Zoe menutup kembali pintu apartemennya. Karena Nic tadi, ia akan membeli barang-barang itu besok. Zoe bukan orang yang akan meladeni orang seperti Nic.
Baru saja gadis itu ingin duduk di sofanya, namun bel pintu apartemennya berbunyi, membuat Zoe berdecak dan kembali berjalan ke arah pintu.
Sebelumnya Zoe mengintip dari lubang kecil yang ada di pintu untuk melihat siapa yang datang menemuinya malam-malam gini.
Sesaat ia mengerutkan keningnya saat tidak melihat siapa-siapa di depan pintu. Karena tidak ada orang, ia pikir mungkin itu ulah orang iseng yang memencet bel apartemennya.
Baru saja ingin berjalan kembali, bel itu berbunyi. Lantas, Zoe kembali melihat dari lubang itu. Nihil, tidak ada siapa-siapa.
Sampai sekali lagi bel itu berbunyi, Zoe tidak berniat mengintip, gadis itu langsung membuka pintu apartemennya, ia hampir memukul cowok yang ada di depannya karena ulah cowok itu.
"What the hell?! You're a fucking stalker, why did you following me deepshit!"
Suara Zoe tidak cempreng, namun cukup keras membuat Nic yang berada di depannya sedikit mundur.
"Mau bawain makanan, sama belanjaan lo tadi," jawab Nic sembari menyerahkan sebuah paper bag berwarna coklat, yang berisikan makanan.
Zoe menatapnya dengan tidak minat, "Gak perlu, lebih baik lo pulang, gue gak nerima pemberian orang asing."
Nic tersenyum, "Tapi kita bukan orang asing Zoe. Kita kan udah tau nama masing-masing." jawabnya.
Zoe ingin sekali menjatuhkan Nic dari lantai 18 sekarang. Cowok itu benar-benar membuat kepalanya mendidih. "Apa ucapan gue kurang jelas sampai lo kesini, cuma buat ngasih ginian? Tanpa sadar Zoe menunjuk paper bag coklat itu.
Nic menggenggam tangan Zoe yang menunjuk bawaannya, cowok itu menarik lembut tangan Zoe hingga mereka masuk.
"Yuk makan dulu, gue laper. Dan lo juga laper," Nic dengan santainya membuka bawaannya.
"Sushi date! Gue bawa makanan kesukaan lo," ucap Nic sembari memperlihatkan berbagai macam sushi yang ada di plate.
Zoe tidak mengetahui cara Nic sampai bisa tau makanan kesukaannya, tapi Zoe tidak suka di ikuti seperti ini.
"Not anymore! I prefer—"
"Gak apa-apa pasti lo malu kan," Nic menahan tawanya mati-matian ketika Zoe melotot karena ia dengan berani melakukan semua yang gadis itu tidak suka.
"Ayo, sushinya gue udah beli sebelum ketemu sama lo tadi, nanti ga enak kalau lama-lama," ajak Nic sembari menepuk tempat duduk yang ada di sebelahnya.
Zoe lapar, ia ingin sekali memakan sushi itu, tapi gengsi. Dia kan tidak suka dengan cowok di hadapannya ini.
"Gak mau? Yaudah gue abisin ya, gue numpang makan di apartemen lo," ucap Nic sembari menuangkan sushi itu ke shoyu yang di campur dengan wasabi dan togarashi.
Zoe memperhatikan Nic yang sudah mulai memakan sushi itu. Fuck, kenapa harus sushi? Zoe tidak bisa tidak ngiler jika orang lain makan sushi di depannya.
Zoe berdecak, gadis itu mengambil tempat duduk di sebelah Nic, dan membuka sumpit itu, lalu ia mengambil satu sushi dan mencelupkannya ke shoyu, lalu gadis itu memakannya.
Nic tersenyum puas, ia sangat bahagia melihat Zoe memakan pemberiannya. Setelah selesai menelan satu, Zoe menghadap Nic, "Jangan geer, gue lagi laper aja. Makanya makan." ucap gadis itu.
Nic mengangguk, "Gak masalah, selagi perut lo terpenuhi dengan makanan, gue ikut seneng." ujarnya.
Zoe bergedik, melanjutkan makannya yang sempat tertunda. Nic yang berada di sebelahnya itu diam-diam mengeluarkan ponselnya dan mengabadikan momen ini. Momen yang ia sangat rindukan setahun belakangan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nicotine
Teen FictionPertemuan itu bukan sekedar kebetulan, Zoe yang tidak peka atau Nic yang memang tidak terang-terangan? Nicotine; metafora; candu -Nicotine, by cacashya 2021 Published; 23 Desember 2021