Feel Special 2

9 1 0
                                    


"kamu pasti kesulitan karna anak baru itu." tanya Renjun memecah keheningan diantara ia dan Hilwa.

Sedaritadi Renjun merasa sangat canggung, entah karena mereka biasanya jarang bicara saat di kelas. Atau karena sekarang mereka sedang bergandengan tangan.

"banget. Rasanya mau pindah tempat duduk, tapi kalau duduk di belakang aku nggak bakal bisa nyatet pelajaran," jawab Hilwa, sedih.

"kenapa? Nggak keliatan papan tulisnya?" tanya Renjun lagi, berusaha membuat suasana akrab di antara mereka. Hilwa hanya mengangguk.

"gimana kalau kamu duduk sama aku aja mulai besok?" saran Renjun.

"tempat duduk aku urutan ketiga dari depan, tapi kamu bisa pinjem catetan atau tanya aku kalau kamu ada yang nggak paham."

"terus, Chenle gimana? Masa kamu usir gitu aja," tanya Hilwa. Tanpa terasa mereka sudah sampai terminal bus dekat sekolah. Mereka berdua menghentikan langkah di sana.

Mendengar itu, Renjun malah terkikik geli. "hahaha, tenang aja dia mah. Biar tau rasa main game mulu di kelas. Nanti kalau dia duduk di depan jadi gak bisa main game lagi hahaha."

Saat bus datang Renjun melepas gandengan tangannya dan melihat kearah bus. "bus-mu sudah datang, hati-hati dijalan, ya."

Ah, rasanya Hilwa merasakan hatinya digelitik dan panas dingin ketika Renjun menatapnya dalam. Apalagi sekarang Renjun mengacak pucuk rambut Hilwa gemas, membuat gadis itu merona malu.

"kok bengong? Gak naik? Kamu bisa ketinggalan bus loh."

"ah? I-iya, aku naik. Terimakasih sudah menawarkan diri."

Bukan kah harusnya kami nggak sedekat ini? Batin Hilwa.

Bahkan, di kelas-pun Hilwa hanya mengenal Renjun sebagai si ketua kelas yang ramah dan selalu sibuk. Sebagai orang yang kurang mengikuti sosialisasi, Hilwa jarang melihat Renjun kecuali saat di kelas atau acara-acara penting.

Mereka akhirnya berpisah setelah bus benar-benar pergi.

-

Keesokan harinya, di rabu pagi yang cerah rupanya bukan pertanda baik untuk Hilwa.

Gadis itu dipanggil ke ruangan Kepala Sekolah.

"ah sial. Pasti gara-gara aku ngamuk di kelas kemarin," decak Hilwa yang sudah berdiri depan pintu ruang Kepala Sekolah.

Ia mengatur napas, "tenang.. Kalau di skors ya tinggal rebahan aja di rumah."

Tok tok tok

"permisi, selamat pagi Bu! Saya Hilwa dari kelas 3 C," salam Hilwa, membungkuk saat berhadapan Kepala Sekolah. Mrs. Na Yujin.

"ah! Kau sudah datang, ayo duduk dulu sebelum Ibu mulai pembicaraannya," Bu Yujin menyambut dengan senyum lebar.

Mulai ngomel lebih tepatnya, batin Hilwa menangis dalam hati.

"Hilwa.. Kamu itu anak peringkat 1 berturut-turut di kelas 3 ya? Yang dapat beasiswa itu kan?" Bu Yujin memulai pembicaraan.

Hahh.. Habis sudah, abis ini beasiswaku pasti dicabut. Rasanya Hilwa ingin menghilang saja dari situ.
"i-iya, bu."

"nahh, saya dengar kamu duduk sebangku dengan Jaemin, ya?"

"iya, bu. Saya minta maaf karena telah buat keributan.. " persetan dengan rasa malu, Hilwa langsung berdiri membungkukan badannya berkali-kali.

"keributan?" Bu Yujin mengerjap.

"jadi ini bukan kearah masalah yang kemarin ya?" Hilwa tercengang.

Feel SpecialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang