Part 2

7 0 0
                                    

Happy reading✨

***

Pancaran terik matahari siang itu menerpa kulit putih gadis dengan rambut sepinggang, matanya menyipit ketika matahari terasa semakin panas.

Baru kali ini aku dihukum disekolah baru ku, nyebelin banget cowok itu. Bulan menggerutu didalam batinnya.

Bibir yang sejak tadi manyun kini tersenyum ketika netranya melihat Jingga dengan sebotol air ditangan kirinya.

"Nih," ucap Jingga menyodorkan botol yang terlihat menyegarkan dimata Bulan.

"Baik banget Jinggaku ini," pekik Bulan seketika langsung meneguk air dibotol itu sampai tandas, "Makasih banget Jingga."

Jingga tak membalas ucapan terimakasih Bulan, ia malah menatap Bulan heran, "Kenapa liatin aku kayak gitu?"

"Ck, lo kok bisa sih dihukum segala? Kirain lo gak suka bikin rusuh."

Bulan menghela napasnya kasar, tangannya yang masih hormat pada bendera ia gerak-gerakan agar tak pegal, "Salahin tuh cowok yang udah nabrak aku, dia gak mau minta maaf padahal jelas-jelas dia jalan sambil main handphone," jelas Bulan dengan pancaran kekesalannya.

"Iya deh, lain kali gak usah sampai ribut," ucap Jingga menepuk tangan Bulan yang sedang terangkat hormat.

Bulan berdecak kesal, "Lagian juga siapa yang mau ketemu itu cowok lagi, gak akan mau."

Jingga mengangkat bahunya acuh, "Eh harusnya cowok yang nabrak lo juga dihukum kan? Kok gak ada," tanya Jingga dengan mata yang menelusuri seluruh lapangan itu.

"Gak tau, aku gak peduli."

"Idih mau aja dihukum sendiri," ucap Jingga memanasi susana.

Bulan mengabaikan perkataan Jingga, ia berpikir tak ingin berurusan dengan lelaki itu lagi, bahkan namanya pun sekarang ia tak mengingatnya, kekurangan BUlan yaitu tak bisa mengingat wajah dan nama orang yang baru didalam hidupnya. 

"Gue tunggu dikantin, awas kalo gak dateng lo." setelah berkata itu pada Bulan Jingga langsung melenggang pergi.

Bulan menganggukan kepalanya meski ia tahu Jingga tak melihatnya, mulutnya sudah malas untuk mengeluarkan sepatah katapun, hukuman ini hanya akan terjadi sekali selama masa sekolahnya.

***

"Tasya, tolong pertemukan saya dengan Cantika, saya mohon Tasya." seorang pria dengan rambut yang sudah ditumbuhi sedikit rambut yang berwarna putih itu mengejar Tasya.

Pria itu berhasil menangkap lengan Tasya, "Lepas Mas!" pekik Tasya dengan menghentakan lengan yang digenggam erat oleh pria itu, tapi percuma tenaganya kalah dengan kekuatan tangan yang menggenggamnya.

"Sekali saja, hanya sekali Tasya, saya mohon."Tasya yang tak kuasa menahan air matanya, bendungan itu roboh, tangannya mengusap air mata yang terus mengalir dipipinya.

Tasya menggeleng pelan, menghentikan tangisannya lantas menghirup oksigen sebelum ia berucap, "Mas Angga, tolong jangan ganggu kehidupan aku dengan putriku, Cantika sudah menganggap mu tiada, begitupun dengan aku Mas."

Angga Mahesa, masa lalu Tasya yang kembali setelah 17 tahun meninggalkan keluarganya. "Tasya, saya mohon sekali saja izinkan saya bertemu anak kandung saya, dia berhak tahu bahwa Ayah nya masih hidup," ucap Angga berlutut dihadapan Tasya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 26, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Untuk LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang