t u j u h

2.8K 462 30
                                    

Pagi hari telah tiba, Olivia dan Julian bersiap-siap berangkat kesekolah.

"Oliv, ada yang bisa Julian bantu? Atau Oliv mau Julian bawakan tas nya?" tawar Julian. Hal itu membuat Oliv menatapnya bingung.

"lo kenapa? Gak biasanya" ucap Olivia curiga.

"eung?? E-enggak..." Julian tidak tahu harus menjawab apa. Ia semakin gugup ketika Olivia menatapnya intens.

"ayo Oliv, nanti terlambat!" Julian berjalan terlebih dahulu meninggalkan Olivia yang masih bengong.

"aneh" gumam Olivia kemudian.

Seperti biasa, Olivia dan Julian berjalan menuju halte bis terdekat dari apartemen. Kebetulan cuaca hari ini sangat tidak mendukung dan hujan mengguyur kota.

Tiba-tiba sebuah mobil lewat dan tak sengaja menyiprati air kearah mereka, namun dengan sigap Julian melindungi Olivia. Alhasil baju Julian yang basah dan kotor.

"Julian?! Harus nya lo gak lakuin itu" ucap Julia tak enak hati.

"gak apa-apa, Julian harus melindungi Oliv" ucap laki-laki itu seraya tersenyum.

Olivia jengah, dari tadi Julian terus bersikap aneh padanya. Dan laki-laki itu juga terlihat gusar.

"katakan, lo kenapa?" tanya Olivia tiba-tiba. Julian menggeleng keras.

Karena pasrah, akhirnta Olivia menarik lengan Julian dan mereka kembali ke apartemen.

"hari ini kita gak usah masuk sekolah. Baju lo kotor, gue gak mau sekolah sendirian" ucap Olivia.

"Julian minta maaf..." ucap laki-laki itu tertunduk lesu.

"eh? Lo gak perlu minta maaf, dan harusnya gue yang berterimakasih sama lo"

"tapi karena Julian, kita gak jadi kesekolah" laki-laki itu mencebikkan bibirnya dan hampir ingin menangis.

Hal itu membuat Olivia panik. "Julian jangan nangiss!" teriak Olivia.

'aduuhh dia ini vampir atau apa sih?' batin Olivia bingung.

"tentu saja Julian vampir" laki-laki itu menghentikan tangisnya. Olivia terkejut ketika Julian seakan-akan mengetahui isi hatinya.

Dan juga... Wajah itu terlihat semakin menggemaskan, dengan bekas air mata yang membuat sebagian pipinya lembab, serta mata yang berkaca-kaca itu. Bayangin aja gimana.

"Oliv..." panggil Julian. Gadis itu menatap Julian penuh tanda tanya.

"kenapa?"

"Julian mau darah Oliv" wajah laki-laki itu memelas.

Olivia hampir kwalahan dan tak bisa menolak. Namun disisi lain ia juga takut memberikan darahnya pada Julian.

"gak, lo makan daging aja" ucap Olivia.

"Julian gak mau" protes laki-laki itu.

"ganti baju gih, ntar lo masuk angin" suruh Olivia. Dan seketika ia merutuki perkataannya dan berfikir apakah Vampir bisa masuk angin?

"dengan satu syarat" Julian menyeringai. Membuat Olivia was-was.

"a-apa?" tanya Olivia.

"Oliv harus kasi darah Oliv ke Julian" ucap laki-laki itu.

Olivia ingin membuka mulut hendak protes, namun ia urungkan kembali. Entah kenapa ia merasa kasihan dengan laki-laki itu.

"oke, janji" ucap Olivia mengacungkan telapak tangannya.

Julian tersenyum senang, kemudian pergi untuk mengganti pakaiannya menjadi pakaian rumahan. Begitu juga Olivia.

Setelah selesai, Olivia duduk disofa depan televisi seraya menonton serial yang sama sekali tidak membuatnya tertarik.

Bersamaan dengan itu, Julian datang kearahnya dan tiba-tiba saja langsung memeluk Olivia--membuat gadis itu terkejut.

"Julian?" panggil Olivia.

Tak ada respon. Laki-laki itu hanya diam.

"Julian!" Olivia menepuk-nepuk pipi laki-laki itu.

Julian tersadar, namun wajahnya terlihat berbeda. Ia terlihat tak berdaya.

"lo kenapa?!" tanya Olivia. Tiba-tiba panik melanda melihat keadaan Julian yang sama sekali tidak baik-baik saja.

"darah... Julian butuh darah" ucap laki-laki itu.

Dan tanpa berpikir panjang lagi, Olivia mengulurkan tangannya tepat kewajah Julian. Membiarkan laki-laki itu menggigit tangannya.

Julian pun melakukan aksinya. Membuat Olivia sedikit meringis merasakan nyeri yang diciptakan oleh Julian.

Melihat Olivia yang semakin kesakitan, Julian pun menghentikan kegiatannya. "Olivia maafin Julian..." ucap laki-laki itu merasa bersalah.

Olivia menggeleng pelan. Dan tiba-tiba saja tubuhnya terasa lemah setelah Julian menghisap darahnya.

Julian menatap kebekas gigitan ditangan Olivia, dan menyentuhnya. Seketika bekas itu hilang tanpa jejak.

Dan keadaan Julian juga sudah tampak baik-baik saja sekarang.

Olivia pun tidak merasakan apa-apa sekarang, setelah Julian mengobati lukanya.

Puk.

"akhhh!" Julian meringis ketika Olivia memukul bahunya.

"lo mau gue mati?" sungut Olivia.

"Julian gak sengaja, darah Oliv sangat lezat" ucap Julian dengan tampang lugunya.

"lezat lezat... Lo pikir makanan?" Olivia mengerling tak suka. Namun dalam hati ia bersyukur karena Julian sudah tampak baik-baik saja sekarang.

Namun disisi lain ia juga khawatir. Jika Julian terus saja seperti ini dan membutuhkan darah darinya, apakah ia sanggup dan membiarkan Julian menghisap darahnya seperti tadi? Mungkin Olivia akan memerlukan persediaan tablet tambah darah.

T b c...

SEE YOU~

[HIATUS!] INTERESTINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang