"Engh ...."
Lenguhan pelan keluar dari mulutku dengan mata terbuka perlahan dan mengerjap untuk membiasakan cahaya masuk ke retina mata. Posisiku masih sama, berbaring di atas tempat tidur. Tangan kanan kugerakkan menuju dahi lalu membiarkannya di sana. Berbaring selama 5 menit untuk mengumpulkan semua kesadaran.
Perlahan aku bangun, duduk di pinggir tempat tidur. Aku terdiam, melirik ke arah tablet yang ada di atas meja. Tanganku mengambil tablet tersebut lalu menyalakannya, melihat sudah jam berapa sekarang.
"Jam 08:00 malam, lumayan lama aku tidur." Aku bergumam dengan mata masih tertuju ke tablet. "Lebih baik aku mandi dulu," lanjutku sambil beranjak dari tempat tidur, tablet kuletakkan kembali di atas meja belajar. Kakiku berjalan menuju lemari, mengambil handuk serta pakaian ganti lalu pergi menuju kamar mandi.
♡
"Blouse putih, baju lengan panjang, celana panjang, flared skirt. Lalu apalagi, ya?" Aku mengabsen setiap pakaian yang akan dibawa, mataku masih menatap lemari pakaian sembari berpikir pakaian apalagi yang harus dibawa.
"Kurasa sudah cukup," putusku merasa yakin. "Jika belum cukup, aku masih bisa membelinya di toserba saat sampai di Tokyo."
Kedua tanganku melipat pakaian yang akan dibawa, melipatnya dengan rapi dan telaten. Seusai itu, aku memasukkan semua perlengkapan ke dalam tas besar, menatanya satu persatu agar muat. Cukup lama aku mengerjakannya karena lumayan banyak yang dibawa. 30 menit kemudian, aku selesai memasukkannya. Tangan kananku menarik resleting tas untuk menutupnya, meletakkan di bawah tempat tidur, menyenderkan di dinding berwarna perak.
"Sekarang ... apa ada barang lagi yang ingin kubawa?" tanyaku pada diri sendiri. Netra silver-ku menelisik setiap penjuru kamar apartemen, mengira-ngira adakah yang ingin dibawa lagi. Atensiku tertuju ke arah sebuah gitar kayu cokelat muda yang berada di sudut ruangan, seketika berpikir haruskah membawa alat musik itu?
"Bawa tidak, ya?" gumamku bertanya. "Jika aku membawanya, apa manfaat yang kudapat?"
Sejenak aku berpikir, apa manfaatnya jika membawa gitar ke sana?
"Ah benar, aku bisa memainkannya kala senggang." Aku menjentikkan jari setelah mengingat manfaat sederhana yang sempat kulupakan. Aku bangun lalu berjalan ke gitar yang berada di sudut ruangan, mengambil alat musik itu lalu membawanya ke lemari pakaian. Membuka lemari kemudian mencari tas alat musik yang akan kubawa, mengeluarkannya setelah 5 menit mencari.
Aku membuka resleting tas, memasukkan gitar ke dalamnya lalu menutup kembali. Aku menyenderkan tas gitar di sebelah tas besar, sekarang sudah siap perlengkapan yang akan dibawa pergi berlibur. Aku tersenyum simpul, merasa puas atas apa yang telah kukerjakan.
Sekarang hanya tinggal menunggu hari Kamis, hari keberangkatanku ke Tokyo untuk menghabiskan waktu liburan di sana.
"Tokyo, I'm coming."
❥
Kamis 20 Desember,
London Heathrow Airport.
Saat ini aku berada di London Heathrow Airport, lebih tepatnya di terminal. Aku duduk di salah satu bangku terminal bandara, menunggu informasi keberangkatan pesawat dengan destinasi Tokyo.
'Perhatian untuk seluruh penumpang, pesawat dengan tujuan Tokyo akan segera berangkat. Dimohon untuk segera bergegas memasuki pesawat.'
Ah itu dia, pesawat yang akan membawaku pergi ke Tokyo akan segera berangkat. Bergegas aku mengambil tas gitar dan pergi menuju garbata, lorong yang menghubungkan antara pesawat dan terminal. Tas besarku sudah tersimpan dengan baik saat pengecekan barang bawaan di terminal.
"Tolong tunjukkan tiketnya, Nona."
Permintaan ramah dari seorang pramugari menegurku setelah berada di garbata, segera aku merogoh kantong mantel musim dingin untuk mengambil tiket pesawat. Setelah mendapatkannya, aku segera memberikan tiket tersebut ke pramugari dan diterima dengan baik.
"Silakan masuk, Nona." Pramugari tersebut mengizinkanku untuk masuk ke dalam pesawat, aku mengucapkan terima kasih dengan senyuman tipis lalu masuk ke dalam. Seusai itu, aku segera mencari kursi pesawat yang kuincar. Mataku menatap setiap kursi, memilah kursi mana yang akan kududuki.
'Gotcha,' batinku setelah menemukan kursi incaran, segera aku berjalan ke depan dengan tangan masih menggenggam tas gitar. Kursi yang kuincar berada di dekat jendela pesawat sebelah kiri dan kebetulan masih kosong, ini merupakan keberuntunganku.
Sesampainya di kursi dekat jendela pesawat sebelah kiri, segera aku mendudukinya dengan nyaman sembari memangku tas gitar milikku. Sekarang hanya tinggal menunggu pesawat lepas landas dan terbang menuju destinasi yang memakan waktu sekitar 13 jam 30 menit untuk tiba di Narita Airport, Tokyo.
Pesawat mulai bergerak menuju landasan pacu setelah semua penumpang menaiki pesawat, salah seorang dari pramugari memberikan arahan kepada kami untuk memakai sabuk pengaman. Kami mengikuti arahannya karena tahu tujuan utama memakai sabuk pengaman untuk menghindari kami dari cedera yang tidak diinginkan.
Aku menatap luar jendela seusai memakai sabuk pengaman, tas gitar telah kuletakkan di samping kiriku, menatap tiap landasan pacu yang penuh dengan hilir mudik pesawat. Beberapa menit kemudian, pesawat mulai lepas landas, meninggalkan kota Oxford. Sedikit guncangan terjadi kala pesawat berada di antara awan, itu hal yang umum bagi dunia penerbangan karena terjadinya pergerakan aliran udara atas yang bertabrakan dengan aliran udara bawah di dalam awan. Selama penerbangan, aku memilih untuk melihat pemandangan indah dari atas hingga tanpa sadar jatuh tertidur.
To Be Continued!
KAMU SEDANG MEMBACA
❬Christmas : Kujo Tenn x Oc❭
Fanfiction"Nathalia Adelle, ingin pergi berlibur bersama?" "No, thank you." "Are you sure? Kita bisa berlibur di Jerman atau Kanada sekaligus menikmati waktu natal bersama." Aku menarik napas lalu mengembuskan perlahan, "Edward Coty, jawabanku tetap sama. Tid...