4. »Datangnya si Bulan

68.3K 7.4K 215
                                    

-Jangan lanjut baca kalau belum vote!!!

-Agraven

4. Datangnya si bulan



Dua orang gadis sedang berbincang. Tidak, lebih tepatnya sedang berdebat di dekat pos satpam kampus. Mereka berdua adalah Azalea Kananta dan Vanna Fiorenza.

"Vanna beneran mau pulang duluan?"

"Iyalah, Yupii!" jawab Vanna cepat.

Aza mengangguk mengerti. "Ya udah hati-hati, ya, Vanna. Awas kesandung, jangan sampai injak semut--"

"AZA JANGAN BAWEL!" teriak Vanna yang mulai berjalan menjauh.

Sudah biasa bagi Vanna pulang jalan kaki dari kampus. Padahal rumahnya terbilang cukup jauh jika berjalan kaki, bahkan bisa memakan waktu setengah jam, itupun paling cepat. Namun, gadis itu lebih suka jalan kaki. Jika Vanna jalan kaki karena memang ia suka, tetapi tidak dengan Aza. Gadis itu harus berhemat, sayang uangnya jika berkurang untuk membayar angkot atau ojek. Lebih baik ia gunakan untuk membeli telur, lalu ia goreng mata kambing. Selain ayam rendang, Aza juga menyukai telur goreng mata kambing atau lebih dikenali dengan nama telur mata sapi. Telur mata kambing adalah nama khusus dari Azalea.

Setelah beberapa menit Vanna pulang, Aza masih betah berdiri di dekat pos satpam untuk menunggu Rafka.

"Afka tumben lama," gumam Aza.

Tidak lama setelah itu, ponsel Aza berdering. Garis kerutan muncul di kening gadis itu. "Afka?" gumamnya setelah tau yang menghubunginya adalah Rafka.

"Hallo, Afka? Kamu masih lama?" tanya Aza langsung. Matanya memperhatikan ke kanan-kiri. Area kampus mulai sepi.

"Za, maaf, ya, aku tadi buru-buru, jadi nggak sempat bilang ke kamu kalau aku udah pulang duluan."

"Hah! Kamu udah pulang? Kok ninggalin--"

"Maaf, sayang. Tadi Ayah tiba-tiba nelpon, soalnya Bunda masuk ke rumah sakit. Aku panik jadi lupa ngasih tau kamu."

"Bunda sakit? Sakit apa? Aku mau jenguk," jawab Aza khawatir.

Setelah Rafka memberi tahu rumah sakit tempat Bundanya dirawat, Aza langsung mematikan sambungannya. Ia khawatir kepada Bundanya Rafka. Bagaimanapun, Bunda Rafka sangat baik kepadanya.

Pada akhirnya Aza pulang berjalan kaki.

Karena itulah, banyak yang mengatakan bahwa Aza hanya memanfaatkan Rafka, padahal Aza cinta dengan Rafka sangat tulus. Bukan kaleng-kaleng.

Saat berada diperjalanan, ponselnya kembali berdering. Aza langsung menjawab panggilan itu.

"Hallo, Na."

"Cepat ke sini, Yupi!" jawab Vanna di seberang sana. Suara gadis petakilan itu terdengar sangat memelas.

"Vanna udah sampai rumah?"

"Beluuum! Boro-boro sampe rumah, pertengahan jalan aja belum," gerutu Vanna.

"Loh, ngapain--"

AGRAVEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang