"Apakah aku terlihat peduli, sensei?"
Mendengar ocehan gurunya yang walau terus-menerus melantur tidak jelas tapi tetap mustahil dikalahkan? Tidak, lebih baik makan in**mie tanpa bumbu.
Gojo kembali mengeluh dengan segala kebingungannya terhadap perilaku abnormal dari (y/n).
"Salah siapa? Sudah umur dua puluh tujuh, justru kelakuannya kayak anak SD baru lepas dari dot." Fushiguro memang selalu pedas dan tajam mulutnya. Tapi suka bener.
"Terus harus gimana?"
Kugisaki bangkit. Tegap. Dan tegas. Layaknya superhero yang baru saja datang setelah ada penjahat, yang jahat.
"Begini ..."
***
Punya markas untuk persahabatan itu wajar. Dan sulit untuk tidak datang kemari walau sehari saja. Itulah yang sedang (y/n) lakukan sekarang.
Dia merenung. Berulangkali mengumpat karena kekesalannya.
"Satoru sialan, padahal kan masih banyak yang lebih pendek daripada gue. Misalnya kucing tetangga, kék!"
"Masa bandinginnya sama kucing tetangga, sih?" Lagi-lagi, Gojo datang tanpa salam. (Y/n) sebenarnya sudah terbiasa dengan hobi aneh itu.
"Diem!"
Gojo justru cekikikan dan meletakkan kepalanya di pangkuan (y/n). Dia tersenyum melihat wajah (y/n), gadis itu lebih memerhatikan ponselnya daripada pria di pangkuannya itu.
Gojo melepas kacamata bulatnya, dan melemparnya entah ke mana. Mata biru berliannya terpampang jelas di wajah tampan nan rupawan itu.
"(Y/n)-chan?"
"Berisik!"
"Kok judes, sih?"
"Lu juga kenapa kok ngejek gua mulu, hah?"
Gojo tersenyum. Dia memegang ponsel (y/n), melemparnya ke sembarang arah. Sempat terkejut. Namun ponsel itu tiba-tiba melayang di udara. Rupanya karena teknik kutukan Gojo.
Kemudian tangan kanan Gojo menyentuh bibir (y/n). "Karena kamu cantik."
Semburat merah langsung muncul di pipi (y/n) yang putih bersih. (Y/n) langsung berdiri cepat. Membuat lelaki di pangkuannya itu menggelinding jatuh ke lantai, dan memekik.
"Apa, sih!? Gak puas ya ngejek ledekan yang biasanya?"
"Eh?"
(Y/n) menatap tajam Gojo. Dia menatap mata biru indah itu. Kerutan di dahi perempuan itu merileks. Mata yang begitu luar biasa. Cantik. Begitu menghipnotis. Dan memang begitulah.
(Y/n) entah bagaimana, terasa terhipnotis oleh mata Sang Pemuda.
***
"Ya, sebenernya ... aku suka sama Satoru."
Begitu selesai misi siang harinya, (y/n) pergi ke tempat Shoko biasa melakukan tugasnya. Membongkar-bongkar mayat. Itu pekerjaannya.
Ya mustahil juga bertahun-tahun berteman, tapi sama sekali tidak ada rasa. Mereka kan berlawanan jenis.
"Tapi ... aku gak tahu dia sebenarnya beneran suka. Atau hanya menggodaku seperti biasanya. Menjahili, seperti yang selalu dia lakukan sejak kecil."
(Y/n) terlihat benar-benar bingung. Itu rasanya membuat hati kecil Shoko merasa terbelai. Ingin menolong temannya itu.
"Apalagi, Satoru itu lebih suka menjahiliku daripada yang lain. Seperti saat kecil, dia dingin pada semuanya. Kecuali aku."
Shoko makin menggeleng-gelengkan kepalanya. Ingin dia berkata, "Bodoh itu justru karena dia suka padamu." Tapi tak sanggup terucap.
Lihat saja mukanya. Begitu lucu, dan membuatnya geli. Benar-benar geli.
"Gini, gimana kalau kamu pura-pura marah sama dia? Kalau dia minta maaf atau melakukan hal romantis ke kamu. Biar kamu luluh, dia jelas menyukaimu balik." Shoko memang teman yang selalu bisa diandalkan.
Muka murung kebingungan itu seketika kembali sumringah seperti biasanya. Ini yang semua orang suka dari (y/n). Sikap polos dan cerianya.
"Oke! Aku akan langsung pergi!" Gadis yang kekanak-kanakan itu langsung berlari kegirangan keluar.
Shoko lagi-lagi menggeleng, dia ingin rasanya mengangkat (y/n) menjadi adiknya. Mengingat (y/n), sebenarnya ...
... tidak punya siapa-siapa.
***
"Dasar cengeng."
Dua kata yang menghentikan tangisan seorang gadis kecil berambut (y/hair/c). Mata berwarna biru cerah dengan bulu mata lebat, menatap datar dan dingin.
"Ha-habis ... semuanya bersama mama dan papa. Kecuali (y/n) ..." murung gadis bernama (y/n).
"Memang orangtuamu di mana?"
"..."
Anak perempuan itu tidak menjawab. Dia makin menenggelamkan wajahnya di antara kedua lututnya, berjongkok suram dan menangis tambah keras.
"Ish, berisik!"
"Ikut ke rumah. Energi kutukanmu bener-bener gak masuk akal!" Anak lelaki berambut putih itu menarik (y/n), dan berlarian menuju rumah keluarga Gojo.
Setelah mendengar latar belakang (y/n). Dan cerita Satoru, putra dari salah satu keluarga Jujutsu terkuat, Gojo. Orang tua Gojo ingin (y/n) untuk menginap di rumah mereka. Dan akan melatihnya untuk mengontrol energi kutukannya.
(Y/n) tinggal di kediaman Gojo hanya hingga dia SMA. Saat dia mulai memiliki penghasilan tetap, dan Gojo tidak memaksa (y/n) untuk tinggal di rumahnya lagi. Ia mengontrak kost-kostan. Dan hidup sendirian di sana.
(Y/n) memang perempuan yang tangguh. Dia bisa menutupi segala kesedihannya selama ini, segala masalahnya selama ini, hanya dengan sebuah lengkungan ajaib di bibirnya.
Itulah yang disukai oleh Gojo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Short! || Gojo Satoru Fanfiction
FanfictionBerbeda 30 cm lebih, dalam hal tinggi badan. "Pendek" sudah menjadi panggilan barunya. Padahal namanya (y/n). Padahal jika diingat-ingat, tinggi pria sialan itu saat masih taman kanak-kanak bahkan lebih pendek daripadanya. Namun bisa membalapnya sem...