"(y/n), aku suka kamu!"
"Gua kagak!"
Sungguh 1 menit yang berharga, begitu pikir tiga manusia yang rasa nyamuk. Siapa mereka? Hm, tak begitu penting, sih. Tapi akan kuberitahu, itu Itadori, Fushiguro, dan Kugisaki.
Sungguh guru teladan, begitu pikir murid-murid pria yang baru saja beberapa detik yang lalu menyatakan perasaannya, dan ditolak secara, maaf, tidak hormat. Bayangkan, menyatakan hal seperti itu dengan mudahnya di depan 3 muridnya. Apa yang ada di kepala pria satu ini? Apakah hanya ada glukosa? Yang biasa dia masukkan ke mulutnya itu?
"Satoru, udah gue bilang dari dulu. Gue udah deklarasikan, kalau gua gak bakal pernah balas ucapanmu! Paham, gak!?"
"Tapi sebenarnya, kamu secara tidak langsung balas. Walau menolak."
"Halo?" Kugisaki memotong pembicaraan yang menganggap satu dunia ini seakan-akan benar-benar dimeteraikan milik mereka.
"Ini katanya mau ruang latihan?" tanya Fushiguro mengimbuhi, sekaligus menyatakan apa yang tepat di pikiran mereka bertiga.
"Ya memang, kan?" Gojo menatap ketiga muridnya itu. Dan menyadari. Bahwa mereka sebenarnya salah belok, dan justru makin jauh dari ruang latihan.
"Owh, maaf." (y/n) salah tingkah. Apa ini karena dia yang memimpin di depan, dan salah belok. Kemudian Gojo dengan bodohnya main ikut saja di belakang.
Tidak, tidak. (y/n) tidak mau ke ruang latihan. Dia mau makan pagi seusai menyelesaikan misinya pagi ini. Gojo yang anehnya malah membuntutinya begitu melihat batang hidungnya.
Dan dengan tiba-tiba menyatakan perasaan dengan wajah tidak serius begitu. Bagaimana (y/n) bisa menjawab dengan senang hati? Tentu tidak. Apalagi ...
"Pendek, ke ruang latihan, yuk! Nanti aku traktir kue, deh!" tawar Gojo dengan senyum lebar.
"Hmph! Gak!"
Inilah mengapa, (y/n) sebal setengah mati pada Gojo. Selama belasan tahun, tidak, sudah belasan tahun. Ia selalu dipanggil dengan sebutan 'pendek'.
"Kenapa?"
"Diabetes!" bentaknya kemudian berlari kecil dan pergi.
"Sensei payah," ucap Kugisaki menohok hati kecil Gojo.
"Iya, payah ..." timpal Itadori.
"Iya." Bahkan Fushiguro juga.
***
"Dia lagi-lagi begitu?" (Y/n) mengangguk cepat sambil menggembungkan pipinya menjadi seperti ikan buntal. Atau bantal?
"Kalau dia benar-benar serius suka padamu? Bagaimana?" goda Shoko, teman terdekat (y/n).
"Lihat aja mukanya," ucap (y/n) dengan muka serius, dua rius. "Emang dia pernah serius, hah?"
Shoko terkekeh geli, yang selalu terbersit di kepalanya hanya keheranan akan teman perempuannya yang terlalu polos ini. Jadi makin kelihatan chibi-nya di dalam (y/n).
"Kok ketawa?" kesal (y/n) memberi jeda untuk mendengar jawaban Shoko. "Beneran. Dia aja selalu ngejek aku pendek."
"Tapi kan karena tinggimu sekitar seratus lima puluh, sedangkan dia hampir dua meter."
"Makanya, dia bilang gitu tuh tujuannya buat ejek aku lagi!"
"(Y/n)-chan! Kan memang karena kamu pendek!" Tiba-tiba saja Gojo muncul di belakang (y/n). Membuat gadis yang terlihat mungil di hadapan Gojo itu memberondongnya dengan pukulan kecil.
"Sebel, deh! Pokoknya gue benci Gojo Satoru!!" teriak (y/n) dan pergi lagi dari tempat yang ada Gojo.
"Gojo, Gojo ... Kalau mau dia suka kamu, coba lebih serius, deh." Shoko memberi saran.
Gojo terdiam dan tersenyum. "Lebih lucu kalau marah gitu aja."
"Kalau dia beneran benci kamu?"
"Gak bakalan, kok."
***
"Pendek!" Saat SD kelas 5, padahal jaraknya hanya 5 cm.
"Pendek, pendek!" Saat SMP, ketika Gojo sudah bertinggi-badan sekitar 180 cm.
"Kok gak tumbuh-tumbuh, sih?" Saat SMA, dan tinggi Gojo sudah hampir 190.
Saat sudah satu kantor, di SMA mereka bersekolah. Juga begitu. Parahnya, tinggi (y/n) stuck di 15× cm.
"Satoru, kok kamu suka bully (y/n), sih?"
"Gak baik, lho. Itu kan body shaming."
Gojo hanya diam dan tersenyum. "Habisnya (y/n) lucu kalau marah, sih."
Selalu jawabannya sama. Kadang dianggapnya marah dari gadis itu lucu, manis, gemesin, dsb.
Itu lah kisah mereka saat semasa sekolah mereka. Dan sekarang mereka sama-sama seorang penyihir Jujutsu. Dan (y/n) adalah sosok yang walau kecil namun tubuhnya lincah dan teknik kutukannya cukup keren.
Dari pikiran (y/n), ia bisa mengontrol alam bawah sadar lawannya. Bisa melalui halusinasi atau mimpi yang memengaruhi lawannya untuk melakukan hal yang diinginkan (y/n). Hampir seperti hipnotis.
***
"(Y/n)? Kamu lagi apa?" Gojo berjalan seperti anak kecil mendekati sahabat masa kecilnya yang sedang menikmati bentonya.
Namun (y/n) tidak merespons, barang se-kata pun. Hanya pergi, melewati pria jangkung itu begitu saja.
Sontak Gojo terdiam.
Ini tidak seperti biasanya. Ini ... hal yang selama ini ia kira mustahil. Namun bisa terjadi, apa dia terkena teknik kutukan (y/n)?
Tidak, tidak, tidak. Untuk apa (y/n) menghipnotis Gojo?
Lalu, syarat dari teknik itu. (Y/n) harus menatap mata lawannya dahulu. Dan Gojo selalu menggunakan penutup mata. Jadi itu hampir mustahil dilakukan.
Apa yang terjadi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Short! || Gojo Satoru Fanfiction
Hayran KurguBerbeda 30 cm lebih, dalam hal tinggi badan. "Pendek" sudah menjadi panggilan barunya. Padahal namanya (y/n). Padahal jika diingat-ingat, tinggi pria sialan itu saat masih taman kanak-kanak bahkan lebih pendek daripadanya. Namun bisa membalapnya sem...