Saling Cinta

28 1 0
                                    

Jantung Abi berdetak dengan hebat tak kala tangan lembut Kinara mulai menyentuh tangannya. Aliran setrum mengalir melewati ujung-ujung jari Kinara dan menyalur ke ujung jari Abi. Kupu-kupu berterbangan di dalam perut Abi, geli.

"Kenalin, Boss sekaligus sahabat gue." Johan menyodorkan Abimayu.

"A ... Abimayu, panggil aja Abi." Abi mengangkat jabatan tangannya.

"Kinara, panggil Kiki saja, Mas." Kinara dengan wajah manis dan sikapnya yang malu-malu kembali membungkam dan membuat jantung Abimayu berdetak sedemikian hebatnya. Sampai-sampai rasanya ingin meloncat keluar. Oh Tuhan, inikan yang di namakan jatuh cinta pada pandangan pertama. Bahkan beberapa detik kemudian Abi tak kuasa berkata-kata, lidahnya tak berkutik menghadapi pesona milik Kinara.

Ya Allah, dia pasti jodohku??! Abimayu tersenyum hangat.

"Mas?" Kinara bingung, Abi hanya diam saja tanpa berkedip apa lagi melepaskan tangannya.

"Yaelah Abi, jangan bikin malu donk!" Johan mengyikut lengan Abi agar pria itu lekas menemukan kesadarannyanya.

Abi terkejut, ia langsung tersenyum sumbang seraya melepaskan tangan Kiki, "So ... sory." Abi tergagap.

[ Agh ... sial, enggak keren banget!! Gue kenapa sih??! Di depan cewek cantik malah kayak patung!] batin Abimayu.

"Ayo duduk, yuk." Ajeng mengajak keempatnya kembali duduk untuk mempersingkat waktu. Kinara menempatkan diri di antara Ajeng dan Abimayu sementara Johan di sebelah Ajeng.

Keempatnya mengobrol dengan akrab. Abimayu juga terlihat mulai beradaptasi, tidak secanggung saat pertama kali bertemu. Pembawaan Kiki yang sangat santun dan juga ramah mampu membuat Abi merasa nyaman.

"Gila nggak terasa sudah jam tiga sore. Gue mau pulang dulu. Kalian kalau mau lanjut ngobrol lanjut aja lagi!" Ajeng bangkit, ia melihat jam tangannya dan menyenggol kaki Johan. Memberi kode pada kekasihnya agar meninggalkan kedua sahabat mereka untuk lebih saling mengenal.

"Sudah mau pulang?" Abi ikutan bangkit.

"Iya, gue nitip temen gue ya, Mas. Kasihan kalau pulang naik ojol." Ajeng mengedipkan sebelah matanya ke arah Kinara. Kiki cuman senyam-senyum dengan alasan yang dibuat Ajeng.

"Nggak, gue bisa kok pulang sendiri. Enggak enak ngerepoti Mas Abi." Kiki langsung memberikan umpan balik saat itu juga.

"Jangan donk! Cewek masa pulang malam sendirian?! Lu jagain Dia lah, Bi!" Johan menimpali, ia pun ingin Abi bisa lekas menemukan tambatan hatinya.

"Bener banget, ayo Kak Jo." Ajeng langsung menarik tangan Johan dan meninggalkan mereka berdua.

Sepeninggalan keduanya, Abi dan Kiki kembali duduk, mereka kini bisa lebih leluasa untuk saling mengenal antara satu dengan yang lain.

"Maaf ya, Mas. Kiki malah jadi ngerepotin." Kinara merasa bersalah.

"Enggak, nggak ngerepotin kok. Mas malah seneng kalau bisa anterin kamu."

"Eh?? Seneng, Mas?" Kiki tertawa renyah, membuat Abi pun ikut tertawa dengan wajah memerah karena keceplosan.

"Well ... kamu orangnya enak di ajak ngobrol. Sumpah, tadi Mas kira suasananya bakalan canggung. Ternyata enggak, malah nyaman banget dan seru."

"Itu semuakan juga karena Mas Abi orangnya ramah. Kalau Kiki memang cerewet Mas. Suka banyak ngomong karena tuntutan pekerjaan."

"Memang pekerjaan kamu apa, Ki?"

"SPG, Mas. SPG Make up."

"Owalah, pantas aja kamu juga pinter dandan ya." Abi menilai penampilan Kiki, meski sederhana, make up yang tersapu di wajah ayunya sungguh halus dan terlihat mampu menutup pori-pori. Kalau bukan seorang profesional mungkin tak bisa berdandan sebaik ini.

"Iya, Mas."

"Kamu biasa di mana kalau nyeles?" tanya Abi.

"Di Mall A, Mas," jawab Kiki.

"Hlo, deket sama kantornya Mas donk." Abi terlihat sumringah.

"Eh, masa??" Kiki juga tak percaya dengan kebetulan ini. Selain menjadi BO-an para pria hidung belang, Kiki memang berprofesi sebagai SPG sebuah brand produk kecantikan di Mall.

"Kapan-kapan kita makan siang, Mas jemput, mau kamu Ki?" Abi terlihat mulai berani mengambil inisiatif.

"Ya ampun, Mas, tentu saja Kiki mau. Eh ... tapi nanti ngerepotin Mas Abi enggak? Kan Mas harus ke Mall dulu."

"Nggak apa, nanti kita makan di Mall saja sekalian." Abi tersenyum.

Kinara membalas senyuman Abimayu. Sepertinya Kinara juga sangat tertarik dengan Abi. Tubuh tinggi kekar, berotot, tampan, dan punya pekerjaan mapan. Karir Abi sangat cemerlang itu berarti masa depannya akan cerah bila terus bersama dengan Abi.

Kinara mulai melancarkan jurus seribu rayuan yang biasa ia lancarkan pada para kliennya agar memberinya banyak uang. Namun untuk Abi, Kinara hanya menggunakan jurus itu tipis-tipis saja, ia tak mau dianggap sebagai wanita murahan dan kecentilan di hari pertama mereka bertemu.

"Yuk pulang, Mas anterin." Abi menawarkan diri.

"Maaf ya Mas, ngerepotin." Kiki mengekor Abimayu ke mobil milik Johan. Sedang Johan tadi pulang menggunakan motor milik Ajeng.

"Enggak kok, masuk aja." Abi membukakan pintu mobil untuk Kiki. Gadis itu langsung merasa terbang ke awan-awan, baru kali ini ia diperlakukan selayaknya seorang putri. Oh ... sungguh Abi sudah menjadi bayangan pangeran berkuda putih di mata belok gadis ayu ini.

"Makasih, Mas." Kiki menyisir rambutnya ke belakang telinga.

"Iya." Abimayu mulai menyetir. Mobil itu melaju ke jalanan ibu kota. Berputar-putar di sepanjang jalan sembari menghabiskan waktu weekend mereka sebelum nantinya kembali ke rumah. Keduanya masih enggan untuk berpisah, mereka memilih melanjutkan obrolan dan saling mengenal lebih dalam.

Mereka hanyut dalam obrolan, tanpa terasa waktu berjalan dengan cepat, adzan Magrib berkumandang, tanda sudah menunjukan pukul enam malam.

"Mas sholat dulu ya, Ki." Abimayu menghentikan laju mobilnya pada sebuah masjid kecil yang searah, tak jauh dari rumah Kiki.

"Iya Mas silahkan." Kiki mempersilahkan Abi beranjak untuk sembahyang.

"Kamu enggak shalat?"

"Baru datang bulan, Mas." Kiki mencari alasan, sudah lama Kiki tidak menjalankan Shalat. Tentu saja, sebagai seorang wanita yang bisa di booking untuk memuaskan nafsu para pria hidung belang Kiki merasa enggan untuk menjalankan ibadahnya.

"Oh gitu. OK, Mas shalat dulu ya, Ki." Abi keluar dari mobilnya dan langsung berlari kecil menuju ke dalam masjid.

Kiki melihat Abi dan menghela napas lega. Sepertinya hari ini dia bakalan lolos dengan alasan datang bulan.

"Ajeng bener, Mas Abi itu pria baik. Mungkin seribu satu di dunia ini. Gue harus berhasil dapetin dia. Entah gimana caranya, gue harus jadi istrinya Mas Abi." Kiki tersenyum penuh arti. Meski dengan cara apa pun Kiki akan menjadikan Abi suaminya.

****❤️❤️❤️❤️****

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

After DivorceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang