F
---
Kamarku berantakan.
Begitu juga pikiranku.
Aku terduduk dilantai-di sudut ruangan yang tidak besar ini. Dengan rambut separuh terikat-separuh berantakan tak tersisir, mataku sembab dan perih karena air mata yang mengalir sedari tadi menambah kekacauan yang terlihat pada diriku malam ini.
Aku mengepalkan tanganku kuat untuk kesekian kalinya, saat benda kecil mengkilat menggores lenganku dan menyebabkan cairan merah kental saling mendorong untuk keluar.
Aku yang melakukannya sendiri, ini-sakit, tapi cukup membuatku merasa lebih baik. Karena perasaan ku yang juga kacau terasa jauh lebih sakit, dengan rasa kecewa dan marah pada diriku sendiri yang membuatku ingin menggores lebih dalam.
Ku bekap mulutku agar tidak mengeluarkan suara isakan yang tak bisa ku hentikan. Aku khawatir Ayah akan mendengar suaraku diluar kamar ini.
Aku tidak bisa, aku tidak kuat rasanya, perasaan apa ini? Kenapa sangat sakit di dada ku? Kalau saja bisa, aku ingin mengambilnya dan membuangnya sejauh yang ku bisa agar aku tidak akan merasakan rasa sakit 'tidak jelas' ini lagi dan lagi.
Semakin dipikirkan, semakin seluruh perasaan buruk ini mendidih di dadaku hingga membuat tangisku pecah lagi tanpa suara. Ku pukul apapun yang ku jangkau, ku jambak rambutku berharap pikiran ku jernih, aku membuka mulutku-berteriak tanpa mengeluarkan suara.
Siapapun, tolong aku..
Ini terlalu menyakitkan dan membingungkan.
Apa yang harus aku lakukan?
Apakah bila aku mati semua ini akan berakhir?
KAMU SEDANG MEMBACA
Romeo & Eve : Nightmare
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA!] Romeo Tercio Bagaskara, (dengan terpaksa) kembali menyelamatkan orang-orang dari takdir kematian. Bersama seorang perempuan yang "tidak pernah ia mengerti sampai akhir." @2023