Aku membuka mata saat mendengar langkah kaki memasuki kamar. Aku yang masih sedikit mengantuk pun beringsut duduk, masih terhanyut oleh lilin beraroma lavender dan sisa-sisa mimpiku. Sekonyong-konyong, seorang wanita berpakain formal sudah berdiri di hadapanku dengan mengapit iPad pro generasi terbaru dengan lengannya.
"Nona, kita harus mendiskusikan hal yang sangat mendesak." Sunny, asisten sekaligus menajerku, berkata sambil membenarkan letak kacamatanya. Nada bicaranya terdengar serius.
Aku menghela napas, terpaksa membuang waktu istirahatku yang berharga, "Ya, silahkan."
"Terima kasih." Sunny duduk di sofa kamar.
Sambil mengerjapkan mataku yang masih mengantuk, aku beranjak dari kasur dan duduk di hadapan Sunny. Aku sempat merapikan rambut blondeku yang sedikit berantakan akibat tidur, "Kali ini, apa masalahnya?"
"Semenjak debut Nona sebagai global ambassador untuk brand ternama pada September lalu, banyak perusahaan yang ingin merekrut Nona sebagai wajah baru mereka."
"Seperti yang sudah kita diskusikan minggu lalu, saya akan tetap menyarankan agar Nona memilih perusahaan YJ." Sunny sibuk mengetuk layar iPad.
"Sunny, kau tahu alasanku menolak perusahaan itu bukan?" Aku tersenyum miring.
Kenapa? Kalian bertanya, kenapa? Pernah mendengar sesuatu mengenai pria blasteran Korea-Amerika yang bernama Jeffrey Jung? Oh, maafkan aku, aku lupa bahwa sedikit sekali orang yang mengetahui tentang pria ini. Baiklah, akan kujelaskan. Dia menjalankan perusahaan dengan penuh tipu muslihat, dia melakukan penipuan, pemerasan bahkan pembunuhan. Walaupun bisa saja informasi ini hanya rumor. Jika aku bekerja sama dengan perusahaan YJ, itu sama saja dengan menggadaikan kehidupanku.
"Saya mohon Nona, terima saja tawaran ini." Suara Sunny terecekat.
"Sampai mati pun aku tidak mau! Kalau begitu pilih saja perusahaan yang berada satu tingkat dibawah perusahaan terkutuk itu." Aku menyandarkan diri pada punggung sofa.
"Baiklah, lebih baik begitu." Sunny kembali sibuk mengetuk layar iPad.
"Kalau begitu, kau boleh pergi. Beritahu aku jadwal meeting dengan perusahaan yang terpilih jika sudah pasti." Aku berdiri dari sofa dan beranjak masuk ke kamar mandi untuk bersiap-siap.
"Kalau begitu, saya akan menunggu Nona di luar. Pelayan sudah menyiapkan sarapan untuk Nona." Sunny membungkuk sedikit untuk memberi hormat.
"Baiklah, baiklah." Aku mengibaskan tangan dan segera menutup pintu kamar mandi.
Aku melepas pakaian dan menyalakan shower. Aku memandangi ujung jemari kakiku. Air mengalir dan cahaya lampu mengepung diriku. Tak jauh dari posisiku, sebuah jendela kaca memperlihatkan pemandangan pagi dan kesibukan kota New York. Aku terlalu menikmati kehidupanku pagi itu hingga tidak berpikir mengenai tragedi yang bisa saja menimpaku saat terbangun dari tidur lelapku besok pagi.
Penerangan di ruang ini agak redup tapi terkesan nyaman, ruang meeting perusahaan ini sangat luas dan cukup mewah. Seorang staf perusahaan mengantarku ke dalam ruang meeting dan menutup pintu. Aku mendongakkan kepala dan melihat-lihat sekeliling. Rak-rak kayu bergaya vintage yang khas berjajar menutupi dinding. Meja dari kayu oak diletakkan tengah ruangan, tampak rapi tanpa tumpukan kertas dan barang-barang lainnya yang biasa diperlukan untuk rapat. Kursi-kursi yang melingkari meja panjang ruangan itu terdiri dari rangka kayu yang juga bergaya vintage dengan lapisan kain beludru berwarna maroon.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHAMPAGNE AND SUNSHINE
RomanceHe said, "Just us. No shirt, no blouse." But I said, "All I want is champagne and sunshine." This story may contain graphic depictions of violence, sexuality, strong language, and other mature themes! Start: 21 of December 2021 Copyright © Nayooo Al...