bagian 6

874 141 11
                                    

UN1TY ( Zweitson, Farhan, Shandy, Fajri, Fiki, Gilang, Ricky, Fenly)

drama, family

“aku pamit pergi”

bagian 6














adakah kebebasan di dunia ini?

yang mungkin tersisa walau sedikit untuknya.

sungguh fajri lelah dengan hidupnya, dengan rutinitasnya, dengan semua kepura-puraan yang dirinya lakukan selama ini.

dia sungguh terpuruk saat ibundanya meninggal saat dirinya masih dalam usia belasan tahun, lalu tak lama dirinya dikejutkan dengan pengakuan dari ayahnya sendiri perihal siapa dia dan seperti apa keluarga mereka yang sebenarnya.

“kamu sudah berusia cukup menurut bapak untuk tahu perihal ini ji, sebenarnya ibukmu adalah istri kedua bapak….. lebih tepatnya simpanan bapak……”

fajri tentu terkejut, sangat terkejut.

diusianya yang memang bukan anak-anak lagi seperti apa yang disebutkan ayahnya tadi, namun juga dia belum bisa memikul  hal sebesar ini begitu cepat.

“ayah masih punya istri pertama dengan tiga anak laki-laki yang otomatis merupakan saudaramu nak….. dua kakak laki-laki dan satu adik laki-laki yang kebetulan berada di satu sekolah denganmu”
.
.
.
.
.
.
.
.
saat itu pula dunianya berubah seketika, dari awalnya terlihat menyedihkan tanpa kehadiran sosok ibu menjadi makin menyedihkan sebagai seorang anak dari istri simpanan.

dia memang bukan anak yang nakal pada awalnya, namun bukan juga anak yang pintar.

namun dengan semua yang kini fajri ketahui dan kemudian muncul tiba-tiba rasa takut akan dirinya yang bisa saja ditinggalkan oleh sang ayah sewaktu-waktu membuat fajri memiliki tekat lain.

dia mulai membungkus dirinya agar menjadi anak baik, sangat baik malah. rajin dan penurut, berprestasi dalam bidang akademik maupun olahraga disekolahnya.

nyatanya selama ini itu hanya bentuk pertahanan dirinya dari rasa takut akan ditinggalkan.

lalu mengenai saudara yang ayahnya bicarakan, sejauh ini yang pernah fajri lihat hanyalah adik laki-lakinya yang bernama zweitson yang memang berada di satu sekolah yang sama dengannya..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
fajri takut, fajri khawatir.

ibunya telah tiada, lalu nyatanya dibelakang sang ayah masih memiliki keluarga lengkap yang terlihat begitu sempurna, jadi tidak menutup kemungkinan dia akan di tinggalkan begitu saja bukan?

dia iri, juga merasa begitu berdosa disaat yang bersamaan.

seakan semua beban dosa yang telah diperbuat ibu juga ayahnya yang secara diam-diam telah menghianati ibu tirinya menjadi berada dipundak fajri.

dialah alasan keluarga ayahnya hancur berantakan, dialah anak yang seharusnya tidak dilahirkan..
.
.
.
.
.
dulu sekali fajri akan begitu marah juga terbawa emosi dengan keadaan sang ayah yang begitu jarang pulang dengan alasan bekerja diluar kota dan meninggalkan fajri sendiri bersama satu orang pembantu rumah tangga.

membuat fajri lama kelamaan terpaksa terbiasa melakukan semua hal sendirian, juga menghabiskan waktunya sendirian.

namun setelah semua yang ayahnya tutupi diketahui fajri kemudian, malah membuat kedaan makin runyam walau kini sang ayah selalu pulang kerumah bahkan bisa dibilang tinggal dan menetap bersamanya.

karena dengan jujur ayahnya mengatakan sekarang dia sudah bercerai dengan istri pertamanya dan akan tinggal dengan fajri seterusnya.

ayahnya yang salah, fajri tahu itu,

ibu kandungnya yang salah, fajri sadar akan hal itu.

namun kenapa mereka berdua membebankan dosa ini padaya juga?

apa dia mau dilahirkan dengan status seperti ini? tentu tidak!

namun tatapan benci dari ibu tirinya, seakan memenjaranya.

belum lagi bagaimana saudara-saudaranya memandangi dirinya sebagai seorang penjahat.

dia tidak pernah bertindak diluar nalar hinggal membuat orang dendam dan tersinggung, dia selalu menjaga tutur katanya juga area pertemanannya.

dia mencoba untuk tidak menjadi “salah” dalam segala hal, karena dirinya sadar bahwa kehadirannya di dunia inipun sudah merupakan kesalahan yang tidak seharunya dia pupuk dengan kesalahan lain.
.
.
.
.
.
.
.
.
‘ini kak farhan, nanti siang bisakan kita bertemu?’

sebuah pesan singkat dari nomor yang tidan dikenal masuk ke telpon genggam fajri.

dari nama yang disebutkan pada pesan sedikit banyak diragukan oleh fajri.

farhan? kak farhan? anak tertua dari ayahnya? mengirimkan pesan singkat padanya dan ingin bertemu?

meski kecil kemungkinan, tapi bolehkan fajri berharap bahwa dia diterima setidaknya oleh kakak tertuanya ini? begitu kira-kira apa yang diharapkan fajri saat ini.

tanpa menunggu lama fajri segera membalas pesan tersebut.

‘bisa kak, kirimkan saja alamat tempatnya, jam satu aku kesana…’

balas farji dengan antusias dihati.

tanpa sadar dirinya kemudian melirik jam pada dinding didalam kelasnya yang masih berada pada jam 10, yang makin membuat fajri tidak sabaran untuk bertemu kakak tertuanya itu dan mengobrol tetang banyak hal.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
lalu disinilah fajri sekarang duduk dengan wajah sendu tepat didepan kakak tertuanya, pada sebuah kafe dipinggir jalan raya dipusat kota.

“kamu tahu persis bagaimana kondisi soni kan? jadi kakak harap kamu tidak mendekatinya dan mengusik kehidupan sekolahnya agat dia tidak makin setres dan malah akan berdampak buruk pada kesehatannya…..”

apakah fajri terlihat begitu jahat dimata kakak tertuanya ini?

mengusik? mengusik bagaimana?

apakah mengajak zweitson berbicara dan mengobrol merupakan apa yang disebut “mengusik”?

apakah fajri  hama? yang hanya mendatangkan dampak buruk bagi siapapun yang dia dekati?

fajri maih menunduk dengan kedua tangannya yang terkepal erat dibawah meja, luapan emosi ini.

luapan kemarahan ini.

ingin sekali dia menjadi egois!

namun pada akhirnya…….

“iya kak…..”

……..fajri hanya bisa memperlihatkan topeng pembungkusnya.

karena terlalu takut malah akan mengecewakan semua orang.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC

kembali lagiiiii……….

oke maaf telah menunggu lama dan jan lupa tinggalkan jejak agar ane tetep semangat buat nulis…..

gimana nih, ada yang masih inget sama ni cerita ngga? ato malah lupa dan bahkan udah bosen sama alurnya wkwkwk….

oke sampe jumpa dibagian depan yaaaa…….

aku pamit pergi  ||  UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang