32

363 30 0
                                    

2020 : CINCIN




Satu musim berlalu lagi tanpa terasa. Siang itu, hari lumayan terik dan Jake sudah sangat mengantuk di jam terakhir. Ia berkali-kali nyaris menjatuhkan kepalanya ke meja, beruntung ia duduk di deretan paling belakang.

"Jake, Jake.. cepet liat ke jendela!" seru salah seorang kawan sejurusan Jake, tepat saat ia baru saja akan memejamkan matanya untuk kesekian kali. Dosen mereka menoleh dan menatap tajam pada pemuda mungil yang namanya disebut itu. Namun, tatapannya melunak saat dilihatnya Jake bangkit dari kursinya sembari memegangi perutnya dan berjalan sedikit tertatih ke arah jendela.

"Jake Shim!" Heeseung berteriak dari arah lapangan futsal begitu Jake menyembulkan kepalanya. Kini, mahasiswa lain yang tidak begitu dekat dengan Jake, termasuk dosen mereka, ikut melongokkan kepala mereka ke luar.

"Heeseung.." Jake menutup mulutnya sendiri dengan tangan.

Di tengah lapangan hijau tersebut, Heeseung tengah duduk bersila sembari memangku gitarnya.

"Listen to me well, my little Puppy," seru Heeseung lagi, dan ia pun mulai memetik gitarnya.


🎶Cravity - Breathing🎶

'여전히 남아있어
모든 마셔버리고 한숨에 뱉어내도
어딘가 걸려서
너만 빼고 빠져나와
조용히 눈을 감아 나지막이 불러

머릿속을 한번 돌아
등을 타고 내려가
마음을 다시 한번 담아
입술 끝으로 넘쳐와

숨에 너를 담아서 한번에 전부 내뱉어
보이지 않는 곳으로 흩어진 너를 모아서
다시 들이마셔, 너의 기억이 들어와
손끝까지 퍼져 너란 숨은
사라지지 않아 한숨은

뱉어낼게, 전부 비워낼게'


"Jake Shim, kamu alasan dari setiap nafas aku saat ini. Mungkin menurut kamu ini berlebihan, aku cheesy banget dan bikin kamu ngerasa aneh. Tapi.. nyatanya aku emang nggak bisa bayangin hari-hari aku tanpa kamu. Jadi... mau ya nikah sama aku? Would you marry me?"

Heeseung merogoh saku celana jins-nya dan mengeluarkan kotak beludru dari sana serta membukanya. Menampilkan cincin sederhana dengan batu kecil di tengahnya. Batu itu mengkilap memantulkan cahaya matahari yang terik, menambah kadar kecantikannya.

Sederhana dan cantik, sama seperti Jake bukan?

Jake tidak sanggup lagi berkata-kata. Ia mengangguk berkali-kali, air matanya terus berlomba.

"Udah gih balik ke kelas, nanti lo dihukum!" seru Hanbin.

"Ini udah dihukum! Gue sengaja nggak bikin tugas di jam terakhir," sahut Heeseung dengan cengiran bodoh itu di wajahnya.

"Aku sayang kamu, Hee! Dasar cowok tolol!!" pada akhirnya, Jake berseru lantang meski ia belum berhenti menangis.

"Aku tunggu kamu di depan pintu nanti! Mau pakein cincin ini ke kamu!"

"Kalian tuh.. emang selalu se-random ini ya?" ujar Hanbin terkagum.

"Salah. Emang dianya aja yang selalu ajaib," kekeh Jake.



- - -



"Jakey..." Heeseung telah berlutut di depan kelas Jake saat bubaran. Senyum lebar itu terpatri di wajahnya. Sedangkan Jake? Ia kini mati-matian menahan malu dan senyumnya.

Heeseung mengambil tangan kiri Jake dan memakaikan cincin pada jari manisnya.

"Aku nggak usah nanya dua kali 'kan?" ujar Heeseung sembari menatapnya berbinar.

"You don't even need to ask. I love you.." cicit Jake.

Heeseung pun bangkit berdiri dan membawa Jake ke dalam gendongannya, menyandarkannya pada tembok untuk bertumpu, lalu mengecup bibirnya dan melumat dengan perlahan dan berkecipak. Momen mereka diabadikan banyak sekali mahasiswa lain yang berlalu lalang.

Jake menjatuhkan kepalanya di bahu Heeseung, mencoba bersembunyi disana karena ia kehabisan nafas sekaligus tersipu. Tangan mungilnya mencengkeram punggung Heeseung, mengeratkan pegangannya.

"Mau kemana kamu sekarang? Maafin aku, ternyata bikin paspor kelarnya nggak secepat itu. Kita nggak jadi ke Aussie.. jadinya aku ngelakuin ini sekarang. Tadinya aku mau ngelamar kamu di depan orangtua kamu," ucap Heeseung pelan, tepat di samping telinganya.

Jake mendongak, ia menggelengkan kepalanya sebagai respon.

"Kamu nggak usah ngelakuin yang sebesar itu. I'm happy just the way things are now, Hee. Makasih.. makasih karna udah ngikat aku. Makasih buat cincinnya.. I know you've spent a lot on this. This is more than enough for me.." sahut Jake seraya mengulaskan senyum malunya.

"I still want to take you somewhere for our long weekend tho. So tell me where? "

"Shall we go camping? And make it a triple date?" kini, Jake memamerkan cengirannya.

"Triple?" Heeseung menaikkan sebelah alisnya.

"Aku, kamu. Sunghoon, Minhee. Jungwon sama Jay. I want to spend it with my closest ones, can we?"

"Granted."



- - -



Jumat yang ditunggu akhirnya tiba. Mereka pergi untuk healing camp dan menyewa vila di Paju. Tadinya, Jake bersikeras agar mereka membuat tenda di alam liar. Tapi, Sunghoon dan Jungwon selaku kawan-kawannya yang layaknya tuan puteri itu menolak keras. Mereka tidak mau bersusah payah seperti manusia purba, katanya.

"Jadi.. ini bagi kamarnya mau gimana? Cuma ada dua," protes Sunghoon.

"I'm staying with my big baby," Jake menduduki pangkuan Jungwon tanpa aba-aba. Jungwon mengerutkan dahinya, ia pikir Jake akan membuat kakinya mati rasa dengan tambahan bobot di perutnya. Namun, nyatanya kawan mungilnya itu tetap ringan seperti sebelumnya. Mau tak mau, itu membuatnya sedikit khawatir.

"Jake, berat lo berapa sekarang?" tanyanya pelan.

"51.. mungkin? Kenapa?" Jake menolehkan kepalanya.

"Ya ampun.. oke. Kita bakar daging ya malem ini? It's on me? Mau daging apa?"

"Lo angin apaan deh Ju? Biasanya pelit banget?" Jake membelalakkan matanya. Jungwon pun menggeleng seraya terkekeh.

"It's okay, it's a special occasion. I want to spoil my little nephew."

Jake pun mengalungkan tangannya ke leher Jungwin dan mengecupi pipinya lama.

"Makasih Aunty.." bisik Jake.

"Anytime, Puppy."





.....tbc

HI, BYE, PAPA [HeeJake / HeeHoon / SungJake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang