Yuhuuu! Enjoy this part, jangan lupa vote dan komentar yash :))
••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
9 Desember 2020
Senin kembali dengan mentari yang menyengir dengan warna keemasan. Aku membuka pintu rumah dengan tergesa. Jangan telat lagi, pikirku. Segera setelah meneriakkan salam, aku mengayuh sepeda dengan sekuat tenaga. Sedari hari lalu ada yang mengganggu pikiranku. Dan sampai sekarang aku tidak tenang. Kalian sekiranya tahu apa yang aku pikirkan, ya tentu saja pengumuman nama-nama siswa eligible SNMPTN. Huwaaa bolehkah aku berteriak untuk melepaskan rasa penasaran atau meraung-raung memeluk penyesalan. Ya, aku menyesal mengapa aku kurang bersungguh-sungguh dalam belajar. Aku merasa sangat kurang dalam nilai pengetahuan yang seharusnya aku maksimalkan. ARGH! Pikiran ini membuatku tidak fokus pada jalanan. Hampir saja aku kesrempet motornya Galang.
Pangeran Galang Ardian, lagi-lagi anak sosial 3. Aku tak tahu di mana alamat rumahnya, tapi setiap berangkat sekolah kami akan bertemu di bundaran monumen. Dia dengan mukanya yang meneduhkan, seperti biasa melajukan kuda besinya yang merah menyala dengan sarung yang terlihat dipakai sembarangan namun tetap aman meskipun diterjang angin kencang. Sungguh pangeran yang tak sesuai dengan imajinasi para penulis dongeng. Dia selalu begitu, berangkat sekolah mengenakan sarung karena celana seragamnya ia tinggal di ruang kesenian—dia adalah gitaris andalan Pak Teguh, pembina band.
Entah apa alasannya melakukan hal demikian, dan aku menduga itu adalah alasan dia selalu ngebut di jalanan supaya tidak terlambat dan ketahuan guru BK. Aku tahu dia, tapi dia pasti tidak kenal aku. Lagipula, semua tentang Galang hanyalah dugaanku saja, haha.
Galang sudah tenggelam dimakan tikungan. Aku kembali menatap jalanan yang semakin lama semakin ramai. Dan pikiranku kembali digiring tanpa sengaja kepada harapan pengumuman SNMPTN. Oh Tuhan, adakah namaku di daftar nanti?
_____________________________________________
Yash! Aku sampai di gerbang sekolah tepat pukul tujuh kurang lima belas menit. Jam besar di atas gerbang seakan berkedip memberikan senyum padaku karena aku tidak terlambat. Setelah sepedaku terparkir rapi. Aku mampir ke kantin depan yang belum terlalu ramai. Mengambil sebungkus roti lembut dan segelas jus jambu biji kemudian lekas membayarnya. Setidaknya ini akan membuatku bertahan saat upacara nanti. Ini adalah kebiasaanku jika aku tidak sempat sarapan.
Aku tiba di depan kelas dan semua masih terlihat enggan menuju lapangan belakang. Riuh sekali kelas ini, seperti biasanya. Namun, kali ini lebih riuh. Rupa-rupanya hal tersebut disebabkan oleh, “Kumala bakal jadi pembawa bendera.” ujar Dewi setelah kutanyai. Kumala, anak kelas sebelas IPA 5 (A5), berperawakan tanggung, kulit putih susu, dan senyumnya yang tak pernah luput dari perhatian. Ya, senyumnya memang manis dengan jajaran gigi yang putih rapi. Dan semua itu cukuplah bagiku untuk menyimpulkan bahwa dia anak orang kaya.
“Mbang, udah lo baris di belakang aja. Sekalipun lo di depan, Kumala nggak akan mau sama sumo kayak lo, HAHAHA!” celetuk Ade.
“Iye, gue tau, gue sadar diri kok. Udah ambil aja sana si Kumala. Gue mah tetep sama cimolnya Ambu Jule.” Jawaban Bambang berhasil mengundang tawa.
Ambu Jule adalah ibu kantin yang ada di kantin depan. Cimolnya emang juara dan nggak ada lawan. Seluruh penghuni sekolah ini jika ditanya akan sepakat menjawab bahwa cimol Ambu Jule adalah yang terenak.
Belum selesai tawa-tawa itu menggema, pintu digedor oleh Bu Kalis dan semua berbondong bonding ke lapangan belakang.
_____________________________________________
Upacara selesai lebih lambat namun tidak begitu lama. Kemudian tak ada kesempatan untuk menyapa Ambu Jule karena seluruh kelas 12 segera masuk kelas untuk mendengarkan pengumuman dari guru BK. Sepertinya bukan hanya aku yang sudah tahu bahwa akan segera diumumkan nama-nama yang eligible SNMPTN. Maka ketika kelas sudah tenang, Bu Kalis menyampaikan beberapa wejangan pembuka.
“Ingat, SNMPTN bukan jalan satu-satunya untuk masuk PTN. Dan ia nggak jamin kalian bisa masuk ke PTN. Jadi, untuk semuanya tetap semangat dan persiapkan diri menghadapi UTBK-SBMPTN. Boleh berharap dengan SNMPTN tapi nggak boleh lengah dengan segala kemungkinan. Tetap semangat belajar. Yang eligible bukan berarti semua PTN akan menerimanya, pun sebaliknya yang nggak eligible bukan berarti nggak ada PTN yang mau menerima. Paham? Okei, saya akan bacakan hasil untuk kelas A4. Berhubung nilai kalian masih di bawah kelas A1 dan A2, jadi kelas ini hanya mendapat jatah 7 anak saja dari 36 siswa. Sedangkan keseluruhan anak IPA yang eligible sebanyak 72 siswa.”
Wow, aku tersentak. Dari 72 siswa hanya ada 7 anak dari kelas ini. Sudah dapat dipastikan bahwa anak kelas A1 adalah mayoritas yang terpilih karena memang bagaimanapun nilai mereka sangatlah tinggi.
Sesaat sebelum Bu Kalis membacakan daftar nama-nama itu, aku berusaha menetralkan perasaanku. Berusaha untuk tetap tenang dan tidak akan kecewa dengan kemungkinan terburuk. Dan Bu Kalis pun mulai membacakannya.
Daftar Siswa Eligible SNMPTN (A4)
1.Firdha Maulaya Janna
2.Muhammad Ardian Septiano
3.Jingga Aprilia Ramadhani
4.Andin Pramesti
5.Ahmad Bayu Ferdiansyah
6.Iris Kamali
7.Putri Indi CantikaDeg!
Aku menoleh ke Iris. Ia tersenyum tidak menyangka karena posisinya ada di atas Indi—padahal Indi terkenal pintar dan selama ini bertahan di nomor 4. Bukan hanya Iris yang terkejut, Ardian juga tampak tak percaya namanya disebut. Tapi seharusnya ia tak terlalu terkejut karena sebelumnya ia selalu bertengger di peringkat tiga. Indi mengehla napas, mengucapkan hamdalah lirih. Yah, meskipun ia berhasil digeser oleh yang lain, setidaknya ia masih bisa mencoba memenangkan PTN impiannya lewat SNMPTN.
Iris berpelukan dengan Indi. Entah mengapa rasa bahagia dari keduanya mengiris tipis perasaanku. Aku beristighfar. Ini tidak seharusnya membuatku sakit hati. Toh mereka tengah berbahagia atas kerja kerasnya selama lima semester ke belakang. Aku menggigit bibir bagian dalam, berharap tak ada yang melihat kekecewaanku.
Huhu, maafin karena part-nya terlalu pendek. Jujurly, belum ada banyak waktu untuk membuat part dadakan ini jadi panjang :v So sowri ya gais. Part ini akan di-update segera :))
Tengkyuuu <3••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Year
Teen FictionTahun terakhir SMA, aku habiskan dengan banyak utang. Utang jajan pada Iris yang selalu ikhlas membelikannya untukku. Utang nilai kimia pada Lula yang sabar mengajariku. Utang bensin pada Ramlan yang bersedia mengantarku pulang. Dan ketiganya, perla...