🌻03

180 59 49
                                    


"Aku sangat tidak mungkin masuk ke dunia itu," tegas Jiyeon. Setelah mendengar permintaan Hyungsik yang ingin Jiyeon menjadi seseorang yang sama sekali berbanding terbalik dengan kepribadiannya, ia semakin yakin kalau kerjasama tidak akan pernah terjalin di antara mereka.

"Tolong, pertimbangkan dulu. Aku bahkan meminjam uang di bank untuk membayar gajimu di muka dan memberinya pada orangtuamu kemarin."

"Itu salahmu sendiri yang bertindak asal."

Terlihat Hyungsik menunduk lesu dan mengeluarkan ponselnya dari kantong celananya. Menggulir layar sebelum menempelkannya ke telinga.

"Hallo Sayang, kau di mana?" Hening, Jiyeon pura-pura memainkan ponselnya sendiri meski pendengarannya 100% tertuju pada suara pria di depannya. "Aku senang mendengarnya ... Sayang? Sepertinya aku tidak bisa membantumu membesarkan anak kita nanti." Jeda lagi, Hyungsik menekan dahinya dengan tangan kirinya. "Maafkan aku, setidaknya uang asuransi itu akan cair jika aku kecelakaan, bukan?Akan lebih besar jika aku mati. Kau tenang saja, aku akan membuatnya seperti tidak bunuh diri. Yang perlu kau pikirkan hanyalah anak yang tengah kau kandung, anak kita."

Jiyeon mulai gelisah dalam duduknya. Sialan sekali, aku harusnya tidak mendengar percakapan sialan ini!

"Jangan menangis, aku rasa uangnya cukup untuk persalinan dan biaya hidup kalian lebih satu tahun. Kau tahu aku membayar premi yang sangat besar waktu itu." Hyungsik menghembuskan napas panjangnya sebelum kembali berkata, "Jaga anak kita baik-baik, aku mencintaimu."

Hyungsik berdiri dan memasukan ponselnya ke dalam kantong celana. Wajahnya dibuat semenyedihkan mungkin dengan tertunduk tak memiliki semangat hidup.

"Terima kasih sudah meluangkan sedikit waktumu untuk mendengar keluhan pria menyedihkan sepertiku. Aku sangat menghargai itu. Selamat tinggal, Park Jiyeon." Lalu pria itu melangkah lesu menuju pintu.

"Sialan," umpatnya sebelum menyusul Hyungsik yang hampir keluar dari apartemen. "Berapa lama?"

Hyungsik sempat tersenyum penuh kemenangan sebelum berbalik dan memasang wajah sendunya.

"Berapa lama aku harus menjadi gadis itu? Aku tidak mungkin selamanya menggantikan orang lain, bukan?"

"Aku belum bisa memastikan berapa lama kau akan menggantikan Rian, tapi setelah semua masalah selesai, aku akan segera mengeluarkanmu dari situasi ini." Ia bangga telah melakukan seperti apa yang ibu Jiyeon usulkan, gadis ini terlihat keras diluar, namun sangat mudah tersentuh.

Maafkan aku harus berbohong, Tuhan.

"Ini sangat merepotkan."

"Maafkan aku, tapi aku tak tahu lagi harus meminta bantuan pada siapa. Mencari gadis yang benar-benar mirip itu sangat sulit."

Jiyeon menghembuskan napasnya, mungkin memang sudah takdirnya terjebak ke dalam masalah orang lain. "Jadi, kapan?"

"Sekarang juga," balas Hyungsik.

"Kenapa begitu cepat? Aku bahkan belum membereskan pakaianku dan keperluan—"

"Tidak, kau tidak perlu bawa apa-apa selain dirimu. Pakaian dan segala macamnya kau bisa gunakan milik Rian."

Jiyeon menggeleng cepat, mengenakan barang orang lain sangat bertentangan dengan hidupnya. "Aku tidak mau, aku tidak menyentuh barang-barang yang bukan milikku."

"Tapi kau harus, pakaian dan barang-barang lainnya milik Rian harus kau gunakan, kalau tidak orang bisa mencurigaimu."

Jiyeon hanya bisa terdiam, pasrah akan hidupnya yang harus berubah 180°. Tapi setidaknya ini hanya untuk sementara, pada akhirnya Jiyeon akan kembali ke kehidupannya yang tenang, 'kan?

ClandestineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang