Kejadiannya begitu cepat. Aku yang kabur saat Louis dan gadisnya mengetahui keberadaanku hingga akhirnya aku sudah duduk di dalam mobil Jeffrey yang serius menjemputku ke apartemen.
“Apakah kau sudah menghubungi Sunny tentang pelarian kita?” Jeffrey setia menggenggam tanganku.
“Sudah. Dia heboh saat mendengar bahwa aku akan pergi denganmu.” Aku tersenyum, menghapus sisa-sisa kepedihan yang aku rasakan.
“Tapi kau berhasil membujuknya?” Jeffrey menoleh sebentar ke arahku.
“Iya, aku bilang bahwa aku akan menceritakan semuanya begitu tiba di New York.” Aku memandang lampu lalu lintas yang berubah merah.
“Aku tidak menyangka bahwa kemalangan bisa menghasilkan kebahagiaan. Aku senang mendengar kau ingin pergi bersamaku. Jadi, sekarang kau tidak mengganggapku brengsek?” Jeffrey mengelus puncak kepalaku.
“Masih sedikit brengsek, tapi tidak apa-apa. Aku mampu menghadapi sisi brengsekmu.” Aku terkekeh kecil.
“Baiklah, apa yang harus aku lakukan agar pandanganmu padaku berubah? Lebih banyak ciuman? Pelukan? Pujian? Atau kau ingin kita menghabiskan seharian dengan menjelajahi tubuh satu sama lain, saling memberikan afeksi kenikmatan?” Jeffrey mengecup pipiku.
“Dasar mesum!” Aku melepas genggamannya dan memukul lengannya.
“Baiklah. Aku akan membawamu menuju Paris tanpa paksaan dan ikatan apapun. Hanya dua orang yang pergi berlibur untuk menata kembali pikiran dan hati. Aku harap kau tidak akan bosan mengunjungi kota itu.” Jeffrey menancap gas saat lampu berubah hijau.
“Ide yang bagus, kurasa.” Aku tersenyum.
“Just us. No shirt, no blouse.” Jeffrey mengecup pundakku yang tidak terhalang oleh kain pakaian.
“All I want is champagne and sunshine. Aku harap kau tahu batasan yang seharusnya.” Aku mencubit lengannya.
“Baiklah kalau begitu. Just us, champagne and sunshine. No shirt, no blouse.” Jeffrey tertawa lebar.
“Dasar pria brengsek, mesum! Terkutuklah kau, aku membencimu.” Aku melipat tangan di depan dada.
“Tidak, kau tidak membenciku. Kau sangat membenciku.” Jeffrey menekankan setiap kata yang diucapkannya.
Harus kuakui, aku sebenarnya menikmati waktu mengobrol dengan Jeffrey, aku menyukai setiap sentuhan lembutnya yang dia berikan padaku, aku menyukai perhatian kecilnya, aku menyukai tatapannya saat melihat diriku, aku menyukai segala sesuatu tentang dirinya sejak kami bertemu di galeri seni. Namun, aku tidak ingin terlalu terbawa suasana dan berakhir dalam hubungan yang serius dengan pria yang satu ini. Bagaimanapun, aku merasa dia menyimpan banyak rahasia, yang mungkin saja bisa membunuhku begitu satu persatu rahasia itu terbongkar. Namun, aku ingin mencoba memercayai pria ini. Aku menelan saliva gusar.
“Kita bisa sekalian menghadiri gelaran Paris Fashion Week 2022.” Jeffrey memutar setir membelok menuju area bandara.
“Benar, aku hampir lupa jika kau tidak mengatakannya. Sunny pasti sudah menyiapkan semuanya.” Aku agak terkejut saat menyadari bahwa Jeffrey tahu tentang jadwalku.
Jeffrey membawaku pergi ke Paris malam itu juga menggunakan pesawat pribadinya yang diakomodasikan untuk kepentingan perusahaan. Jangan tanya mengapa aku tahu tentang hal itu, tentu saja Jeffrey selalu membual tentang kehebatan yang dimilikinya. Walaupun yang dia katakan adalah fakta, namun tetap saja terkadang aku tidak suka caranya terlalu memandang tinggi dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHAMPAGNE AND SUNSHINE
RomanceHe said, "Just us. No shirt, no blouse." But I said, "All I want is champagne and sunshine." This story may contain graphic depictions of violence, sexuality, strong language, and other mature themes! Start: 21 of December 2021 Copyright © Nayooo Al...