Happy reading🙌
***
"Cantika Bulan!" tak ada sahutan ketika nama Bulan disebut oleh Pak Adam yang sedang mengabsen.
"Bulan!" panggil Pak Adam lebih keras namun tetap tak ada sahutan.
Jingga mencolek lengan Bulan yang dilipat diatas meja, "Bulan, pengabsenan, lo dipanggil," bisik Jingga didekat telinga Bulan. Tak biasanya Bulan tertidur dikelas.
"Jingga, tolong bangunkan Bulan, jika tidak, suruh dia keluar dari pelajaran saya." Pak Adam berucap tegas, setelah itu Jingga mengangguk.
Sekarang Jingga sedikit menggoyangkan tubuh Bulan, seketika dahinya mengerut. hangat, gumam Jingga pelan. Jingga langsung mengangkat kepala Bulan, pingsan, Bulan pingsan.
"Reno lo bantuin gue! Bawa Bulan ke UKS! Cepetan elah!"
"Pak saya izin! Bulan pingsan!" ucap Jingga berlari menuju pintu untuk membukakan jalan pada Reno yang mengangkat Bulan.
Suara bisikan teman-temannya terdengar ricuh. "Sudah sudah, mari kita lanjutkan pelajarannya."
Reno membaringkan Bulan di brankar yang kosong, disusul seorang dokter dibelakangnya, "Saya pamit dokter, ada temannya nanti menyusul." Reno pergi setelah berpamitan, Reno adalah juara kelas mana mungkin ia melewatkan pelajaran yang sangat berharga menurutnya.
"Dokter, gimana keadaan Bulan?" tanya Jingga dengan sekeresek bubur dan teh hangat yang ia beli didepan sekolah.
"Bulan sepertinya terlalu kelelahan, dan yang membuatnya pingsan yaitu asam lambungnya naik, sepertinya Bulan terlalu memforsir tubuhnya dan selalu telat makan," dokter berkerudung hitan dan berjas putih itu menjelaskan.
"Makasih dok, kira-kira Bulan kapan sadarnya?"
"Gak akan lama, tunggu 5 atau 10 menitan lagi," jawab dokter muda itu, "Kalo begitu saya permisi ya, dan ini resep obatnya bisa beli diapotek depan sekolah, assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Jingga menatap kepergian dokter itu hingga pintu UKS kembali tertutup. Matanya beralih menatap Bulan yag terbaring lemah dengan bibir yang pucat.
"Kita baru kenal Lan, dan gue belum tahu kebiasaan baik dan buruk lo," ucap Jingga pelan. Setelahnya menghembuskan napas dalam-dalam.
Jingga menatap selembar kertas yang diberikan dokter tadi, "Gue beli obat lo dulu, sebentar doang."
Sepeninggalnya Jingga, tak berselang lama Bulan tersadar dengan ringisan pelan yang keluar dari bibirnya.
"Aku kenapa?"
Sepi, memang sepertinya tak ada siapapun di ruangan itu selain dirinya. Ketika akan beranjak tubuhnya masih terasa lemas, Bulan memutuskan untuk berbaring dan kembali memejamkan matanya.
"Gak mau Dir, aku sayang banget sama kamu."
Dua pasang manusia memasuki ruangan UKS, dikiranya ruangan itu kosong tak ada orang lain selain mereka.
Bulan sebenarnya tak peduli, namun ketika mendengar suara yang dibanting dirinya terkejut.
"Ngomong lagi cepetan," suara bariton itu terdengar dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Langit
Teen Fiction[SILAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Bukan tanpa sebab aku menjauhimu Aku hanya takut jika aku menaruh cinta padamu, hati ini tak sanggup menerima kenyataan pahitku. Ku mohon kamu mengerti posisiku. Bukan hanya kamu yang tersakiti namun akupun merasakan...