sehingga....
Buuuk!
"Hekh...!" Pendekar Seruling Perak terpelanting. Dua buah tulang iganya remuk. Darah mengucur dari hidung dan mulutnya. Tampaknya dia begitu sulit bernapas.
"Kau hanya bermulut besar, Manusia Tolol! Mana kehebatanmu? Kau tidak lebih dari seorang banci!" ejek Bara Genta.
"Iblis Jahanam! Kau menang! Sekarang, tunggu apa lagi?!" sentak Pendekar Seruling Perak.
Pembegal Jagad tertawa-tawa. Wajahnya yang hitam berubah makin kelam. Kemudian dia melompat mundur sejauh dua batang tombak. Setelah itu...
"Aji 'Pedut Segara'! Hiyaaa...!" Bara Genta tiba-tiba mengibaskan tangannya ke depan. Saat itu juga segulung angin dingin menebar kabut putih meluncur deras ke arah Abiyasa. Tidak dapat dihindari lagi....
Blar!
"Aaa...!" Dengan telak pukulan yang dilepaskan Bara Genta menghantam Pendekar Seruling Perak. Ledakan disertai suara jerit kesakitan terdengar, mengiringi kematian Pendekar Seruling Perak.
Bara Genta tersenyum penuh kejumawaan. Matanya hanya sekejap saja memperhatikan lawannya yang sudah tidak bernyawa. Dan sambil mendengus, tubuhnya berkelebat pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
203. Pendekar Rajawali Sakti : Kitab Pelebur Jiwa
AcciónSerial ke 203. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.