Mereka berdua pulang dengan menaiki kereta, ya, apartemen (y/n) agak jauh dari Tokyo. Dan Gojo ingin menemani gadis kecil itu.
Kereta tak begitu ramai, sehingga mereka bisa memilih tempat duduk, berjejeran.
Tanpa disadari, gadis itu menguap begitu besar. Dan terlelap begitu saja. Tapi apa dia sadar di mana dia menyenderkan kepalanya itu?
Gojo mematung. Dia hanya bisa melirik sedikit dari balik kacamatanya, (y/n) tertidur pulas. Wajahnya terlihat begitu tenang, dan polos.
Karena terlalu nyaman, (y/n) sedikit meringkuk di lengan Gojo. Beberapa rambut nakal menutupi wajahnya.
Tangan Gojo refleks bergerak ingin membersihkan wajah cantik itu dari rambut-rambut tersebut. Namun sempat terhenti karena (y/n) melenguh.
"Tidurlah, kau pasti lelah."
***
Tangan kesemutan? Yes. Tapi itu setimpal dengan kejadian hangat tadi, bahkan kemajuan! Gojo bisa merangkul (y/n) saat tidur! Betapa berbunga-bunga hati Gojo mengingat kejadian tadi.
Bahkan terbawa sampai mimpinya. Bahkan mimpinya terbayang-bayang sampai pagi ini.
"Hei, kau kenapa?" tanya (y/n) berkacak pinggang. Gojo hanya tersenyum lebar.
"Hei! Kenapa?" ulang (y/n).
"Hanya mimpi indah!"
"Mimpi apa kau sampai bisa seperti orang gila?"
"Berciuman denganmu!"
"Ih! Menjijikkan! Najis!" jerit (y/n) menjauh. Gojo hanya tertawa berbahak-bahak.
"Nanti pulang bareng lagi, ya! (Y/n)-chan!"
"Ogah!!"
***
Yah, pada akhirnya Gojo tetap menemani (y/n) pulang. Kereta begitu ramai, sampai-sampai Gojo harus mengalah berdiri. Di depan (y/n) yang dengan susah payah bisa mendapat tempat duduk.
Gojo berusaha terus menjaga jarak agar tidak menindih gadis di depannya. Tapi orang-orang di belakangnya sungguh egois, mereka mendesak-desak dan mendorong terus-menerus karena sempitnya ruangan.
Dan saat di satu pemberhentian. Kereta berhenti, sehingga dorongan itu semakin kuat. Membuat Gojo benar-benar kehilangan keseimbangan. Terjatuh ke arah yang berbahaya.
(Y/n) yang tahu Gojo akan menindihnya menutup mata.
Saat (y/n) membuka matanya. Gojo ternyata tidak menubruk tubuh mungilnya. Dengan kedua tangan panjangnya, ia menahan tubuhnya ke jendela kereta.
Membuat posisi seakan (y/n) terperangkap di antara kedua lengan Gojo. (Y/n) yang canggung menoleh ke arah lain. Gojo juga merasa begitu canggung.
"K-kau baik-baik saja?" khawatir Gojo.
"I-iya, sepertinya orang-orang banyak yang turun di stasiun ini. Jadi sudah lebih tenang." (Y/n) mengalihkan perhatian.
Gojo kembali ke posisi berdiri tegak, dan berpegangan lagi di gandulan kereta.
Ia ingat betul, dari kacamatanya yang melorot tadi. Bibir (y/n) begitu menggoda jika dari jarak dekat. Jika saja tidak tahan iman, ia pasti akan mencuri start gadis itu.
Tapi, mengingat ia harus memikirkan perasaan (y/n) juga. Tentu ia tidak boleh sembrono dan berpikir panjang. Sabar, Gojo. Tidak boleh aneh-aneh!
***
"Thanks, sudah diantar sampai sini." Suasana di antara keduanya masih canggung.
Dan mereka segera berpisah, imutnya, keduanya memiliki tujuan yang sama. Tidak mau ketahuan jika sebenarnya jantung mereka berdua berdegup kencang sekali. Gugup.
***
"Wah~" Shoko berbinar-binar mendengar cerita (y/n).
"Aku seharusnya ikut lalu mengabadikan momen itu!"
"Ta-tapi... kami jadi canggung sampai sekarang." (Y/n) terlihat sedih mengenai fakta itu.
"Aduh~" Shoko menepuk pundak sahabatnya itu lembut dan mengelusnya. "Aku akan meminta Gojo menembakmu."
(Y/n) membelalak. Ia menyikut perut Shoko sontak. Tapi empunya perut justru tertawa geli.
"Aku takut jawabannya nanti, bagaimana jika ternyata dia tidak suka padaku?"
"Siapa yang tidak suka?" Tiba-tiba saja Gojo muncul tanpa aba-aba dengan wajah terkejut bukan main. Begitu juga (y/n) yang sadar jika Gojo mendengar ucapannya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Short! || Gojo Satoru Fanfiction
FanfictionBerbeda 30 cm lebih, dalam hal tinggi badan. "Pendek" sudah menjadi panggilan barunya. Padahal namanya (y/n). Padahal jika diingat-ingat, tinggi pria sialan itu saat masih taman kanak-kanak bahkan lebih pendek daripadanya. Namun bisa membalapnya sem...