R
.
“Ini bukan April mop dan ini bukan hari ulang tahunku, sialan! Berhenti bercanda tentang hal seperti itu, kau mau pamer ya?!” Sam menarik kerah seragamku dengan marah.
“Kau tahu aku tidak pernah bercanda tentang ini, lepaskan bajuku sialan!” Aku mendorongnya menjauh.
“Bukannya kita sudah sepakat untuk mengabaikan dan tidak mengurusi tentang mimpi buruk sialanmu itu lagi? Kau yang minta!” lelaki dengan rambut berjambul itu terus berteriak di depan wajahku, jelas bahwa dia tidak terima.
“Aku selalu mengabaikannya sejak tiga tahun yang lalu bila itu bukan orang yang aku kenal, bila yang mati itu orang lain. Tapi kali ini aku benar-benar memimpikan Kania, pacarmu. Kupikir, aku harus memberitahumu kan?”
Sam bergerak tak nyaman sambil memijit pelipisnya, ia benar-benar terlihat gelisah. “Ah! Bila itu memang benar, lalu apa yang harus kita lakukan sekarang? Aku tidak mau kehilangan Kania, aku berusaha mendekatinya selama 2 tahun dan kami baru resmi berpacaran selama satu bulan. Kau tahu kan aku benar-benar mencintainya? Aku masuk sekolah ini karena dia! Intinya aku tidak ingin kehilangan dia dalam artian mati, dia masih punya banyak mimpi yang harus dia wujudkan, aku harus menikah dengannya, kita harus tua bersama-sama!”
Entahlah, apakah ucapan bocah ini benar tulus? Wajah sedihnya memang seperti itu sih dari dulu. “Tenanglah, bung. Bila kau bertingkah seperti orang kesetanan seperti ini, kita tidak akan menemukan caranya.”
“Dari awal, kita tidak pernah bisa menyelamatkan siapa-siapa Rom! Bagaimana aku bisa tenang saat orang yang ku cintai, yang ku jaga selama ini akan mati?” ucap Sam gelisah.
“Aku tidak pernah melihat tempat kejadian itu. Apa kau tahu kira-kira dimana pertigaan itu, Supaya aku tidak akan mendekat kesana?” tanyaku.
“Jalan ke rumah Kania melewati pertigaan, pasti pertigaan itu tempatnya.” Ucap Sam yakin.
“Kenapa kau seyakin itu?” tapi aku tidak mudah percaya.
“Kau bilang saat kejadian, dia memakai earphone kan? Itu berarti dia sedang santai. Dia pasti berada di dekat rumahnya.”
“Kalian membicarakan apa?" tanya seorang perempuan yang tiba-tiba sudah berjalan mendekat ke arah kami bersama satu perempuan lainnya. Ngomong-ngomong kami berada di atap gedung sekolah yang sepi sekarang, jadi mungkin dia bisa mendengar pembicaraan kami saat berjalan kesini.
“Kania, kau sudah disini.” Sam lalu memeluk salah satu perempuan berambut ikal panjang itu, Kania.
Demi neptunus, aku hanya pernah bertemu sosok Kania ini beberapa kali dalam (katanya) 2 tahun Sam mendekatinya atau mungkin maksudnya menyukainya diam-diam.
Si Samuel Gardy ini sebenarnya sosok lelaki yang banyak digandrungi perempuan di sekolah, ya kebalikan dariku yang malah digandrungi lelaki-lelaki tukang main video game karena hal itu adalah kemampuan paling hebat yang ku punya sehingga mereka mengandalkan ku.
Tapi seingatku dalam 2 tahun kebelakang itu Sam banyak berkencan dengan beberapa perempuan, tapi ternyata selama ini dia benar-benar tidak bisa move on dari Kania dan sekarang akhirnya dia mendapatkan perempuan itu.
“Siapa yang akan mati?” Tanya Kania, setelah ia melepaskan pelukan Sam. sepertinya dia mendengar semua pembicaraan kami.
Sam lalu melirik ke arahku, lalu merangkul bahuku untuk membelakangi Kania.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romeo & Eve : Nightmare
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA!] Romeo Tercio Bagaskara, (dengan terpaksa) kembali menyelamatkan orang-orang dari takdir kematian. Bersama seorang perempuan yang "tidak pernah ia mengerti sampai akhir." @2023