“Maaf, Nona mengatakan sesuatu?” Sunny mencondongkan tubuhnya ke arahku.
“Aku tidak menyukai Jeffrey. Tipe pria yang sangat aku hindari.” Aku bergumam.
Sebuah notifikasi pesan masuk berdenting di ponselku. Nomor tidak dikenal.
Ingat janji tentang taruhan kita?
Besok aku akan menjemputmu
Aku menghela napas panjang sebelum menjawab pesan teks tadi. Sudah pasti Jeffrey yang mengirimnya.
Aku sudah cukup menemanimu tadi
Itu bisa disebut sebagai makan malam bersama
Tidak menunggu lama, Jeffrey segera membalas pesanku.
Kau tidak punya pilihan selain menyetujui ajakanku
Aku punya hal menarik untuk ditunjukkan padamu
Setelah melewati hari yang buruk itu, ternyata hari buruk berikutnya berlanjut. Keesokan harinya, Jeffrey meyulikku setelah selesai dengan pemotretan resmi hari pertama dan membawaku ke sebuah tempat di daerah perbukitan yang asri. Harus kuakui, suasana petang itu terasa menenangkan saat aku menatap keluar jendela. Jeffrey menggendongku layaknya pasangan pengantin memasuki bangunan megah seperti istana itu.
“Selamat datang di rumahku yang sederhana ini, Nona Anne.” Jeffrey terkekeh.
“Apa kau gila? Ini istana, bukan rumah.” Aku tidak bisa menahan rasa kagumku.
“HAHAHAHA! Senang rasanya mendengar kau mengagumiku sesuatu dariku.” Jeffrey menurunkanku di ruang tengah bangunan dengan kubah kaca di atasnya.
“Ingin bergabung untuk makan malam bersama?” Jeffrey mendahuluiku untuk duduk di kursi meja panjang pada sisi lain ruangan.
“Aku tidak punya selera makan.” Jawabku berbohong, kemudian membalikkan badan hendak melarikan diri.
“Kau akan menemaniku makan malam, bagaimana pun caranya. Aku akan menceritakan sebuah rahasia yang harus kau ketahui tentang tunanganmu yang terkutuk itu.” Jeffrey tiba-tiba memelukku dari belakang.
Aku merasakan napas pria itu di tengkukku yang terekpos karena rambutku disanggul. Jeffrey melepas dekapannya dan aku hanya mengikuti tuntunannya agar duduk di kursi di hadapannya. Di atas meja telah tersaji makanan yang tampak menggiurkan juga gelas penuh sampanye. Aku bersusah payah menelan salivaku dan berkompromi dengan perutku yang meraung-raung minta diisi. Apapun yang terjadi, aku tidak akan sudi makan malam bersama dengan pria brengsek yang berani menyentuhku di labirin semalam.
“Jadi, kau benar-benar akan menontonku menikmati semua hidangan makan malam ini rupanya. Baiklah, aku tidak memaksa.” Jeffrey tersenyum angkuh, membuat wajahku terasa memanas.
Selama beberapa saat, pikiranku akhirnya membuatku meraih hidangan di atas meja. Aku terlalu lapar untuk menjaga egoku. Jeffrey yang melihatku hanya tesenyum geli.
“Wah, ternyata selera makanmu kembali setelah melihatku menikmati hidangan ini dengan nikmat.” Jeffrey menjilat bibirnya sensual.
“Aku ingin mengajukan penawaran atas kesediaanku untuk menemanimu makan malam.” Aku menatap Jeffrey lurus.
“Aku adalah pria yang dermawan, jadi aku akan menyetujuinya.” Jeffrey kembali melahap makanannya.
“Kau bahkan belum mendengar penawaranku. Tapi, kau sudah mengatakan akan menyetujuinya. Apa boleh buat, aku ingin pulang dan menemui Louis untuk seminggu penuh.” Aku masih menatapnya serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHAMPAGNE AND SUNSHINE
RomanceHe said, "Just us. No shirt, no blouse." But I said, "All I want is champagne and sunshine." This story may contain graphic depictions of violence, sexuality, strong language, and other mature themes! Start: 21 of December 2021 Copyright © Nayooo Al...