Benturan jari-jari pada keyboard memecah hening di ruangan sederhana dengan penerangan seadanya. Si penghuni tidak terlalu menyukai cahaya yang terang, warna yang cerah dan sesuatu yang berisik.
Samar-samar, aroma lavender yang dihasilkan dari pengharum ruangan mulai menjamah hidungnya, bercampur dengan beberapa potong pizza yang masih hangat di atas meja, tepat di sebelah minuman dinginnya.
Di balik kacamata anti radiasi yang bertengger di hidungnya yang mancung, iris pucat itu fokus pada rentetan kalimat pada layar laptopnya. Sesekali satu tangannya mengambil iced americano untuk diteguk, sesekali juga meraih potongan pizza masuk ke dalam mulut kecilnya. Namun tak satupun dari kegiatan itu yang bisa mengalihkan fokusnya pada layar laptop di hadapannya. Kecuali satu hal, bunyi bel apartemennya sendiri. Seperti yang terjadi saat ini, gadis itu lekas beranjak dari tempat duduknya dan berjalan cepat menuju pintu apartemennya.
Setelah melihat seseorang yang berdiri di depan pintu melalui monitor, si gadis hanya membuka sedikit pintu apartemen dan mengulurkan tangannya.
Si kurir yang sudah terlalu sering mengantar paket ke pemilik misterius yang menghuni satu unit apartemen tak jauh dari rumahnya ini, mengulurkan sebuah kotak beserta kertas dan sebuah pulpen yang langsung diterima oleh gadis aneh tersebut. Ia menerima kembali kertas dan pulpen miliknya setelah gadis aneh itu menandatanganinya dan menutup pintu secepat kilat.
Pria muda yang memiliki kerja sambilan sebagai jasa pengiriman barang pun hanya bisa menggelengkan kepalanya. Entah sudah puluhan atau ratusan kali ia mengantar paket ke unit apartemen ini, ia tidak pernah mendengar suara ataupun melihat sedikit senyum di bibir tipis si pemilik apartemen itu. Gadis yang aneh memang, bahkan gadis itu selalu mengenakan baju kaus dan celana training maupun celana tidur bermotif kartun. Aromanya seperti bedak bayi, dan kulitnya terlalu putih bahkan lebih seperti mayat.
Kembali pada gadis yang menghuni apartemen. Ia membuka kotak yang baru saja ia terima dan mengeluarkan isinya. Sebotol shampo, conditioner dan sabun cair yang biasa ia gunakan. Sudah tiga hari ia tidak keramas karena kehabisan shampo. Kepalanya gatal sekali dan langsung meluncur ke kamar mandi.
...
"Aku benar-benar pusing sekarang." Pria awal tiga puluhan menghembuskan napas kasar serat akan putus asa. Masalah berat yang menimpa membuatnya tertekan beberapa hari belakangan.
"Paman selalu mengeluh, apa mereka tidak memberimu upah yang cukup?"
Si pria yang lebih tua mendaratkan tepukan kecil di belakang kepala pria yang lebih muda. "Bukan itu masalahnya, jika aku gagal melakukan satu hal, aku akan kehilangan pekerjaanku dan bagian terburuknya aku akan kembali menjadi pegawai salon milik ibumu."
"Hal apa?" tanya yang muda ingin tahu.
Menghembuskan napas beratnya untuk yang kesekian kali, pria yang dipanggil paman itu mulai menjelaskan. "Artisku bunuh diri. Gadis itu masih begitu muda, dan tengah berada di puncak karirnya. Berita kematiannya akan membuat penggemar terpukul dan berdampak sangat buruk untuk perusahaan."
"Aku sering mendengar aktor atau idol bunuh diri. Tapi bagaimana bisa dia bunuh diri kalau tengah berada di puncak karirnya?"
"Aku tidak begitu tahu, dua hari yang lalu, gadis itu ditemukan gantung diri dengan pakaian cantik. Hanya beberapa orang yang tahu, dan CEO di tempat aku bekerja meminta kami merahasiakan kematiannya."
Si pria muda masih belum memahami hal apa yang harus dilakukan oleh pamannya ini. "Lalu bagaimana? Kalian juga tidak bisa menyembunyikan kenyataannya lebih lama, penggemar pasti akan tahu pada akhirnya."
"Memang sulit dan terdengar mustahil. Aku harus menemukan seseorang yang sangat mirip dengannya, meski nanti terdapat perbadaan pada wajahnya, kami bisa menyarankan untuk operasi plastik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Clandestine
Gizem / GerilimBeberapa orang terseret dalam kasus kematian seorang idol yang tengah berada di puncak karirnya. Banyak pihak yang mencoba menutupi kepergiannya, memanipulasi semua orang agar sosok tersebut masih dianggap hidup dan tetap bersinar seperti dulunya.