Sepuluh tahun silam.
Seorang namja sedang menunggu seseorang dengan boneka yang tak luput dari genggaman. Beberapa kali ia mencoba untuk menghubungi orang yang ia tunggu namun tak kunjung mendapat jawaban.
Ia bosan. Sangat. Berjalan disekitar mengamati kota dengan segala kesibukannya mungkin menjadi pilihan yang tepat.
Namun langkahnya sontak terhenti tepat saat atensinya jatuh kepada khalayak ramai yang kini mengerubungi sesuatu bak semut mengerubungi air gula.
Bukanlah gula yang biasa dinisbahkan pada sesuatu yang menyenangkan, melainkan kecelakaan yang bisa dibilang.. Cukup jarang terjadi di pagi hari?
Supir truk yang berkendara dalam keadaan mengantuk menabrak mobil sedan berisikan tiga anggota keluarga. Begitulah sekiranya yang ia tangkap dari ocehan sekitar sembari melangkahkan kaki mencari sumber keramaian.
Namja itu terus menaruh penuh atensinya pada wajah pria paruh baya -yang tentu saja berlumuran darah- dibalik kemudi mobil sedan yang sudah tidak jelas bentukannya. Para polisi terlihat bersusah payah untuk mengeluarkannya dari sana.
Angka Kuriositasnya semakin tinggi.
Hingga detik berikutnya..
Tubuhnya bergeming. Mata sipitnya terbuka lebih lebar menyadari siapa yang menjadi korban.
Boneka yang sejati ia pegang beberapa saat lalu melorot begitu saja.
Dengan langkah cepat ia menerobos garis polisi dan menghampiri pria paruh baya tersebut.
"Tuan kim!!! Bertahanlah aku akan mengeluarkanmu dari sini!"
Setengah sadar. Pria itu melihat anak muda di balik jendela mobilnya dia kemudian menunjuk putrinya dengan mata.
"U-uri ttal. "
Atensi namja itu pun berpindah.
Kini maniknya menangkap seorang gadis dengan rambut indahnya yang diwarnai dengan merahnya darah segar yang tak henti keluar.
Sesak.
Hatinya hancur melihat sang gadis di kursi belakang.
Para polisi berusaha mengeluarkannya namun tak kunjung bisa.
Geram. Tersera-sera membantu menarik pintu mobil dengan sepenuh tenaga yang ia punya.
"Willy-ya, aaahhh... ber (menahan napas) tahan lah aahhhh!"
Dan pintu itu pun berhasil ia buka.
Silap mata ia bopong sang gadis.
Tangisnya pecah. Pertahanannya hancur .
"Willy-ya, bertahanlah! jebal, eoh" Lirihnya.
membawanya kedalam ambulans yang baru saja tiba dan menyuruh mereka untuk segera pergi.
Sedangkan dia langsung turun dan menandu pria paruh baya yang ia panggil tuan kim tadi.
Setelah membantu tuan kim masuk ke dalam ambulans ia merasakan ponselnya bergetar dalam saku celana.
"....."
"Hah? (Tidak bisa mendengar dengan baik karena sangat bising) Eoh, aku sedang berada di-"
"....."
"Ne, Geundae-" (Tapi)
"....."
"Aahh! Algeseumnida" (Baiklah)
Menutup panggilan dengan frustasi. Tangannya menarik-narik ujung rambutnya sendiri. Hingga-
"Ahjussi!"
Menatap pria yang sedari tadi memegang ujung leather jacket miliknya itu kini tiba-tiba melepasnya begitu saja.
Pertanda tingkat kesadarannya mulai menurun.
Panik. Awut-awutan ia masukkan kembali ponsel ke dalam sakunya, membuat satu benda lain jatuh tanpa ia sadari.
Perawat menyuruhnya untuk keluar agar mendapat ruang untuk memberi pertolongan utama. Dia menurut. Kemudian melihat satu ambulans lagi yang baru saja pergi. Mungkin ibu paruh baya yang ia asumsikan sebagai ibu sang gadis.
Ponselnya kembali berdering. Itu artinya.. dia harus benar-benar pergi sekarang.
Ia hanya bisa berlari, memaki dirinya sendiri dan berharap tidak ada hal buruk yang terjadi.
❃❃
"Bagaimana? Sudah kau bereskan?" Tanya seseorang pada ponselnya."Sudah, bos"
"Good, hahaha"
❃❃
Hai yorobun!!
Ini the first aku nulis wkwkkw
Maaf banget ya kalo masih banyak yang kurang 😁 komen aja!
Jangan sungkan, toh buat kemajuan aku juga kedepannya😊
Terimakasih 🙏🏼
KAMU SEDANG MEMBACA
RJ
FanfictionKompas. Penunjuk arah. Sejak kompas itu berada ditangan Willy, ia berharap benda ini akan membantunya menemukan seseorang. Seseorang yang sangat berharga dan menjadi kunci atas segala keraguan dalam hidupnya kini Namun, pada kenyataannya hidup di...