Di takdirkan selalu bersama ternyata tidak mempermudah kebersamaan mereka, tapi untuk kali ini biar mereka kembali menikmati kebersamaan.
Beomgyu tidak bercanda saat bilang Ryujin pandai menulis lirik lagu, Ryujin juga tidak mungkin menyangkal itu. Mereka mungkin lebih handal di bidang dance, vokal mereka juga tidak menonjol tapi lirik yang di tulis Ryujin membangun kemampuan bernyanyi keduanya.
Ryujin mengabaikan kelas membosankan dengan mengetuk-ngetuk pulpen ke meja lalu mencoret beberapa bait kata yang cocok dengan melodi yang terbayang di imaginasinya, sangat menggangu Beomgyu yang tidur di sebelahnya. Namun Beomgyu mengampuninya setelah membaca lirik-lirik penuh makna yang di tulis asal itu, Ryujin luar biasa di bidang seperti ini.
Gadis itu membongkar tumpukan kertas lapuk di kardus-kardus yang baru saja di kirim kemarin. Kardus berisi coretan-coretan yang mungkin bisa di gunakan untuk menemukan ide lirik yang akan di tulisnya.
Ryujin harus mengambil kesempatan ini, dia harus melakukannya agar orang-orang tidak merasa hanya Ryujin yang di rugikan, juga untuk menumpahkan segala rasanya dan memberi tahu semua orang tanpa mereka sadari.
Malam itu gadis yang hampir kehilangan harapannya, mengikuti impiannya yang lain, berusaha membuat hatinya merasa bebas dengan melakukan sesuatu yang mungkin akan berharga, lagu yang akan di tulisnya adalah pembuktian Ryujin untuk dirinya sendiri.
Seperti pagi hari biasanya di drom ini, Ryujin selalu bangun paling awal. Merapikan ruangan tempat mereka berkumpul, lalu menyusun menu sarapan di meja sebelum naik ke kamar Beomgyu untuk membangunkannya.
Tangga itu membawa Ryujin ke lantai yang masih sepi, semua member masih tertidur pulas di kamarnya masing-masing, satu-satunya kamar yang bisa di kunjungi Ryujin adalah kamar Beomgyu, selain itu tidak boleh. Larangan keras, itu berbahaya. bagaimanapun mereka lawan jenis. Ryujin hampir trauma saat melihat Soobin keluar kamar dengan telanjang dada, meskipun setelahnya pria itu yang trauma karena di hajar bersama oleh yang lain.
"cepat bangun" Ryujin menggeser sedikit rambut yang menutupi mata kekasihnya yang masih tertutup.
Tidak ada respon sama sekali setelah beberapa saat, namun tangan Pria itu tiba-tiba saja mengambil jemari Ryujin, hanya untuk di genggamnya sambil berusaha menyadarkan diri.
Masih terlalu pagi untuk bangun sebenarnya. Sebelum ada Ryujin Beomgyu bangun paling awal jam sepuluh atau sebelas siang, tapi sekarang dia tidak mungkin membiarkan Ryujin kesepian pagi-pagi sendiri.
Bangun untuk menatap wajah cerah Ryujin di pagi hari, untuk sarapan bersamanya, untuk pelukan hangat setiap dia membuka mata.
Beomgyu membuka matanya perlahan untuk menemukan kebahagian di wajah gadis yang duduk di sampingnya, Ryujin tersenyum lebar melihat Beomgyu berhasil di bangun.
"Kau sudah mandi?" Pertanyaan pertama Beomgyu di setiap pagi mereka.
Anggukan kepala selalu jadi jawabannya.
"Cepat bangun, aku bosan sendirian" ujar Ryujin menarik pelan tangan yang sejak tadi memang menggenggamnya.
Beomgyu tersenyum lalu duduk, mengumpulkan seluruh nyawanya yang tertinggal di alam mimpi.
Dia menatap Ryujin sesaat lalu memeluk gadis itu seperti biasa, mereka selalu memberikan pelukan hangat di pagi hari untuk memberikan semangat kepada satu sama lain agar melewati hari dengan baik.
Beomgyu menatap gadisnya dalam-dalam seperti menginginkan sesuatu yang lain, otak Ryujin tidak bisa berkerja, bagaimana ini apakah dia harus membiarkan Beomgyu mendekatkan wajah mereka.
Sebetulnya ini bukan yang pertama kali, tapi mereka tidak biasa seperti ini jadi agak canggung untuk Ryujin walaupun dia tau Beomgyu menginginkannya.
Ryujin menutup mata, menahan nafasnya.
Kecupan kecil mendarat di pangkal hidung Ryujin, membuat gadis itu spontan membuka mata dan menangkap wajah dengan senyuman lebar Choi Beomgyu. Pria ini mau main-main atau hanya berusaha menahan diri?
Ryujin tersenyum sendiri dengan apa yang baru saja terjadi.
"Aku akan memberikanmu sebuah ciuman jika comebackmu sukses" gadis itu menarik Beomgyu untuk bangun, melupakan yang baru saja terjadi.
"Janji?" Beomgyu menatap Ryujin penuh harap
Sebuah anggukan kepala mengkonfirmasikan bahwa itu sungguh-sungguh.
Mereka berjalan ke dapur seperti tak terjadi apa-apa. melewati satu kamar yang pintunya terbuka.
Hueningkai hampir kehilangan kesadarannya, dirinya masih terkejut dengan apa yang di lihatnya tadi, andai dia tidak penasaran dan mengintip mungkin dia akan tetap jadi anak laki-laki umur dua puluh tahun paling polos sejagat raya, tapi mulai pagi ini dia ternodai, matanya melihat langsung apa yang di lakukan Beomgyu.
"Wah aku tidak menyangka bisa menyaksikan yang seperti itu di dunia nyata" Hueningkai masih bengong.
"Kau berlebihan, dasar bocah, kita ini sudah dewasa, ciuman selamat pagi itu bukan apa-apa bodoh" Taehyun mengingatkan temannya. Teman yang menggangu tidurnya pagi ini hanya kerena kelakuan Beomgyu.
Kamarnya di terobos, tidurnya di rusak.
Taehyun masih menyembunyikan diri di dalam selimut.
"Apakah kita juga akan seperti itu?" Segala kepolosan Hueningkai membuat pagi Taehyun di mulai dengan menepuk jidat.
"Itu pertanyaan anak dua belas tahun kai" Taehyun tak habis pikir.
"Berarti Soobin Hyung juga melakukannya dengan pacarnya?" Pertanyaan Hueningkai adalah hal yang mustahil bisa di cela.
"Tentu saja bodoh" Taehyun merasa Hueningkai bukan kawan seumurannya.
Kasihan sekali anak bayi ini ternodai di pagi harinya yang cerah.
Beomgyu mengangguk-angguk sambil mengunyah roti isi buatan Ryujin.
"Aku baru tau roti isi bisa seenak ini" entah Beomgyu memuji atau menggoda, roti itu memang enak.
"Ini enak karena aku yang buat" Ryujin juga memakan rotinya, mereka duduk berhadapan di meja makan.
Beomgyu tersenyum lebar.
"Aku menemukan beberapa yang bagus untuk berkontribusi di lagu-lagumu" kata Ryujin mengingatkan tentang kerjasama mereka.
"Bagus, akan akan bawa ke perusahaan nanti sore" Beomgyu jadi semangat untuk pergi latihan karena ini.
"Kalian akan latihan dance?" Ryujin bersemangat saat melihat Beomgyu mengangguk.
Ryujin sangat merindukan ruang latihan, musik latar yang penuh semangat, kaca yang memantulkan bayangannya saat menari. Rasa puasnya setelah menghafal koreografi baru, air dingin setelah terbakar keringat lelah seharian, candaan-candaan sepanjang waktu latihan. Ryujin merindukan semua itu.
Ryujin sangat iri, sangat-sangat menginginkan posisinya lagi, tapi tak ada yang bisa di lakukan untuk itu. Beomgyu merasakannya walaupun gadisnya tidak bilang apa-apa.
"Mau ikut?" Tanya Beomgyu tiba-tiba.
"Bolehkah?" Ryujin tentu mengharapkan iya. Dan anggukan Beomgyu membuatnya tersenyum senang luar biasa.
"Tapi aku mungkin akan sedikit terganggu, bagaimana aku bisa fokus jika kau ada di sana, mataku tak bisa melihat hal lain saat kau ada di sekitarku".
Senyum Ryujin tiba-tiba menghilang, itu kalimat rayuan yang bagus tapi terdengar menyebalkan.
"Kau mau tambah saus?". Ryujin mengangkat botol saus itu dengan wajah mengancam. "Cepat buka mulut mu" ancaman yang membuat Beomgyu tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Ryu
Teen FictionBeomgyu ingin mereka selalu bersama, tapi Ryujin harus kehilangan banyak hal untuk kebersamaan itu. Beomgyu dan Ryujin datang bersama untuk impian mereka, menumpahkan segalanya untuk sukses bersama, namun siapa sangka harus terpisah demi kesuksesan...