Willy's povSelepas acara menjadi-army-dadakan yang berakibat bangun ketika matahari terbenam.
Matahari terbenam? Ya. Kalian ga salah baca. Kami bertiga benar-benar bangun ketika matahari menyelesaikan tugasnya. Aku berani bersumpah jika imo tidak berhalangan hadir kemarin pasti dua anaknya ini sudah habis kena semprot karena dituduh membuatku tidak bisa beristirahat. Apalagi sherina yang sekarang masih terlelap dan enggan untuk sekedar membuka mata. Aku tidak berani membayangkan akan jadi apa anak ini jika ibunya datang tiba-tiba.
Okay, kita tinggalkan saja sherina si beruang yang tengah berhibernasi itu. Aku membututi kak Freya yang turun ke lantai dasar untuk menuju ruang makan. Tentu saja makan malam.
Tapi... Tunggu! Siapa itu yang sekarang membantu para maid? Jangan-jangan...
Plak plak plak
Kalian pasti sudah bisa menebak siapa yang sedang memukul bokong kak freya sekarang.
Yap. Siapa lagi yang berani memukul bokong CEO wanita termuda se-asia selain ibunya sendiri. Hahaha bisakah seseorang memberikan ku popcorn dan segelas soda sekarang? Demi Tuhan aku sangat menikmatinya!
Selesai dengan bokong kak freya, sekarang imo bersiap dengan pengeras suara alaminya.
"Ya! Itulah mengapa sampai sekarang tidak ada yang ingin berkencan denganmu, eoh! Bagaimana bisa kau baru terbangun?"
Ku melihat kak freya merintih kesakitan dan baru saja hendak membuka suara namun langsung dibungkam oleh sang ibu yang bagai ibu tiri.
Seperti para ibu pada umumnya, tatapannya melunak ketika atensinya berpindah padaku -Pada Siapa pun selain anak kandungnya.
"Bagaimana bisa kau tidak memberikan waktu untuk istirahat pada keponakan kesayanganku ini, eoh?" Ucapnya Seraya berjalan kearahku, merangkul bahuku dan mendorong pelan kepalaku untuk masuk kedalam ceruk lehernya yang harum. Kemudian membelai rambutku penuh sayang. Aku membalas rangkulannya dengan pelukan dari samping. Kunikmati pelukan hangat itu sambil tertawa kecil melihat kak freya yang sudah memberengut di tempat duduknya.
Sudah ku bilang bukan? dia akan menuduh anaknya sendiri terhadap apa yang sebenernya ku tawarkan. Aku yakin dalam hati kak freya bilang, jika kau datang kemarin, maka kau akan tahu siapa yang menawarkan kami bergadang untuk sekedar membahas sejarah diciptakannya karakter yang mereka sebut BT21 itu.
"Padahal kau tahu dia baru saja terbang dari jauh, ya kan sayang?" Aku mengikuti dramanya. Kubuat ekspresi tak terima diwajahku.
"Cih, lihat itu! Aku jadi meragukan apakah benar aku anaknya atau memang kita tertukar willy-ya?"
Aku melepas pelukan dan kembali terkekeh.
"Maldo andwae, kita mempunyai selisih tahun yang sangat jauh, jadi bagaimana bisa itu terjadi, eoh?"
Imo terkekeh melihat interaksi kami berdua. Namun, kekehannya lenyap begitu ia melayangkan pandangannya ke lantai dua.
"Ya!" Dan pengeras suara itu kembali bekerja. "Apa adikmu masih di dalam sana?"
Imo bergegas menaiki tangga. Aku dan kak freya menatap kepergiannya.
"Dia takkan selamat" Lirih kak freya yang membuatku terkekeh kecil.
❃❃
Malam semakin larut dan perutku kembali minta di isi. Semua maid sudah beristirahat dan aku? Insomnia. Aku tidak bisa tidur jika sedang datang bulan. Imo, kak freya dan Sherina sudah pamit setelah makan malam beberapa jam lalu. Haruskah aku bangunkan supir untuk sekedar mengantarkanku mencari makanan? Aahh nampaknya tega sekali aku jika membuatnya bangun hanya karena itu.
Baiklah kuputuskan untuk pergi sendiri!
Aku sudah mencari tempat yang akan ku tuju di aplikasi Naver dan membuka peta.
Tak kusangka jalanan masih ramai padahal sudah dini hari. Mungkin banyak yang lembur malam ini?
Tak butuh waktu lama kuda besiku sudah mendarat dengan sempurna di parkiran tempat yang ku tuju. Aahh, aku punya bakat membaca peta juga ternyata.
Begitu memilih tempat duduk VVIP di lantai dua, bermaksud untuk menjauh dari keramaian. Aku langsung memesan Chimaek terbaik mereka. Chicken dan maekju atau biasa disebut beer adalah pasangan yang sempurna untuk menemani resahnya hati.
Sejak imo dan yang lainnya pulang tadi, pikiranku berkecamuk pada satu kontak yang tertera di ponselku. Haruskah aku meminta bantuannya saja?
Tapi begitu mengingat penuturan Sherina semalam. "Mereka sangat terkenal sekarang. Hampir wanita seluruh dunia memimpikan untuk bersanding dengan mereka di pelaminan. Oh iya, jangan lupakan penggemar mereka yang fanatik itu! jumlahnya sudah tak bisa diragukan.Rasanya aku terlalu ciut untuk mengakui bahwa orang yang ku cari selama ini adalah salah satu dari mereka. Bagaimana tanggapannya? Pasti aku akan ditertawakan dan disangka sebagai salah satu penggemar fanatiknya, kan?
Aaahhh rasanya aku tidak ingin mengingatnya lagi saja! Biarkan saja terus begini! Yang penting aku harus percaya. Lagi pula mereka semua juga baik padaku selama sepuluh tahun ini.
Frustasi. Aku membenamkan wajahku pada kedua tangan yang ku lipat di atas meja.
Tiba-tiba...
"Willy-ya..."
Seseorang melirihkan namaku. Terdengar sangat dekat dan menyedihkan sampai aku bersicepat mendongak dan mencari sumber suara.
Aku menemukannya -sumber suara itu. Seorang lelaki yang tertutup sempurna dengan seorang perempuan berpenampilan sedikit terbuka. Mereka berada tepat di belakangku.
"Ne, aku sudah disini sekarang. Ya! Ireona Palli!" (Cepat bangun)
Okay, Mungkin aku sudah benar gila sekarang mengira namja itu melirihkan namaku jelas-jelas ada wanita yang menghampirinya dan berkata begitu. Mungkin hanya salah dengar atau memang nama kami yang sama? Entahlah aku tak ingin menambah beban pikiranku.
Tak lama Chimaek pun datang. Aku memakannya dengan lahap karena pikiran-pikiran itu makin membuatku lapar saja. Sampai suapan terakhir aku baru ingat mempunyai satu kontak lagi yang mungkin dapat membantu. Gembira. Aku segera menghubunginya.
"Yeoboseyo?"
"Nee"
"Eonni, Tentang tawaranmu kala itu.. Apa kau serius dengannya? "
"Eoh? Apa kau sungguh ingin menerimanya?"
"Nee, tapi- aku memiliki sebuah syarat. "
..
KAMU SEDANG MEMBACA
RJ
FanfictionKompas. Penunjuk arah. Sejak kompas itu berada ditangan Willy, ia berharap benda ini akan membantunya menemukan seseorang. Seseorang yang sangat berharga dan menjadi kunci atas segala keraguan dalam hidupnya kini Namun, pada kenyataannya hidup di...