Aku begitu terkejut saat seorang pria memasuki ruangan reservasi. Aku hanya diam membisu menatap pria itu berjalan ke arahku dan duduk di hadapanku. Benar, sekarang Jeffrey nyatanya bergabung dengan perkumpulan meja panjang di ruangan ini. Aku menoleh ke arah Sunny yang tampak duduk santai di sampingku. Belum sempat meminta penjelasan pada Sunny, Theo merebut perhatianku.
“Nona Roséanne, maaf karena saya tidak memberi tahu Anda terlebih dahulu. Makan malam kali ini dihadiri oleh Direktur.” Theo menunjuk Jeffrey dengan sopan.
“Saya Jeffrey Jung selaku Direktur YJ. Senang bertemu dengan Anda Nona Roséanne.” Jeffrey sedikit membungkuk hormat.
Mau tidak mau, aku pun harus ikut membungkuk. Aku memaksakan lidahku yan kelu untuk melontarkan jawaban yang pas, “Ah, tentu saja Tuan Jeffrey yang terhormat. Sungguh menyenangkan bertemu dengan Anda.”
Aku mengepalkan tangan kuat-kuat di bawah meja. Orang-orang tidak boleh tahu mengenai apa yang terjadi di ruang galeri tadi. Itulah sebabnya Jeffrey berpura-pura baru bertemu denganku dan aku harus mengikuti sandiwaranya agar tidak mengundang kecurigaan. Jika orang-orang tahu bahwa kami pernah bertemu sebelumnya, maka akan muncul banyak skandal mengenai gadis yang sudah bertunangan dan CEO brengsek yang bisa mempengaruhi saham perusahaan dan reputasiku. Orang-orang akan memepertanyakan alasan kami bertemu sebelum konferensi pers dengan media terkait kontrak kerjasama. Tentu saja publik akan mengecamku dan menuduhku melakukan perselingkuhan. Aduh, aku tidak ingin hal seperti itu terjadi.
“Maaf mengatakan ini. Namun sesuatu mengganjal pikiran saya sehingga saya bisa saja tidak tertidur dengan lelap malam ini. Bolehkah saya mengatakannya?” Jeffrey berujar serius.
Apakah aku tidak salah dengar? Jeffrey tiba-tiba berbicara formal denganku menggunakan saya-anda. Tidak seperti di ruang galeri tadi, dia seenaknya tiba-tiba berbicara informal padaku menggunakan aku-aku.
“Apakah begitu penting? Jika begitu, tidak mengapa, silahkan utarakan pemikiran Anda.” Aku berusaha menjawab setenang mungkin.
“Saya tidak terlalu menyukai hal-hal berbau formal.” Jeffrey menautkan kedua tangannya dia atas meja.
“Kemudian?” Aku mengangguk sebagai isyarat untuknya agar melanjutkan perkataannya.
“Mudahnya, nama Roséanne terlalu formal bagi saya. Bolehkah saya memanggil Anda dengan sebutan lain? Mungkin Rosie? Oh, atau Anne?” Jeffrey menarik senyum tipis.
“Tidak masalah, Anda bisa memanggil saya seperti yang Anda inginkan.” Aku membalas senyumnya dengan tidak ikhlas.
“Ayolah, saya ingin Anda yang menentukan panggilannya.” Jeffrey memandang lurus ke arahku.
“Mengapa?” Aku sengaja mengulur percakapan untuk membuatnya kesal.
“Mengapa? Apakah Anda butuh alasan tertentu?” Jeffrey mengulangi ucapanku, melontarkan serangan balik untuk membuatku kesal.
“Tentu saja tidak, saya hanya penasaran.” Aku menggeleng sambil tersenyum.
“Saya merasa keduanya sama-sama indah, jadi saya tidak bisa memilih salah satu.” Jeffrey menjulurkan sebelah tangannya ke depan.
Aku tersentak kemudian membeku saat tangannya menelusuri telinga dan leherku yang dihiasi crystal twist earrings in metal serta clover chocker in metal and enamel. Sentuhan jarinya menelusuri motif aksesoris yang aku kenakan mengirimkan gelenyar rasa aneh dan merinding pada diriku. Aku berusaha mati-matian untuk sekadar memundurkan tubuhku menjauh dari jangkauannya.
“Kalau begitu, Anda bisa memanggil saya dengan sebutan Anne. Begitulah orang-orang terdekat memanggil saya.” Aku membenarkan letak cardigan yang masih tersampir di pundakku.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHAMPAGNE AND SUNSHINE
RomanceHe said, "Just us. No shirt, no blouse." But I said, "All I want is champagne and sunshine." This story may contain graphic depictions of violence, sexuality, strong language, and other mature themes! Start: 21 of December 2021 Copyright © Nayooo Al...