bagian 8

874 132 8
                                    

UN1TY ( Zweitson, Farhan, Shandy, Fajri, Fiki, Gilang, Ricky, Fenly)

drama, family

“aku pamit pergi”

bagian 8














sudah berapa lama waktu berlalu? tanpa terasa semua hal telah terjadi begitu saja, namun yang paling jelas sampai sekarang adalah bagaimana pundak setiap orang terasa makin berat saja.

siang itu dirumah sakit, zweitson sedang berbaring sendirian di bangsal rumah sakit sambil membaca beberapa komik yang dibelikan bang shandy untuknya saat terdengar pintu ruang rawatnya terbuka.

kemudian sang ayah masuk dengan senyum hangat di bibir laki-laki dewasa itu dengan beberapa kresek berisi makanan yang dia tenteng di tangan kanan.

“siang dek…… bapak bawain buah nih…..” sambut sang ayah setelah beberapa kresek itu dirinya letakkan pada meja yang tersedia diruangan itu.

hampir saja, hampir beberapa saat sang lalu zweitson merekahkan senyum bahagianya karena kedatangan sang ayah di siang ini, namun semua itu urung terjadi setelah dirinya melihat seorang yang dirinya kenal betul siapa juga berjalan dibelakang sang ayah.

siapa lagi orang itu kalau bukan kakak tirinya, fajri.

“fajri, minta tolong kupaskan adikmu jeruk yang bapak bawa tadi…..” minta sang ayah beberapa menit kemudian setelah diirnya tadi sempat duduk nyaman pada sofa diruangan rawat zweitson berdampingan dengan fajri.

yang tak menunggu lama untuk fajri melaksanakannya dengan bergerak kearah meja tempat ayah mereka menyimpan jeruk tadi.

zweitson hanya diam dan tanpa melirik sedikitpun pada sang kakak tiri yang kini sedang berdiri tepat didekat bangsal tidurnya sambil mengupas beberapa jeruk dan meletakkan daging jeruk tersebut pada piring bersih diatas meja.

setelah tiga buah jeruk sudah terkupas dan fajri rasa cukup segera dirinya beranjak untuk membuang sampah kulit jeruk dan mengambil garpu untuk sang adik didalam lemari.

“mau kakak suapi?” tawar fajri sedikit ragu, yang sudah bisa ditebak akan di tolah oleh zweitson.

“tidak usah, terimakasih jeruknya……” jawab zweitson lalu mengambil piring berisi jeruk yang fajri ulurkan padanya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
zweitson sedang asik menyantap buah jeruk itu saat kemudian ruangan rawat yang sunyi sedikit diganggu dengan suara dari telpon genggam milik ayah mereka.

terlihat sang ayah segera mengangkat panggilan terpon tersebut.


“hallo pak? hahahaha….. iya sudah saya bilang pasti bapak akan setuju, “ menjauhkan terlpon genggam itu,sang ayah kemudian melirik zweitson dan fajri. “fajri jaga adikmu sebentar ya, bapak akan menelpon diluar…..” dan tentu saja fajri sanggupi.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
dan bisa ditebak betapa sunyinya ruangan rawat zweitson ini setelah ayah mereka keluar.

melihat sang adik yang terus terfokus pada komik yang dibacanya kemudian fajri berinisiatif untuk membuka bembicaraan.  “udah lama suka baca komik?”

dan dijawab anggukan oleh zweitson.


mengetahui diirnya hanya akan diabaikan lagi, kemudian fajri memutuskan diam.

berkutat dengan telpon gengganmnya, menunggu sang ayah kembali saja.

sepuluh menit berlalu namun tak ada tanda sang ayah akan kembali, membuat mereka berdua terjebak dalam suasana tidak nyaman ini.

aku pamit pergi  ||  UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang