"Next to skate representing people's republik of Indonesia, Sean Alzero.."
Suara gemuruh penonton bersahutan kala sang MC menyebutkan nama itu, nama legenda skate Indonesia. Sean.
"Kakak yakin gantiin kak Sean? Kakak baik-baik saja?" Suara itu menyadarkan pemuda yang tengah menatap gelanggang es yang akan dipijaknya nanti. Ia adalah Satya adik Sean, mereka kembar identik.
"Kakak baik-baik aja, dukung kakak" ujarnya seraya menatap anak perempuan yang tengah menatapnya khawatir. Saat ini dia bukan Satya, dia adalah Sean. Sean yang selalu memenangkan setiap perlombaan. Sean yang selalu tersenyum, Sean yang mempunyai banyak penggemar. Sejujurnya ia ragu, apakah ia bisa?
Dengan berusaha terlihat ramah ia berjalan ke atas gelanggang es sembari melambaikan tangan kepada setiap orang yang meneriaki namanya, yah nama Sean.
Selesai menyapa seluruh penggemar, dan memberi penghormatan pada juri. Satya mulai melangkah, ia mulai berseluncur menggunakan sepatu esnya. Badannya menari-nari indah diatas gelanggang es. Tampilannya sangat memukau,banyak pasang kamera yang merekamnya. Ia tampak stabil dan mengagumkan. Di akhir persembahannya ia tampak memberi hormat kepada seluruh pengunjung juga dewan juri.
"Kakak keren!!" Perempuan yang tadi mendukungnya menatap dengan mata terharu ia berlari untuk memeluk Satya.
"Terimakasih"
"Wendi yakin kakak hari ini pemenangnya" ucapnya sembari tersenyum. Yah dia Wendi teman skating Satya dan Sean, lebih tepatnya mungkin teman Sean. Karena Sean lah yang mengenalkan Wendi pada Satya saat itu. Mereka berbeda 2 tahun sebab itu Wendi memanggilnya kakak.
"Kalaupun menang Sean yang dipanggil" ucapnya lirih.
"Kak Satya.."
"Kakak harus ganti baju, siap-siap giliran mu sebentar lagi"
_____
"Suster gimana keadaan anak saya?" Suara wanita paruh baya itu terdengar bergetar berlari menghampiri suster yang terlihat panik setelah keluar dari ruangan tempat Sean operasi.
Yah harusnya hari Sean berada di gelanggang es yang sejuk, menikmati seluncuran es dengan riuh penonton. Tapi takdir berkata lain kanker diotaknya harus segera diangkat. Mungkin akibat kelelahan latihan untuk olimpiade skating Asia yang sangat diimpikannya ia sampai collaps dan diharuskan operasi secepatnya. Sebab itu Satya dengan sukarela menggantikannya.
Suster tadi tidak menjawab pertanyaan perempuan paruh baya itu, ia tampak panik dan bergegas entah untuk apa. Widya menangis ia terjatuh tak kuat menopang badannya.
"Mah jangan begini, Sean kita pasti kuat" ucap lelaki pak airnya ia adalah ayah dari kedua anak hebat tersebut Sean dan Satya.
"Pah andai waktu itu aku melarangnya melarangnya ikut lomba itu pasti ini tidak mungkin terjadi" tangisnya masih pecah membuat siapapun melihatnya akan merasa iba.
KAMU SEDANG MEMBACA
unconditionally
Fanfic𝙐𝙣𝙘𝙤𝙣𝙙𝙞𝙩𝙞𝙤𝙣𝙖𝙡, 𝙪𝙣𝙘𝙤𝙣𝙙𝙞𝙩𝙞𝙤𝙣𝙖𝙡𝙡𝙮 𝙄 𝙬𝙞𝙡𝙡 𝙡𝙤𝙫𝙚 𝙮𝙤𝙪 𝙪𝙣𝙘𝙤𝙣𝙙𝙞𝙩𝙞𝙤𝙣𝙖𝙡𝙡𝙮 𝙏𝙝𝙚𝙧𝙚 𝙞𝙨 𝙣𝙤 𝙛𝙚𝙖𝙧 𝙣𝙤𝙬 𝙇𝙚𝙩 𝙜𝙤 𝙖𝙣𝙙 𝙟𝙪𝙨𝙩 𝙗𝙚 𝙛𝙧𝙚𝙚 𝙄 𝙬𝙞𝙡𝙡 𝙡𝙤𝙫𝙚 𝙮𝙤𝙪 𝙪𝙣𝙘𝙤𝙣𝙙𝙞𝙩𝙞𝙤𝙣�...