bagian 11

639 100 7
                                    

UN1TY ( Zweitson, Farhan, Shandy, Fajri, Fiki, Gilang, Ricky, Fenly)

drama, family

“aku pamit pergi”

bagian 11
































Takdir pada akhirnya akan tetap menjadi takdir, sekencang apapun kita berlari sejauh apapun kita bersembunyi dan sekuat apapun kita bertahan. takdir akan selalu datang dan berjalan sesuai garisnya.

satu tahun terlewati dan tepat dihari ini tuju bulan Zweitson dirawat dirumah sakit. seakan kemarin remaja itu tersenyum dengan lebar sampai matanya menyipit kecil dibalik kacamatanya, seakan kemarin dia dengan riangnya bercanda dengan kedua kakaknya, seakan kemarin . seakan………

namun lihatlah dia sekarang, Zweitson yang selalu dikatakan orang memiliki wajah yang seakan menolak tua kini tak bisa dikenali lagi dengan baik. wajahnya bengkak dimana-mana tubuhnya kurus tak bertenaga, warna kulitnya tidak seperti warna kulit manusia normal lainnya, dari semua itu hanya suaranyalah satu-satunya yang masih bertahan sampai sekarang, suaranya yang akan menjadi rintihan sakit hampir tiap hari dan sisanya lebih banyak diam dan diam.

beberapa bulan lalu dengan cepat kesehatan Zweitson memburuk, sangat buruk dari sebelum-sebelumnya. pingsan bahkan sudah tidak bisa dihitung lagi jumlahnya dan seketika itu juga semua orang rumah dan orang-orang terdekatnya harus terpaksa siap dengan semua kemungkinan.

dan pada akhirnya hanya tertinggal penyesalan dibenak semua orang. sang ayah yang begitu menyesali ketidak siapannya keterlambatannya untuk mencari pendonor bagi sang anak, kegagalannya menjadi ayah yang baik, sikap buruknya selama ini dan bahkan dititik inilah kepala keluarga itu merasa begitu menyesal telah menghianati bukan hanya istirnya dulu namun juga semua anaknya yang kemudian menjadi salah satu penyebab makin cepatnya penyakit Zweitson  memburuk.

sang ibu yang sama menyesalnya, dengan keegoisannya selama ini, dengan ketidak mampuannya, dengan semua kesalahannya, yang dengan konyolnya lebih mementingkan perasaan sendiri dan meminta cerai dari sang suami tanpa memikirkan anak-anaknya yang juga harus menjadi korban dibelakang.

Farhan dengan semua rasa bersalahnya yang besar, dengan rasa menyesalnya, dengan semua kekurangannya dengan rasa khawatirnya, begitu juga Shandy yang sangking takutnya dengan kondisi sang adik sampai membuat dia menjadi sering minum dengan alasan ingin sedikit saja melupakan semua yang ada.

bahkan begitu juga dengan Fajri yang menganggap semua ini karena dirinya karena malah terlahir didunia sampai membuat satu keluarga yang utuh hancur dan lebih buruk lagi membuat adiknya sendiri menjadi menderita.

semua orang, semua anggota keluarga, teman bermain Zweitson dirumah, teman sekolahnya dan kenalannya yang lain satu persatu sudah mendatangi rumah sakit untuk memberikan semangat kepada Zweitson.

karangan bunga, kue-kue kesukaan Zweitson, cemilan lain, dan bahkan pakaian pun menumpuk disalah satu sudut ruangan yang Zweitson tempati dan dirinya dapat dari semua orang yang telah mengunjunginya.

namun tentu saja Zweitson hanya bisa berbaring lemah, dengan kondisi badannya yang membengkak. ditahap akhir penyakitnya ini remaja itu harus menjalani cuci darah dua kali dalam satu minggu untuk membuatnya bisa bertahan.

lalu bisa dibayangkan sudah berapa uang yang habis bukan? ayah mereka kini sudah habis-habisan, begitu juga dengan ibu mereka lalu Farhan dan Shandy juga sama saja, tabungan merekapun sudah diserahkan sepenuhnya pada sang ayah untuk membayar semua biaya rumah sakit.

namun tentu saja semua tidak akan pernah berakhir sampai Zweitson menemukan pendonor.








.








aku pamit pergi  ||  UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang