Selasa 18 Desember
Oxford, Inggris."Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sistem saraf pusat berfungsi sebagai pusat pengendali utama pada tubuh sekaligus gerakan refleks manusia. Adakah yang bisa menjawab kenapa sistem saraf pusat bisa mengontrol gerak tubuh?"
Aku mengacungkan tangan agar bisa menjawab pertanyaan dari dosen.
"Baik, Nathalia Adelle, apa jawabanmu?" Dosen itu melihat acungan tanganku, mempersilakan menjawab pertanyannya.
"Karena sistem saraf pusat mampu mengolah informasi maupun rangsangan yang diperoleh dari indera-indera tubuh. Informasi dan rangsangan tersebut disebarkan ke seluruh tubuh sehingga tubuh bisa merespon gerakan apa yang harus dilakukan saat menerima informasi tersebut," jawabku begitu lugas.
Dosenku bertepuk tangan diikuti sejumlah mahasiswa setelah selesai mendengar jawaban dariku.
"Jawabanmu selalu tepat sasaran, Nathalia Adelle. Saya kagum denganmu," ucapnya memuji.
"Terima kasih, Ma'am Thalia." Aku menanggapi pujiannya dengan ucapan terima kasih dan senyuman tipis.
"Seperti yang telah dijawab oleh Nathalia Adelle, sistem saraf pusat dapat mengolah informasi maupun rangsangan yang diperoleh dari indera-indera tubuh. Mengolahnya lalu menyebarkan ke seluruh tubuh agar tubuh dapat merespon gerakan yang akan dilakukan saat menerima informasi tersebut."
Aku melihat Ma'am Thalia menoleh ke arah jendela ruang kelas sejenak lalu ke arah kalender yang berada tepat di mejanya seusai mengulangi jawabanku. Sepertinya ia sedang melihat kapan waktu kami, para mahasiswa libur akhir tahun.
"Baik, kita akhiri pertemuan hari ini. Saya memberikan tugas kepada kalian untuk membuat paper mengenai sistem saraf pusat, pengumpulan paper tersebut dilakukan di bulan Januari seusai kalian libur akhir tahun. Selamat menikmati liburan kalian dan happy merry christmas," tutupnya dibalas ucapan 'Selamat menikmati liburan dan happy merry christmas' dari kami.
Dosenku segera berlalu dari kelas, diikuti beberapa mahasiswa yang telah selesai membereskan peralatan kuliah. Aku mulai membereskan peralatan kuliah lalu memasukkannya ke dalam tas selempang, memakainya seusai memperbaiki mantel musim dingin dan melangkah keluar.
"Nathalia Adelle, ingin pergi berlibur bersama?"
Suara teguran khas laki-laki membuat langkahku terhenti, sedikit melirik lalu kembali menatap ke depan. "No, thank you," tolakku dengan dingin.
"Are you sure? Kita bisa berlibur di Jerman atau Kanada sekaligus menikmati waktu natal bersama."
Aku menarik napas lalu mengembuskan perlahan, "Edward Coty, jawabanku tetap sama. Tidak."
Aku kembali melangkah keluar kelas meninggalkan laki-laki itu, Edward Coty sendirian. Aku merasa dia sedang kecewa, akibat ajakannya ditolak oleh gadis yang diidamkannya. Melangkah melewati lorong universitas begitu panjang agar bisa pulang ke apartemen, tempat tinggal selama aku berkuliah di Oxford of University.
Kepingan salju menjadi obyek pertama yang kulihat, mengadahkan tangan untuk menampung kumpulan kepingan kristal cantik. Ini merupakan hari kedua salju turun di Inggris. Kedua tanganku langsung membentuk kumpulan kepingan salju menjadi sebuah hati, tersenyum tipis kala melihat apa yang telah kubuat.
Aku kembali melangkah, melewati turunnya salju. Jalanan yang kulalui belum tenggelam oleh lautan kepingan salju, setidaknya ini memudahkan untuk para pejalan kaki maupun transportasi berlalu lalang.
'Liburan akhir tahun, apa aku ke Jepang saja?' pikirku sembari terus melangkah pulang ke apartemen. 'Destinasi? Tokyo, Jepang.'
Tap!
Kakiku menginjak lantai pualam apartemen, membuka pintu apartemen lalu pergi menuju tangga. Menaiki anak tangga menuju lantai empat, tempat tinggalku berada. Sedaritadi hanya keheningan yang menyelimuti perjalananku, yah ... itu lebih baik dibandingkan kebisingan.
Saat tiba tepat di lantai empat, depan pintu yang dituju, aku langsung merogoh tas selempang untuk mengambil kunci kamar apartemen. Membawanya ke lubang pintu lalu memutarkan searah jarum jam, tangan kananku meraih kenop pintu lalu membukanya. Masuk ke dalam lalu kembali menutup pintu.
"Berlibur ke Jepang, sepertinya bukan hal yang buruk."
Aku berkata demikian ke diri sendiri, meletakkan tas selempang di atas meja belajar lalu membuka mantel cream dan menggantungnya di tempat gantungan.
Tanganku meraih tablet yang berada di samping tas selempang, menyalakannya lalu menuju ke aplikasi Giragle. Mengetik apa yang ingin sekali kucari, informasi jadwal penerbangan menuju Tokyo, Jepang.
"Kamis tanggal 20," gumamku saat melihat informasi tersebut. "Tidak buruk, kurasa bisa pergi di tanggal itu."
Aku segera memesan sebuah tiket pesawat di bandara terdekat dari kota Oxford, London Heathrow Airport, tak lupa memesan tiket bus shuttle menuju bandara tersebut. Seusai memesan kedua tiket tersebut, aku langsung mengganti pencarian untuk mencari apartemen yang letaknya tak jauh dari bandara tujuan. Melihatnya begitu teliti dikarenakan terdapat ratusan apartemen dengan berbagai harga serta jarak. Setelah lama memilih, pilihanku jatuh ke sebuah apartemen sederhana dengan jarak sekitar 11 km dari bandara. Segera memesan salah satu kamar apartemen untuk dihuni selama 3 minggu ke depan.
Aku tersenyum tipis, hanya tinggal memilih pakaian dan barang yang ingin dibawa. Mataku melirik ke arah tablet untuk memastikan jam berapa sekarang. "05:00 P.M," kataku begitu pelan.
"Sudah saatnya aku beristirahat sejenak, untuk memilih barang apa yang akan dibawa nanti malam saja."
Merebahkan tubuhku di atas tempat tidur yang empuk, menatap langit-langit apartemen sebelum memejamkan mataku dan pergi ke alam mimpi.
To Be Continued!
Noted :
1. Paper : bentuk karya ilmiah yang membahas satu topik tertentu, atau hasil pembahasan atau analisis dari topik tertentu dengan dukungan data dan argumen yang kuat. Sumber : hot.liputan62. Sistem saraf pusat, sumber : https://pahamify.com/blog/sistem-saraf-pusat-dan-sistem-saraf-tepi/
KAMU SEDANG MEMBACA
❬Christmas : Kujo Tenn x Oc❭
Fanfiction"Nathalia Adelle, ingin pergi berlibur bersama?" "No, thank you." "Are you sure? Kita bisa berlibur di Jerman atau Kanada sekaligus menikmati waktu natal bersama." Aku menarik napas lalu mengembuskan perlahan, "Edward Coty, jawabanku tetap sama. Tid...